SEJAK 7 Oktober 2023, Israel telah menewaskan sedikitnya 17.400 anak di Gaza, Palestina, termasuk 15.600 yang telah teridentifikasi. Mereka terdiri atas 8.899 anak laki-laki dan 6.714 anak perempuan. Masih banyak lagi yang terkubur di bawah reruntuhan, sebagian besar diduga meninggal.
Laporan terbaru Al Jazeera yang ditulis Mohamed A. Hussein dan Mohammed Haddad, anak-anak yang selamat umumnya mengalami trauma akibat berbagai perang, menghabiskan hidup di bawah bayang-bayang blokade Israel yang menindas, memengaruhi setiap aspek kehidupan mereka sejak lahir.
Artikel berjudul ”Masa Kecil Gaza yang Dicuri: Siapakah Ribuan Anak yang Dibunuh Israel?” tersebut menyajikan data bahwa kurang lebih setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza adalah anak-anak. Selama 17 bulan terakhir, serangan Israel telah menghancurkan rumah, sekolah mereka, dan membanjiri fasilitas perawatan kesehatan mereka.
Dari setiap 100 anak Gaza, ada yang 2 tewas terbunuh; 2 hilang (kemungkinan besar tewas), 3 terluka kritis; 5 yatim piatu; dan 5 mengalami malnutrisi akut. Sisanya adalah anak-anak yang menanggung bekas luka perang yang tak terlihat, sebuah trauma yang memengaruhi kesehatan mental, keselamatan, serta masa depan mereka.
Siapakah anak-anak yang dibunuh Israel ini? Mereka adalah putra dan putri Gaza, masing-masing dengan kehidupan yang seharusnya penuh dengan kepolosan dan kegembiraan masa kanak-kanak. Inilah mereka:
1.720 Bayi yang Belum Sempat Berjalan
Mereka adalah 825 bayi belum cukup umur untuk merayakan ulang tahun pertama dan 895 bayi berusia satu tahun yang belum sempat melangkahkan kaki untuk pertama kali
Pada tanggal 18 Maret, pasukan Israel melancarkan 100 serangan serentak di Jalur Gaza, menghancurkan gencatan senjata dua bulan dengan Hamas.Selama 36 jam berikutnya , 436 orang tewas, termasuk sedikitnya 183 anak-anak, 94 wanita, 34 orang lanjut usia, dan 125 pria.