Oleh Dzulfikar Arifuddin, Wasekjen PP IKA ITS 2024-2028
INDONESIA tengah berada di persimpangan sejarah yang dapat menentukan masa depan sebagai kekuatan ekonomi global. Melalui pemanfaatan potensi besar dari green economy dan blue economy, Indonesia dapat mempercepat kemandirian ekonomi sekaligus menjawab tantangan global. Bonus demografi yang diproyeksikan mencapai puncaknya pada 2030 memberikan momentum besar bagi negara ini untuk melangkah lebih jauh.
Namun, perjalanan menuju keberhasilan ini tidaklah mudah. Kebijakan proteksionis dari negara besar seperti Amerika Serikat (AS), dinamika perang dagang, serta tantangan perubahan iklim menguji daya tahan Indonesia. Melalui langkah strategis dan kolaborasi yang erat mewujudkan transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan bukanlah hal yang mustahil.
Baca juga: Merunut Perjuangan Diplomasi: Catatan 27 Desember 1949
Dinamika Global dan Tantangan Perdagangan
Pasca terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS, kebijakan proteksionis dan perang dagang dengan China kembali memanas. Kondisi ini memberikan tantangan besar bagi Indonesia. Masuknya produk China ke pasar domestik meningkatkan persaingan bagi produk lokal, sementara kebijakan moneter ketat dari The Fed memicu arus modal keluar dari negara berkembang.
Namun, di tengah tantangan, terdapat peluang. Indonesia dapat memperkuat sektor ekspor dengan mengedepankan produk bernilai tambah seperti hasil pertanian organik dan perikanan berkelanjutan. Penerapan sertifikasi keberlanjutan dapat menjadi modal untuk menembus pasar global premium. Di sektor keuangan, penerbitan green bonds dan pengembangan pasar karbon domestik adalah solusi strategis untuk menghadapi tekanan ekonomi global.
Pilar Keberlanjutan
Konsep green economy United Nations Environment Programme (UNEP) menjadi jalan bagi Indonesia untuk menciptakan kegiatan ekonomi rendah karbon, hemat sumber daya, dan inklusif secara sosial. Dengan pendekatan ini, Indonesia dapat memperkuat ketahanan pangan, energi, dan industri.
Penggunaan teknologi seperti drone dan Internet of Things (IoT) pada pertanian presisi dapat meningkatkan hasil panen sambil menjaga kelestarian lingkungan. Pendekatan agroforestri yang memadukan tanaman pangan dengan tanaman kehutanan juga dapat memperkuat keseimbangan ekosistem.
Indonesia juga memiliki potensi besar dalam energi terbarukan, mulai dari panas bumi hingga tenaga surya. Selain itu, pengembangan Small Modular Reactor (SMR) berbasis nuklir dapat menjadi solusi untuk kebutuhan energi rendah karbon di wilayah terpencil.
Baca juga: Prabowo: Jangan Korupsi
Optimalkan Sumber Daya Laut
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar di sektor blue economy. Laut menjadi sumber utama kehidupan, energi, transportasi, dan pangan. Dengan pendekatan berkelanjutan, sektor ini dapat menjadi pilar ekonomi masa depan.
Budidaya rumput laut dan ikan dengan teknologi modern dapat meningkatkan ketahanan pangan sekaligus membuka peluang ekspor. Ekowisata bahari juga menjadi sektor strategis untuk mendukung perekonomian pesisir.
Begitu juga pengembangan energi pasang surut dan gelombang, dapat mendukung transisi energi hijau sekaligus memperkuat infrastruktur maritim. Tak ketinggalan, pemanfaatan teknologi digital untuk mendeteksi lokasi ikan tanpa merusak ekosistem serta hilirisasi hasil laut menjadi kunci pengembangan sektor ini. Infrastruktur modern seperti cold storage dapat meningkatkan kualitas produk hingga pasar internasional.
Baca juga: Haedar Nashir: Agama Kini Sudah Jadi Produk Entertainment
Kemandirian Nasional
Pada 2030, mayoritas penduduk Indonesia berada pada usia produktif. Bonus demografi ini dapat menjadi mesin utama transformasi ekonomi jika dikelola dengan baik. Pendidikan vokasi berbasis teknologi hijau dan pengelolaan sumber daya alam harus menjadi prioritas. Generasi muda harus secara aktif terlibat dalam ekonomi hijau dan biru untuk mendorong inovasi dan keberlanjutan.
Agar tidak tersisih dalam persaingan global, Indonesia perlu melindungi pasar domestik sekaligus memperkuat daya saing di pasar internasional. Kebijakan perlindungan seperti tarif impor bagi produk berjejak karbon tinggi, insentif bagi industri hijau, dan pengembangan pasar karbon adalah langkah krusial.
Ekonomi sirkular juga menjadi peluang besar untuk menciptakan nilai tambah dari limbah domestik. Industri daur ulang plastik, elektronik, dan tekstil dapat mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor sekaligus menciptakan peluang ekspor baru.
Indonesia memiliki semua modal untuk menjadi kekuatan ekonomi hijau dan biru. Dengan langkah strategis, seperti mempercepat transisi energi terbarukan, mengembangkan sektor kelautan yang berkelanjutan, dan mengoptimalkan bonus demografi, masa depan cerah bukanlah impian belaka. Tantangan global harus dihadapi dengan kebijakan inovatif, kolaborasi lintas sektor, dan komitmen untuk melindungi sumber daya alam. (*)