Rabu, April 2, 2025
No menu items!
spot_img

Mataram dan Hegemoni di Priangan: Sejarah Perebutan Pengaruh di Tanah Sunda

Must Read

JAKARTAMU.COM | Pada masa kejayaannya, Kesultanan Mataram tidak hanya berfokus pada penguasaan wilayah di tanah Jawa, tetapi juga meluaskan pengaruhnya ke Priangan. Salah satu strategi penting yang diterapkan adalah melalui dominasi atas Cirebon, wilayah yang memiliki kedekatan historis dengan Jawa. Cirebon berperan besar dalam menjembatani hubungan antara Mataram dengan kerajaan-kerajaan Sunda lainnya.

Cirebon Sebagai Kunci Penguasaan Priangan

Cirebon, di bawah kepemimpinan Sunan Gunung Jati dan keturunannya, memainkan peran sentral dalam memperluas pengaruh Islam serta politik ke wilayah-wilayah Sunda. Kesultanan Cirebon tidak hanya menjadi pusat penyebaran agama, tetapi juga memiliki peran dalam menarik kerajaan-kerajaan Sunda untuk bergabung dengan Mataram.

Sebagai contoh, Suriadiwangsa—keturunan Cirebon dari pernikahan antara Pangeran Ratu dan Harisbaya—menjadi tokoh penting dalam proses penyerahan Sumedang ke tangan Mataram. Hal ini terjadi tanpa perlawanan berarti, yang menyebabkan kekecewaan di kalangan pejabat Sumedang. Akibatnya, Sultan Agung semakin memperluas kekuasaannya atas wilayah Priangan.

Upaya Mataram Memengaruhi Banten

Pada tahun 1651, Cirebon, atas perintah Susuhunan Amangkurat I, mencoba membujuk Kesultanan Banten untuk bergabung dengan Mataram. Upaya ini dilakukan dengan dalih persaudaraan dan kesamaan kepentingan, tetapi Sultan Banten menolak dengan tegas.

Sultan Banten yang dikenal bijaksana menyadari bahwa mengorbankan kedaulatan negara demi hubungan persaudaraan adalah tindakan yang tidak bijak dan memalukan. Keputusan ini menjadi titik penting dalam menjaga eksistensi Banten sebagai kerajaan yang mandiri dari pengaruh Mataram.

Konflik Cirebon, Mataram, dan Banten

Pada tahun 1677, konflik semakin meruncing ketika putra mahkota Cirebon diculik oleh Amangkurat I. Kesultanan Banten, yang memiliki hubungan erat dengan Cirebon, kemudian turun tangan untuk menyelamatkan putra mahkota serta memberikan dukungan terhadap pemberontakan Trunajaya yang saat itu melawan Mataram.

Pada tahun 1680, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten memutuskan untuk membagi Cirebon menjadi tiga bagian, bertujuan untuk menghindari kontrol dari pihak luar, khususnya dari Mataram dan VOC. Namun, pada tahun 1681, Cirebon akhirnya menjadi bawahan VOC dan mengkhianati Banten dengan melanggar perjanjian yang telah disepakati. Hal ini memicu ketegangan yang berujung pada aksi teror yang dilakukan Banten terhadap Cirebon.

Penguasaan Mataram atas Priangan bukan hanya soal dominasi militer, tetapi juga strategi politik yang melibatkan persekutuan dengan Cirebon. Namun, langkah ini menimbulkan berbagai konflik dengan kerajaan lain seperti Banten yang tetap teguh mempertahankan kedaulatannya. Sejarah ini menjadi pelajaran bahwa diplomasi dan aliansi politik sering kali menjadi faktor utama dalam pergeseran kekuasaan di Nusantara.

Refleksi Idulfitri: Allahu Akbar Bukan Ana Akbar  

Oleh Sapto Suhendro, S.Ag.,M.Pd | Ketua PDM Pemalang HARI Idul Fitri telah tiba. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat185,...

More Articles Like This