Senin, Januari 6, 2025
No menu items!

Menghidupkan Ramadan dengan Ceramah Berbasis Keilmuan

Must Read

TAK terasa, 1446 Hijriyah telah memasuki bulan Rajab. Ini berarti bulan suci Ramadan semakin dekat. Ramadan selalu menjadi bulan penuh berkah di mana masjid-masjid, musala, bahkan kantor dan pasar ramai dengan aktivitas keagamaan. Salah satu tradisi yang sangat dinanti adalah ceramah setelah salat tarawih.

Bulan Ramadan menjadi momen “laris-larisnya” bagi para mubalig. Namun, menjadi mubalig bukan hanya tentang kemampuan berbicara di depan jamaah. Seorang mubalig harus memiliki kompetensi untuk menyampaikan nasihat, peringatan, serta ajaran Islam secara mendalam dan berdasar dalil yang kuat. Tantangan ini menuntut mereka untuk memahami substansi agama serta mampu menyampaikan pesan dengan cara yang dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat.

Latar belakang mubalig bisa sangat beragam. Dari akademisi hingga praktisi profesional, mereka semua memiliki peran penting dalam menyebarkan ajaran Islam. Di Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam besar di Indonesia, para mubalig dengan berbagai latar belakang telah menunjukkan bahwa kompetensi keilmuan duniawi dapat bersinergi dengan dakwah Islam.

Muhammadiyah memiliki sejarah panjang menghasilkan tokoh-tokoh luar biasa seperti Dr. dr. Tarmizi Taher, seorang dokter yang juga ulama. Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Agama Indonesia dan tetap aktif berdakwah meskipun telah pensiun. Ada juga Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, seorang psikiater senior yang menggabungkan konsep agama dalam pendekatan psikologi kesehatan. Karyanya tentang Biology, Psychology, Social, and Spiritual (BPSS) menjadi salah satu inovasi yang diakui secara luas.

Di era media sosial, muncul tokoh seperti Ustaz dr. Zaidul Akbar, dokter umum lulusan Universitas Diponegoro. Ia fokus menyampaikan dakwah dengan tema kesehatan Islami, seperti “Sehat ala Rasulullah” dan kehalalan obat. Ada pula Prof. Dr. Tono Saksono dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (Uhamka), yang memimpin riset fajar global di Indonesia melalui Islamic Science Research Network.

Ramadan tahun ini, pengurus masjid Muhammadiyah dapat merancang kegiatan kajian yang lebih variatif dengan menghadirkan mubalig dari berbagai latar belakang profesional. Setiap mubalig dapat memberikan ceramah sesuai dengan kompetensinya, menciptakan suasana Ramadan yang lebih berwarna dan bermakna. Pendekatan ini juga memperkuat pandangan bahwa Muhammadiyah adalah rumah bagi orang-orang yang pintar dalam urusan dunia dan agama.

Pesan Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, tetap relevan hingga kini:

“Muhammadiyah sekarang ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah kamu bersekolah menuntut ilmu pengetahuan di mana saja. Jadilah guru, kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dll kembalilah kepada Muhammadiyah.” (Junus Salam, Riwajat Hidup K.H.A. Dahlan: Amal dan Perdjoangannja, Jakarta: Depot Pengadjaran Muhammadijah, 1968, halaman 51-52).

Isra Mikraj Nabi Muhammad Itu Ilmiah, Begini Penjelasan Haekal

JAKARTAMU.COM | Para ahli ilmu kalam berbeda pendapat mengenai isra mikraj. Perbedaan pendapat terutama mengenai apakah isra dan mikraj...

More Articles Like This