JAKARTAMU.COM | Saudaraku, Hati adalah cermin cahaya, Jangan biarkan ia buram oleh dusta. Semakin berpaling dari suaranya, Semakin gelisah jiwa meronta.
Dengarlah bisikan nurani, Ia tak pernah berdusta, Dalam diamnya menyimpan kebenaran, Dalam sunyinya tersembunyi kearifan.
Apakah pantas surga kita harap, Sedang dosa masih melekat erat? Nabi Adam terusir hanya karena satu, Lalu bagaimana dengan kita yang bertumpuk nista?
Tak malukah kita pada Ilahi, Meminta rahmat, menumpuk maksiat? Sedangkan Dia Maha Melihat, Segala yang tersirat dalam niat.
Saudaraku, Bukan dosa yang menutup pintu surga, Tetapi hati yang tak ingin bertaubat. Bukan kesalahan yang meruntuhkan harapan, Tetapi keangkuhan yang menolak pengampunan.
Allah berfirman dalam firman-Nya:
“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, Mereka ingat akan Allah, Lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah?” (QS. Ali Imran: 135)
Wahai saudaraku, Jangan kau biarkan dosa membelenggu, Jangan kau remehkan istighfar yang luruh, Karena rahmat-Nya lebih luas dari lautan, Dan ampunan-Nya meliputi segala batasan.
Saudaraku, Jangan biarkan kesombongan bercokol di dada, Karena sebesar debu pun menghalangi surga. Tak malukah kita kepada Tuhan semesta? Sedang Iblis terusir hanya karena angkuhnya?
“Aku lebih baik darinya, aku dari api, sedang dia dari tanah.” (QS. Al-A’raf: 12)
Wahai jiwa yang merindukan cahaya, Dengarkanlah hatimu yang jujur bicara, Jangan biarkan ia terkubur hampa, Bangkitlah, bertaubatlah, menuju ridha-Nya.
Semoga kita tetap istiqamah, Dalam meniti jalan yang benar, Meninggalkan dosa dengan taubat, Menggapai surga dengan hati yang selamat.
