Kamis, April 24, 2025
No menu items!

Menimbang Klaim Prabowo soal Keunikan Program Makan Gratis untuk Ibu Hamil

Must Read

PRESIDEN Prabowo Subianto dalam sejumlah kesempatan menyatakan bahwa program makan bergizi gratis untuk ibu hamil dan anak sekolah yang menjadi andalan pemerintahan barunya adalah program satu-satunya di dunia. Pernyataan ini memantik berbagai reaksi, dari pujian hingga keraguan. Namun sebagaimana lazimnya dalam wacana publik yang sehat, klaim sebesar ini perlu diuji secara proporsional: adakah program serupa di negara lain? Jika ya, apa yang membedakan program Prabowo sehingga pantas disebut unik?

Mari kita uraikan secara jernih, tanpa tergesa menyanggah atau mengiyakan secara membabi buta.

Jepang: Teladan dalam Makanan Sekolah

Salah satu negara yang kerap dikutip dalam konteks makan gratis adalah Jepang. Di Negeri Sakura, kyushoku atau makan siang sekolah sudah lama menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional. Anak-anak tidak hanya mendapat makanan sehat yang dimasak langsung di dapur sekolah, mereka juga dilibatkan dalam penyajian dan pembersihan sebagai bagian dari pendidikan karakter.

Walau tidak selalu gratis karena beberapa distrik menerapkan sistem subsidi parsial namun hampir seluruh siswa dari jenjang dasar hingga menengah mendapatkan makanan bergizi setiap hari. Tidak hanya itu, dalam kasus ibu hamil, sistem kesehatan Jepang mengatur Mother and Child Health Handbook yang memberi subsidi makanan, suplemen, hingga makanan tambahan saat kehamilan, terutama bagi keluarga berpenghasilan rendah.

Finlandia: Pionir Makan Gratis Sejak 1948

Jika bicara soal makanan gratis, Finlandia adalah pionirnya. Sejak tahun 1948, semua anak sekolah mendapatkan makan siang gratis yang bergizi dan seimbang. Negara ini tidak hanya menyediakan makanan, tetapi juga memastikan aspek gizi, pendidikan pola makan sehat, dan pengembangan produk lokal.

Untuk ibu hamil, sistem kesejahteraan Finlandia bahkan memberi maternity package berupa perlengkapan bayi dan kupon nutrisi sejak kehamilan awal. Negara ini menganggap perawatan prenatal sebagai investasi jangka panjang.

Inggris dan AS: Khusus untuk Anak dan Ibu

Di Inggris, Free School Meals diberikan kepada anak-anak dari keluarga dengan penghasilan rendah. Sejak pandemi COVID-19, cakupan program ini diperluas. Di sisi lain, ibu hamil yang memenuhi kriteria dapat mengikuti program Healthy Start, yang memberikan voucher makanan sehat, susu, dan vitamin secara berkala.

Sementara di Amerika Serikat, program Women, Infants, and Children (WIC) sudah berjalan sejak 1970-an. WIC memberikan bantuan makanan, edukasi nutrisi, dan rujukan layanan kesehatan untuk ibu hamil dan anak usia dini. Ini termasuk susu, sayur-mayur, telur, hingga makanan bayi.

India dan Brazil: Kesejahteraan Jangka Panjang

India punya Integrated Child Development Services (ICDS) yang mencakup makanan tambahan untuk anak-anak dan ibu hamil/laktasi di desa-desa melalui anganwadi centers. Meskipun tantangan pelaksanaannya masih besar, ini menjadi salah satu program pangan dan kesehatan paling luas di dunia.

Sementara Brazil mengintegrasikan makanan sekolah gratis dalam program National School Feeding Program (PNAE), dan untuk ibu hamil dari keluarga miskin, negara memberi insentif berupa makanan tambahan dan pemeriksaan rutin sebagai bagian dari Bolsa Familia.

Jika menilik berbagai contoh di atas, jelas bahwa program makan gratis untuk ibu hamil bukan hal baru secara global. Banyak negara telah melaksanakan model serupa dengan pendekatan dan cakupan yang berbeda-beda. Lantas, di mana mana letak keunikan program Prabowo?

Program Prabowo yang rencananya menyasar 80 juta penerima menggunakan APBN secara langsung mampu menggabungkan tiga unsur sekaligus. Pertama, program Prabowo berskala nasional secara penuh, bukan terbatas hanya keluarga miskin. Kedua, penerima manfaatnya anak sekolah dan ibu hamil, ketiga, diberikan setiap hari tanpa syarat. Jika benar-benar terealisasi, maka barangkali ada benarnya bahwa Indonesia akan menjadi satu-satunya negara yang melaksanakan program tersebut secara bersamaan dengan cakupan masif.

Namun, perlu digarisbawahi bahwa hingga kini, detail teknis dan regulasi resmi dari program ini belum sepenuhnya rampung. Tanpa kepastian soal mekanisme pendistribusian, verifikasi penerima, menu makanan, dan sistem monitoring kualitas gizi, klaim “satu-satunya di dunia” masih bersifat prematur.

Dalam komunikasi publik, penting membedakan antara klaim pertama, satu-satunya, dan paling efektif. Menyebut program ini sebagai “satu-satunya di dunia” dapat menimbulkan ekspektasi tinggi yang rentan jadi bumerang jika kemudian dibuktikan keliru atau gagal dilaksanakan.

Yang lebih penting dari keunikan adalah keberlanjutan dan efektivitas program itu sendiri. Tak sedikit program ambisius yang akhirnya mandek karena korupsi, tumpang tindih birokrasi, atau ketidaktepatan sasaran.

Klaim Presiden Prabowo tentang keunikan program makan bergizi gratis patut diapresiasi sebagai bentuk semangat membangun sistem kesejahteraan yang inklusif. Namun, dalam menilai dan mendukungnya, masyarakat dan media harus tetap kritis dan proporsional.

Apakah ini satu-satunya program di dunia? Tidak secara mutlak. Banyak negara telah lebih dahulu menjalankan program serupa dengan bentuk dan skema masing-masing.

Tapi apakah ini bisa menjadi program paling ambisius dan menyeluruh? Mungkin saja. Dengan perencanaan matang, eksekusi bersih, dan pengawasan ketat, Indonesia bahkan bisa menjadi role model baru dalam perlindungan gizi bagi ibu dan anak.

Pada akhirnya, yang dibutuhkan bukan hanya kebanggaan atas keunikan, melainkan komitmen terhadap keberlanjutan dan dampak nyata. Karena ukuran kemajuan bukan pada seberapa nyaring klaimnya, tapi seberapa dalam manfaatnya dirasakan oleh rakyat. (*)

Koperasi Jadi Pilar Ekonomi Baru di Kawasan Transmigrasi

JAKARTAMU.COM | Program transmigrasi tidak hanya memindahkan penduduk, tetapi juga menumbuhkan embrio kekuatan ekonomi baru melalui pembentukan koperasi. Wakil...
spot_img

More Articles Like This