KUPANG, JAKARTAMU.COM | Menteri Agama Nasaruddin Umar mengaku sedang mengembangkan kurikulum pendidikan berbasis cinta. Yang dimaksud adalah kurikulum yang mampu mengeliminasi rasa kebencian di tengah keberagaman.
Menurut Nasaruddin, kurikulum pendidikan agama yang selama ini dianggapnya fokus pada perbedaan, sangat penting direformasi.
“Perbedaan tidak seharusnya memperlebar jarak antarmasyarakat. Saya belajar dari guru-guru saya bagaimana mengatasi rasa benci dan menggantinya dengan penghormatan terhadap perbedaan,” kata Nasaruddin saat memberikan paparan visi Kementerian Agama dalam forum Tanwir Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Kupang, Kamis (5/12/2024).
Baca juga: Prabowo Merasa Terhormat Diundang Membuka Tanwir Muhammadiyah
Dia mengatakan, selama ini guru agama mengajarkan klaim kebenaran masing-masing agama. Islam akan menyatakan bahwa Islamlah yang paling benar, yang lain sesat. Kalau dia NU, maka Islam NU lah yang paling benar, orang Muhammadiyah juga akan beranggapan yang sama.
”Bayangkan, apa jadinya anak-anak jika sejak kecil ditanamkan kebencian? Sampai tua mereka akan sulit menerima perbedaan,” kata Nasaruddin.
Karena itu, dia menekankan perlunya pendekatan yang lebih humanis dalam pendidikan agama. Perbedaan agama maupun organisasi keagamaan tidak seharusnya menjadi penghalang untuk memperkuat persatuan bangsa.
Baca juga: Haedar Nashir Ingin Tanwir Muhammadiyah Perkuat Energi Konstruktif untuk Umat dan Kemanusiaan
“Kita harus memasukkan kurikulum cinta dalam pendidikan. Jangan menanamkan pertentangan sejak dini. Anak-anak perlu diajarkan bahwa perbedaan adalah bagian dari keindahan hidup bermasyarakat,” ujarnya.
“Kami berharap ada masukan yang kami butuhkan sebagai umara. Berikanlah pandangan yang konstruktif. Ini adalah harapan kami untuk bersama-sama membangun bangsa yang damai dan penuh cinta,” tuturnya.
Nazaruddin menegaskan siap untuk selalu mendengar aspirasi masyarakat, bahkan kritik skelaipun demi perbaikan.
“Handphone saya aktif 24 jam. Kalau perlu, jewer saya jika ada yang salah. Saya terbuka untuk semua masukan, terutama dari masyarakat dan tokoh agama,” kata Nasaruddin.