Rabu, Januari 22, 2025
No menu items!

Mengoptimalkan Peran Mubalig di Lokasi Bencana

Must Read

SEPANJANG sejarah Islam, terdapat sekelompok umat yang bekerja menyampaikan pesan para nabi. Mereka adalah para mubalig, yang dihormati karena menjaga khazanah ilmu Islam yang dengan itu mereka sejatinya telah menjaga eksistensi agama.

Para mubalig tidak hanya berdakwah melalui ceramah dan orasi, tetapi juga menunjukkan teladan nyata, termasuk dalam aspek muamalah. Contoh ini telah diberikan oleh para nabi, dari Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW. Sayangnya, di masa kini, peran mubalig urusan muamalah, semakin memudar.

Hal ini terlihat jelas dalam konteks penanganan bencana, khususnya di DKI Jakarta. Jumlah mubalig yang terlibat langsung sebagai relawan kemanusiaan sangat minim. Misalnya, pada kebakaran yang terjadi di Kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa dini hari (21/1/2025).

Posko OMOR di lokasi kebakaran Kebon Kosong. Foto/dok.OMOR

Kebakaran ini merupakan insiden ketiga di kawasan tersebut sejak Desember 2024 dan menghanguskan 543 rumah di RT 001 hingga RT 011 RW 04. Sebanyak 607 kepala keluarga (KK) atau total 1.797 jiwa kehilangan tempat tinggal.

Berbagai elemen masyarakat, seperti pecinta alam, tenaga medis, mahasiswa, dosen, komunitas kepemudaan, dan pelajar, bergabung menjadi relawan untuk membantu para korban. Namun, berapa banyak mubalig yang tergabung dalam unit relawan ini? Jawabannya mungkin sangat sedikit.

Padahal, keberadaan mubalig di lokasi bencana sangat penting, terutama untuk membantu menyembuhkan trauma nonfisik para korban. Di tengah fokus relawan pada pemulihan infrastruktur dan distribusi bantuan, kebutuhan psikologis dan rohani para korban sering kali terabaikan. Di sinilah peran mubalig, ustaz, kiai, atau dai menjadi sangat relevan.

Sejak awal 2023 hingga Januari 2025, One Muhammadiyah One Response (OMOR) telah beberapa kali turun membantu korban bencana. Namun, partisipasi mubalig dalam struktur formal seperti Majelis Tabligh maupun Majelis Tarjih masih minim.

Baca juga: Bencana Awal Tahun 2025: Lazismu DKI Jakarta dan OMOR Bergerak Cepat

Masjid sebagai Pusat Penanganan Bencana

Dalam situasi bencana, masjid memiliki peran strategis. Masjid sering menjadi tempat perlindungan pertama masyarakat, sekaligus pusat peribadatan dan sosialisasi. Namun, banyak pengurus masjid, termasuk mubalig dan khatib, yang belum memahami konsep kesiapsiagaan bencana. Akibatnya, pelayanan di masjid untuk korban bencana sering kali tidak terorganisasi dengan baik.

Untuk mengatasi hal ini, pengurus masjid Muhammadiyah bersama Majelis Tabligh, Majelis Tarjih, MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center), dan OMOR dapat mengembangkan program pelatihan Masjid Tanggap Bencana. Program ini bertujuan mengoptimalkan fungsi masjid sebagai tempat perlindungan darurat.

Masjid umumnya memiliki ruang yang cukup untuk menampung setidaknya 200 orang. Bahkan, masjid dengan halaman luas dapat menampung hingga 1.000 orang dengan mendirikan tenda darurat. Selain itu, masjid biasanya dilengkapi sarana MCK, air bersih, dan dapur umum. Masjid dengan manajemen yang baik juga memiliki fasilitas memasak berkapasitas besar untuk melayani ratusan hingga ribuan orang sekaligus.

Pengurus masjid, termasuk imam, mubalig, dan khatib, dapat memfasilitasi kegiatan psikososial dan *trauma healing* berbasis Al-Qur’an. Pendekatan ini membantu para korban memulihkan kondisi mental mereka. Selain itu, masjid dapat menyediakan ruang untuk pelayanan kesehatan darurat. Beberapa masjid yang sudah memiliki klinik dapat mengubahnya menjadi ruang pengobatan atau bahkan ruang operasi darurat jika fasilitas kesehatan lain kewalahan.

Jadi, mengoptimalkan peran mubalig di lokasi bencana intinya bukan hanya tanggung jawab individu tetapi juga institusi. Kolaborasi yang baik antara pengurus masjid, mubalig, dan organisasi keagamaan dapat memfungsikan masjid sebagai pusat pelayanan yang lebih tanggap bencana. Dengan demikian, masyarakat yang terdampak bencana tidak hanya mendapatkan bantuan fisik, tetapi juga dukungan mental dan spiritual yang mereka butuhkan. (*)

Trump: AS Hanya Akui Dua Gender, Pria dan Wanita!

JAKARTAMU.COM | Pada 20 Januari 2025, Presiden Amerika Serikat ke-47, Donald Trump, menandatangani serangkaian perintah eksekutif yang menegaskan bahwa...

More Articles Like This