Kamis, Januari 30, 2025
No menu items!

Manhaj Tarjih Muhammadiyah: Solusi Islami untuk Lingkungan Berkelanjutan

Must Read

YOGYAKARTA, JAKARTAMU.COM | Islam menawarkan perspektif yang holistik untuk menjaga keberlanjutan bumi. Perspektif tersebut tidak saja menarik tetapi juga penting merancang pengelolaan lingkungan yang dewasa ini semakin rapuh.

Hal ini dibahas secara mendalam dalam Kajian Santri Cendekia Forum yang bertema “Islam dan Lingkungan – Perspektif Manhaj Tarjih Muhammadiyah” di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Senin (27/1/2025).

Ustaz Niki Alma Febriana Fauzi, dosen Ilmu Hadis UAD sekaligus anggota Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) PP Muhammadiyah dalam forum mengupas bagaimana ajaran Islam menjadi panduan dalam menciptakan harmoni antara manusia dan alam.

Ajaran Islam tidak hanya mengatur aspek spiritual, tetapi juga memberikan perhatian khusus pada keberlanjutan lingkungan hidup. Islam, sebagaimana yang dijelaskan Ustaz Niki, memiliki sifat syumuliyah (komprehensif) yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.

“Ajaran Islam tidak hanya relevan untuk masa tertentu atau tempat tertentu, tetapi berlaku sepanjang zaman dan untuk seluruh umat manusia. Islam mengajarkan pentingnya keseimbangan dalam menjalankan peran manusia sebagai khalifah di bumi,” kata Ustaz Niki.

Peran ini, lanjutnya, mencakup menjaga alam (istikhlaf), memakmurkannya (istimar), dan menjadikannya sebagai bagian dari ibadah kepada Allah.

Sementara itu, Manhaj Tarjih Muhammadiyah menawarkan metodologi pemahaman agama yang relevan dengan persoalan kontemporer, termasuk isu lingkungan. Dalam hal ini, pendekatan yang digunakan mencakup tiga aspek utama. Pertama, pendekatan bayani yang memahai teks agama secara literal. Kedua, pendekatan burhani yang menggunakan ilmu pengetahuan modern untuk memahami konteks ayat atau hadis. Ketiga, pendekatan irfani yang merupakan refleksi spiritual untuk menangkap nilai-nilai mendalam dalam teks agama.

Dengan tiga metode pendekatan ini, ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang sebelumnya hanya dipahami secara tekstual, kini dapat dimaknai secara ekologis. Misalnya, hadis tentang anjuran Rasulullah untuk mematikan lentera sebelum tidur tidak hanya dimaknai sebagai tindakan untuk mencegah kebakaran, tetapi juga sebagai ajakan untuk hemat energi, yang relevan dengan upaya konservasi sumber daya.

Dalam Islam, menjaga alam bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi juga bentuk ibadah. Al-Qur’an menegaskan bahwa kerusakan di bumi disebabkan oleh tangan manusia (QS. Ar-Rum: 41). Maka, upaya konservasi lingkungan, seperti menanam pohon, mengurangi penggunaan energi kotor, dan mendukung energi terbarukan, adalah bentuk nyata dari ibadah yang sesuai dengan semangat rahmatan lil alamin.

Sebagai agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan, Islam mengajarkan bahwa hubungan manusia dengan lingkungan adalah cerminan tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi. Dengan memadukan nilai-nilai keislaman, ilmu pengetahuan modern, dan kearifan lokal, umat Islam diharapkan dapat menjadi pelopor dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup. Sebab, seperti yang diajarkan Rasulullah, menjaga alam adalah bagian dari menjaga kehidupan itu sendiri.

Kolaborasi untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Diskusi ini mengajak para peserta untuk memahami bahwa solusi terhadap permasalahan lingkungan memerlukan kolaborasi lintas sektor. Muhammadiyah, melalui Majelis Tarjih dan Tajdid, telah memulai langkah dengan menerbitkan panduan seperti Fikih Air dan menyelenggarakan program-program ramah lingkungan lainnya. Kolaborasi dengan Muslims for Shared Action on Climate Impact (MOSAIC), Green Faith Indonesia, Pusat Tarjih Universitas Ahmad Dahlan, dan organisasi lain juga terus diperluas untuk mengatasi krisis iklim secara kolektif.

Forum ini juga menjadi ajang diskusi interaktif antara peserta dan pembicara. 92 orang peserta hadir secara luring di Masjid Islamic Center UAD, 19 peserta melalui ZOOM, dan lebih dari 42 orang streaming melalui Youtube. Peserta antusias mengajukan pertanyaan seputar peran umat Islam dalam menjaga lingkungan serta upaya yang dapat dilakukan secara kolektif untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

“Kami berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak kalangan,” ujar Ketua Panitia, Muhammad Ziaul Albab. “Kolaborasi antara generasi muda dan para ulama sangat penting untuk menciptakan solusi berbasis nilai-nilai Islam dalam menghadapi krisis lingkungan,” ungkapnya.

Sebagai tindak lanjut, Kajian Santri Cendekia Forum akan mengadakan dua kajian lanjutan pada 1 dan 22 Februari 2025. Tema yang akan diangkat adalah “Peran Umat Islam terkait Isu Lingkungan di Dunia Internasional” dan “Muhammadiyah dan Upaya Pemeliharaan Lingkungan”, dengan menghadirkan pembicara ahli lainnya. Rangkaian Kajian ini dapat diikuti live streamingnya melalui kanal youtube GreenFaith Indonesia.

Agung Danarto Jelaskan Isu Muhammadiyah Gandeng Perusahaan Besar Kelola Tambang

YOGYARKARTA, JAKARTAMU.COM | Ketua PP Muhammadiyah, Dr. H. Agung Danarto, M.Ag, menegaskan bahwa Muhammadiyah tetap berkomitmen untuk mengelola...

More Articles Like This