JAKARTAMU.COM | Kesalahan dalam beragama selalu ada di tengah masyarakat. Ini terjadi karena adanya godaan setan yang selalu menggoda manusia untuk menjauh dari kebenaran. Oleh karena itu, Allah سبحانه و تعالى memerintahkan agar selalu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.
Firman Allah سبحانه و تعالى:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali ‘Imran: 104)
Kesalahan dalam beragama dapat dibagi menjadi dua kategori utama:
- Kesalahan karena ketidaktahuan atau salah paham. Ini sering terjadi pada orang-orang yang kurang ilmu dan tidak memahami agama dengan benar.
- Kesalahan karena niat yang buruk. Orang-orang yang memiliki keinginan buruk biasanya sudah mengetahui kebenaran tetapi tetap berpaling darinya.
Allah سبحانه و تعالى telah mengingatkan kita tentang hal ini dalam Surat Al-Fatihah:
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
Artinya: “(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah: 7)
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “orang-orang yang dimurkai” adalah orang Yahudi, sementara “orang-orang yang tersesat” adalah orang Nasrani. Mereka yang dimurkai adalah mereka yang telah mengetahui kebenaran tetapi tetap menolaknya, sedangkan mereka yang tersesat adalah mereka yang kehilangan petunjuk dan bingung dalam kesesatan.
Kesalahan Menjelang Ramadan
Menjelang bulan suci Ramadhan, terdapat beberapa kesalahan yang sering dilakukan umat Muslim:
- Padusan atau mandi besar menjelang Ramadan sebagai syarat berpuasa. Padahal, dalam Islam tidak diwajibkan suci dari hadats besar untuk memulai puasa. Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhuma, mereka berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ أَهْلِهِ ، ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيَصُومُ
Artinya: “Nabi ﷺ pernah mendapati waktu fajar (waktu Shubuh) dalam keadaan junub karena bersetubuh dengan istrinya, kemudian beliau ﷺ mandi dan tetap berpuasa.” (HR. Bukhari no. 1926)
- Merasa sedih ketika masuk Ramadan. Seharusnya, seorang Muslim menyambut Ramadan dengan suka cita karena itu adalah bulan penuh keberkahan.
- Melakukan banyak maksiat meskipun sedang berpuasa. Nabi ﷺ bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
Artinya: “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir)
- Meninggalkan sebagian amalan sunnah, seperti tidak berkumur saat wudhu karena takut batal puasanya, padahal hal tersebut diperbolehkan.
- Tidak berniat puasa di malam hari. Dari Hafshah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
“Barangsiapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa untuknya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah)
- Menjadi pemalas selama Ramadan. Padahal, Ramadhan adalah bulan yang seharusnya dimanfaatkan untuk meningkatkan amal ibadah.
Dengan memahami kesalahan-kesalahan ini, kita dapat memperbaiki diri dan menyambut Ramadhan dengan cara yang lebih benar sesuai tuntunan syariat. Semoga Allah سبحانه و تعالى memberikan kita pemahaman dan kekuatan untuk menjalankan ibadah dengan benar. Aamiin. (Dwi Taufan Hidayat)