JAKARTAMU.COM | Refleksi ini mengingatkan kita akan pentingnya kekhusyukan dalam salat, sebuah ibadah yang seharusnya menjadi momen paling sakral dalam kehidupan seorang Muslim.
Saat kita lupa jumlah rakaat dalam salat karena pikiran sibuk dengan urusan dunia, itu menjadi tanda bahwa hati kita belum sepenuhnya hadir di hadapan Allah. Ini adalah waktu yang memalukan, karena kita membiarkan dunia mengganggu komunikasi kita dengan Sang Pencipta.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَٰشِعُونَ
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya.”
(QS. Al-Mu’minun: 1-2)
Ayat ini menekankan bahwa kekhusyukan dalam salat adalah ciri utama orang beriman. Kekhusyukan berarti menghadirkan hati, jiwa, dan pikiran hanya kepada Allah, mengesampingkan segala gangguan dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
إِذَا قَامَ الْعَبْدُ فِي صَلَاتِهِ، فَإِنَّهُ يُنَاجِي رَبَّهُ، فَلْيَنْظُرْ كَيْفَ يُنَاجِيهِ
“Jika seorang hamba berdiri untuk shalat, maka sesungguhnya ia sedang berbicara kepada Tuhannya. Maka hendaknya ia memperhatikan bagaimana ia berbicara kepada-Nya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa salat adalah komunikasi langsung dengan Allah. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memusatkan perhatian dan tidak membiarkan pikiran teralihkan oleh urusan duniawi.
Kita semua mungkin pernah mengalami momen di mana pikiran melayang saat salat. Namun, ketika kita menyadarinya, itu adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas salat kita, dan memohon kepada Allah agar memberikan kekhusyukan. Berdoalah agar Allah menguatkan hati kita, menjauhkan dari godaan dunia, dan memberikan keikhlasan dalam ibadah.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa membimbing kita untuk lebih khusyuk dalam salat, menghadirkan hati sepenuhnya kepada-Nya, dan menjadikan salat sebagai sarana mendekatkan diri yang sejati kepada-Nya. Aamiin. (Dwi Taufan Hidayat)