| Oleh: Drs. SM Hasyir Alaydrus, S.Sos., MM
Berhasil atau tidaknya komunikasi seseorang, sekurang-kurangnya akan ditentukan dengan isi kepala, keadaan hati, kreativitas ketrampilan, serta kemampuannya dalam mengembangkan semangat untuk menggapai harapan.
Muqaddimah
Sebuah organisasi, umumnya dibangun untuk menjadi kekuatan bersama. Tujuannya, untuk mencapai harapan tertentu. Oleh karenanya, antara seorang dengan orang lain yang terlibat dalam lingkup komunitas di internal organisasi, dipacu untuk saling hormat-menghormati.
Cara yang umum dilakukan, antara satu individu dengan individu yang lain saling upaya tutup-menutupi kekurangan, saling lengkap melengkapi, menuju saling kuat-menguatkan dalam menghadapi tantangan kehidupan yang bergulir mengikuti arus zaman. Antara seorang dengan lainnya, idealnya, diajak saling menata upaya penyelarasan prilaku pada pesan-pesan risalah.
Salah satu yang penulis pandang penting dalam penataan tersebut adalah berjalannya siklus: wa tawa shaubil haqq, wa tawa shabish shabr dalam kehidupan berorganisasi; Merupakan siklus pada gawe besarnya kaum mukmin dalam penataan masing-masing jiwa untuk menjalankan ‘amilush shalihat. Dengan begitu, setiap saat yang dilalui dapat terhindar dari bentuk-bentuk rugimerugikan, sebagaimana pesan yang termaktub dalam Alqur-an, Surat Wal’ashr yang berisi 3 ayat.
Tidak ada sebuah organsisasi yang berhasil dengan baik (menguntungkan), tanpa terjadinya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang kuat. Kemudian, kekuatan itu disokong dengan sikap sungguh-sungguh dalam hal menutupi kekurangan yang terjadi (terdapati) dalam lingkup sebuah organisasi.
Tidak pula sebuah organisasi akan diperhitungkan eksistensinya, jika saja SDM di internal organisasi itu lemah dalam menggalang sinergi kebersamaan. Upaya-upaya agar saling kuat menguatkan antara seorang dengan lainnya di internal organisasi menjadi niscaya; Maka perlu dibuat rumusan-rumusan operasionalisasi target tertentu, termasuk metodologi, berkaitan dengan proses bermekanisme tajdid atau purifikasi pikiran.
Saling kuat-menguatkan di sini, dimaksudkan pada terbangunnya kemampuan SDM berkualitas dalam mensinergikan setiap potensi yang ada. Aspek pemberdayaan SDM, mestilah dislot pada tempat yang tersesuaikan secara posisi mau pun keadaannya.
Jika tanpa slot tersebut, maka kata kunci yang hendak dimasukkan pada slot yaitu sinergi kebersamaan, tentu tidak mendapatkan sarana-prasarana yang mengikat dengan rekat. Dan key word tersebut, boleh jadi, akan meleset atau goyah dari suatu masalah yang telah diidentifikasikan. Padahal pengidentifikasian masalah dimaksudkan menuju simpul yang orientasinya untuk menghadapi tantangan kehidupan, hingga dapat ke luar dari hal-hal yang merugikan.
Agar kata kunci tersebut menjadi lebih bermakna dalam mekanisme operasionalisasi, agaknya arena wa tawa shaubil haqq, wa tawa shabish shabr, mesti juga dibuka dan diberi ruang yang luas di lingkungan organisasi.
| Berlanjut: Membangun Sinergi Kebersamaan Perspektif Muhammadiyah (2)