| Oleh: Drs. SM Hasyir Alaydrus, S.Sos., MM
Jauh sebelum Indonesia mencapai kemerdekaan, masyarakat multikultural sudah ada. Dan multikultural telah pula merambah berbagai kawasan di permukaan bumi, termasuk di negeri kepulauan nusantara yang penduduknya begitu heterogen.
Soal adanya masyarakat heterogen yang juga menghasilkan multikultural, dapat ditinjau berkait dengan proses dan sistem penciptaan manusia; Sebagaima terdapat dalam Surat 49 ayat 13, sebagai berikut:
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرࣲ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبࣰا وَقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوۤا۟ۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِیمٌ خَبِیرࣱ
Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami (Allah) telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS Al Hujarat: 13).
Dalam ayat di atas selain menjelaskan adanya penciptaan hingga berbangsa-bangsa dan bersuku-suku namun juga dimaksudkan oleh Alkhaliq agar manusia dapat saling kenal. Berarti pula antar manusia hendaknya membangun interaksi sekaligus integrasi dalam pencapaian hidup terbaik (mulia), yaitu bersifat taqwa ilallah.
Ayat di atas, sekaligus memacu manusia agar melakukan amaliah yang mempunyai bobot pada nilai ibadah melalui interaksi sosial. Jika dilakukan berjamaah, misal dengan bendera organisasi, maka bangun jalinan yang berbentuk integrasi sosial, dapat menjadi metode dalam upaya penguatan jalinan antar individu di internal organisasi mau pun eksternal organisasi.
Dalam upaya penguatan jalinan antar sesama, tentu saja aspek komunikasi menjadi jembatan penguhubung yang strategis. Ketika kepemimpinan organisasi melakukan pemberdayaan SDM, maka dalam hal memilih dan menyusun kata per kata atau pembicaraan (qaulan) dalam membahas suatu persoalan, jenis komunikasi yang bernilai efektif tentu pula sangat diperlukan.
Makna penting komunikasi yang bernilai efektif, sekurang-kurangnya menggunakan; Perkataan yang benar lagi berunsur pada nilai kejujuran (qaulan sadida); Tepat sasaran, komunikatif, dan mudah dimengerti (qaulan baligha); Penuturannya baik lagi bijaknasana (qaulan ma’rufa); Pengungkapannya bertujuan mulia dan saling hormat-menghormati (qaulan karima); Intonasinya lembut, teratur, hati-hati dan tidak gegabah (qaulan layyinan); Kemudian juga dalam menyampaikan menggunakan ungkapan yang ringan atau tidak menambah kerumitan persoalan (qaulan maysura).
Memang tidak mudah dalam mengembangkan teori komunikasi yang dipersyaratkan Alqur-an dan Sunnah Rasululah Saw. Akan tetapi, bila merujuknya kepada cara-cara komunkasi yang diteladankan oleh Rasulullah Saw dalam menghadapi berbagai persoalan, masih tetap diyakini oleh kebanyakan kaum mukmin bahwa Rasulullah adalah sosok komunikator ulung dan unggul sepanjang zaman.
Kekuatan Rasulullah Saw dalam menggalang ummat, dalam interaksi sosial hingga membangun sistem integrasi sosial berdasarakan ajaran Islam, telah dicatat sejarah; Bahwa alat ukur kekuatan integritas yang tercermin, bukan didekati dari bani atau bangsa, ras, suku, warna kulit, dan sifat-sifat heterogen lainnya. Akan tetapi didasari sistem komunikasi dalam dua dimensi bahasa yang diambil energinya dari sisi amanu, wa’amilush shalihat, wa tawa shaubil haqq, wa tawa shaubish shabr.
| Berlanjut: Membangun Sinergi Kebersamaan Perspektif Muhammadiyah (8)