SEMARANG, JAKARTAMU.COM | Suasana di Lodji Londo, sebuah kafe sekaligus tempat berkumpul bagi para pasien Prolanis Legino dan hipertensi dokter keluarga Yetty Roheti, tampak berbeda. Hari itu, para peserta tak hanya menikmati pertemuan rutin, tetapi juga mengikuti sesi senam kaki yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan dan sirkulasi darah mereka.
Di antara gerakan senam yang dilakukan, ada satu aktivitas sederhana namun sarat makna. Di sebuah meja, peserta diberikan selembar kertas yang mereka lipat dengan hati-hati. Kertas itu kemudian dipotong menjadi dua bagian—satu bagian tetap utuh, sementara bagian lainnya dirobek kecil-kecil. Setiap potongan kecil dikumpulkan kembali di atas kertas yang masih utuh, lalu dibungkus rapi dan dibuang ke tempat sampah.

Gerakan ini bukan sekadar latihan keterampilan motorik halus atau terapi sensorik, tetapi juga memiliki makna yang lebih dalam. Ini adalah simbol dari kehidupan: memilah yang berserakan, mengemas yang tercerai-berai, dan akhirnya melepaskan. Saat potongan-potongan kertas itu dibungkus dan dibuang, seolah ada beban yang ikut dilepaskan—baik fisik maupun emosional.
Seperti halnya tubuh yang perlu dirawat dengan senam kaki agar tetap sehat, pikiran dan hati pun perlu dibersihkan dari hal-hal yang tak lagi diperlukan. Di Lodji Londo, di antara gerakan-gerakan kecil itu, para peserta tak hanya berlatih menjaga kesehatan fisik, tetapi juga belajar tentang keteraturan, kesabaran, dan keberanian untuk melepaskan. (Dwi Taufan Hidayat)