Rabu, Januari 22, 2025
No menu items!

Mengenal Tradisi Unik Kawin Culik Suku Sasak di Lombok

Must Read

PULAU Lombok tak hanya menyuguhkan keindahan alam tetapi juga budaya yang menarik. Di antara hamparan pasir putih dan Gunung Rinjani yang berdiri megah, Lombok memiliki tradisi unik kawin culik atau merariq.

Secara harfiah, merariq berarti “melarikan” atau “menculik”. Dalam tradisi ini, seorang pria yang ingin menikah menculik calon mempelainya. Wanita yang diculik kemudian tinggal di rumah kerabat pria sampai pihak keluarga pria menyampaikan niat resmi untuk menikah kepada keluarga wanita.

Sebelum penculikan, pasangan biasanya telah mencapai kesepakatan diam-diam. Sang pria “menculik” wanita pada malam atau dini hari, lalu membawanya ke rumah kerabat atau keluarganya. Wanita tidak boleh kembali ke rumahnya sebelum ada musyawarah antara kedua keluarga.

Pemandu lokasi Wisata Suku Sasak di Dusun Sade, Lombok Tengah. Foto/jakartamu.com

Setelah penculikan, keluarga pria mengirimkan utusan ke keluarga wanita untuk menyampaikan kabar bahwa putri mereka telah dibawa. Tahapan ini disebut selabar dan merupakan langkah awal menuju penyelesaian adat.

Kedua keluarga, bersama tokoh adat, bertemu untuk membahas berbagai hal, seperti mahar atau belis yang harus diberikan oleh pihak pria. Musyawarah ini menekankan pentingnya kesepakatan dan keharmonisan.

Setelah semua syarat terpenuhi, upacara pernikahan akan digelar dengan menggabungkan adat Sasak dan nilai-nilai Islam, menciptakan momen sakral yang tak terlupakan.

”Kalau tidak diculik orang tua merasa anaknya dianggap barang, seperti ayam,” ujar Amak Rio, salah satu pemandu lokasi wisata Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Senin (20/1/2025).

Rombongan FISIP UMJ di lokasi wisata Suku Sasak Dusun Sade. Foto/istimewa

Menculik dalam tradisi merariq bukanlah penculikan dalam arti harfiah. Ia adalah symbol keberanian pria dalam memperjuangkan cintanya. Tradisi merariq dipercaya telah ada sejak masa pra-Islam. Pada masa itu, masyarakat suku Sasak sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kehormatan keluarga dan solidaritas komunitas.

Kehidupan agraris masyarakat Sasak menempatkan ikatan pernikahan bukan hanya hubungan pribadi, tetapi juga aliansi strategis antara keluarga untuk memperkuat hubungan sosial dan ekonomi.

Seiring berjalannya waktu, tradisi ini dipengaruhi agama Islam yang masuk ke Lombok pada abad ke-16. Nilai-nilai Islam masuk ke dalam adat budaya tersebut. Merariq menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Sasak, diwariskan dari generasi ke generasi.

Dalam tradisi merariq, ada aturan ketat yang harus diikuti, misalnya jika dilakukan tanpa persetujuan wanita. Jika dilakuan, denda berupa uang, hewan ternak, atau barang berharga lainnya harus dibayarkan. Denda ini bertujuan menjaga kehormatan keluarga wanita dan menyelesaikan konflik secara damai. ”Dendanya bisa sampai Rp1 juta,” kata Amak Ririn, pemandu lain.

Saat ini, banyak komunitas Sasak yang mulai memodifikasi tradisi merariq agar lebih relevan dengan nilai-nilai modern. Misalnya, denda yang memberatkan mulai dihilangkan, dan proses penculikan lebih bersifat simbolis tanpa mengurangi esensi adat.

Laporan Harmonis

Minuman Hangat Posko OMOR “Teman Akrab” Korban Kebakaran Kemayoran

JAKARTAMU.COM | Udara masih dingin ketika matahari mulai menampakkan diri di lokasi pengungsian kebakaran Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat,...

More Articles Like This