| Oleh: Drs. SM Hasyir Alaydrus, S.Sos., MM
Rangkuman dalam proses akselerasi menuju keberhasilan suatu komunikasi dalam perspektif da’wah Islam berkemajuan meliputi:
1). Isi kepala
Ada pun isi kepala yang dimaksud di sini, adalah mengisi akal pikiran dengan ilmu pengetahuan. Dengan penguasaan pengetahuan baik secara konsepsi dan teknis sesuai bidang tertentu, dapat dijadikan modal dasar bahwa yang berbicara (qaul) sebagai orang yang memiliki wawasan keilmuan (kompeten dan berkualitas). Kemudian bila menjelaskan hal terkait dengan teknis pengaplikasian, ia pun memahami. Sehingga apa yang disampaikan dapat dipertanggung jawabkan baik itu di hadapan Alkhaliq mau pun di hadapan manusia lain yang dipengaruhi melalui komunikasi yang dibangunnya.
2). Keadaan hati
Isi kepala yang hebat atau banyak, akan cenderung melenceng dari nilai-nilai amanu wa amalush shalihat jika tidak diimbangi dengan keadaan hati yang tenang dan sekaligus memiliki kencenderungan untuk mengembalikan persoalan kehidupan kepada Yang Mahapencipta. Berarti pula, dalam hal ini, tingkat keimanan terhadap peran ilahi menjadi bagian yang menyatu dengan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.
Gagasan yang diwawaskan pikiran, hendaknya selalu memperoleh pertimbangan dari hati, agar nilai baik atau buruknya dapat dipilah. Yang bernilai ma’ruf tetap disampaikan sebagai anjuran, sedangkan setiap keburukan (munkar) tetap ditampilkan dan dijelaskan sebagai sesuatu yang tercela dan atau larangan dari Alkhaliq.
3). Kreativitas dan ketrampilan
Setiap hal bernuansa kreatif perlu didampingi dengan ketrampilan dalam upaya untuk memperjelas mana yang bernilai mashlahat dan mana yang membawa mudharat. Kreativitas dan ketrampilan berfungsi pula agar membedakan sekaligus memposisikan mana perbuatan tercela yang mesti dihindari, dan mana perilaku bernilai khairat (bersifat shalih dan karimah) yang pantas dikerjakan untuk mengambil nilai keuntungan di dunia mau pun di akhirat kelak.
Kreativitas dan ketrampilan, juga bagian dari upaya mengembangkan metodologi atas penyampaian suatu pesan dalam kegiatan berkomunikasi. Sehingga isi pikiran yang telah sepadan dengan risalah (keadaan hati/bashira) dengan metode tertentu dapat disampaikan dengan baik dan benar sehingga penerima komunikasi mampu memahami dan berlanjut dalam mengamalkannya.
4). Kemampuan mengembangkan semangat
Kemampuan mengembangkan semangat tentu saja meliputi, antara lain dalam menguasai azas-azas (kaifiyah) berkomunikasi yang ditunjang dengan meningkatnya kekuatan mental-spiritual. Pada aspek penunjang ini, setidaknya menjadi bagian yang kegunaannya mengikis hambatan komunikasi dalam membangun integrasi sosial agar dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan.
Dengan munculnya semangat berintegrasi dan mental yang memenuhi syarat serta standar dalam dinamika sosial menuju perubahan sosial yang bernilai lebih baik, tentu berpeluang untuk lebih mendekatkan pada pencapaian target tertentu, dari suatu gagasan yang dibawa ke arena perkomunikasian.
Dengan demikian, keberhasilan dan kegagalan komunikasi sangat bergantung pada kecakapan komunikator dalam memahami ilmu pengetahuan, menyampaikan buah pikiran, ide atau gagasan, melalui ketrampilan (metode, cara, kaifiyah) berbicara atau mengolah tulisan dan karangan, serta menampilkan isyarat atau standar mutu dari apa-apa yang menjadi tujuan dan target pencapaian. Kemudian, kecakapan komunikan dalam memahami isi pesan, baik yang jelas mau pun abstrak atau juga mengandung isyarat tertentu, akan turut menentukan hasilnya.
| Berlanjut: Membangun Sinergi Kebersamaan Perspektif Muhammadiyah (10)