Rabu, Maret 12, 2025
No menu items!
spot_img

MinyaKita, Kaum Madyan di Era Modern

spot_img
Must Read

PERNAHKAH Anda berbuka puasa bersama di masjid atau musala? Jika diperhatikan, makanan takjil yang disediakan mayoritas berupa gorengan.

Lebih dari 60% hidangan berbuka di masjid atau musala biasanya terdiri dari pisang goreng, bakwan, risol, tahu isi, combro, martabak telur, lumpia, dan berbagai jenis gorengan lainnya. Selain harganya yang terjangkau, pedagang gorengan juga mudah ditemukan, terutama di bulan Ramadan.

Menariknya, teknik menggoreng sebenarnya bukan bagian dari budaya kuliner asli Nusantara. Dahulu, masyarakat lebih sering memasak makanan dengan cara dikeringkan, diasinkan, diasap, direbus, dikukus, dipepes, atau dibakar.

Sejarah mencatat bahwa teknik menggoreng mulai dikenal setelah masuknya pengaruh budaya luar, terutama dari pedagang China. Seiring waktu, teknik ini beradaptasi dan berkembang hingga menghasilkan beragam kuliner gorengan yang kini menjadi favorit banyak orang.

Sebagai salah satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia memiliki keterkaitan erat dengan konsumsi minyak goreng.

Namun, baru-baru ini, publik dikejutkan dengan temuan Menteri Pertanian Amran Sulaiman terkait kemasan MinyaKita. Saat melakukan inspeksi di Pasar Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Sabtu (8/3/2025), ia menemukan bahwa minyak goreng dalam kemasan bertuliskan 1 liter ternyata hanya berisi 750–800 mililiter.

MinyaKita, merek dagang minyak goreng yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, menjadi sorotan akibat dugaan kecurangan takaran. Minyak goreng yang seharusnya membantu stabilisasi harga justru mengalami lonjakan harga akibat praktik tidak jujur dalam distribusinya.

Curang dalam Takaran dan Timbangan

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:

‏اَوۡفُوا الۡـكَيۡلَ وَلَا تَكُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُخۡسِرِيۡنَۚ‏

”Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu merugikan orang lain.” (QS Asy-Syu’ara: 181)

Di surat lain:

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar? (Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam.”(QS Al-Muthaffifîn: 1-6)

Ayat ini dengan tegas melaknat orang-orang yang berbuat curang dalam takaran dan timbangan. Kecurangan semacam ini merupakan bentuk pencurian terhadap hak orang lain serta mencerminkan ketidakadilan dalam bermuamalah.

Sejarah mencatat bahwa praktik serupa pernah terjadi pada zaman Nabi Syuaib dengan Kaum Madyan. Suku ini dikenal egois dalam berdagang—mereka menuntut takaran lebih saat membeli tetapi mengurangi timbangan saat menjual. Sikap curang ini mengundang murka Allah, yang kemudian menimpakan azab kepada mereka.

Dalam Mukhtasar Qashashul Anbiyaa karya Ibnu Katsir diceritakan bahwa akibat kesyirikan dan kecurangan mereka, Allah menghentikan angin selama tujuh hari, menyebabkan hawa panas yang tak tertahankan. Air, naungan, dan berlindung di rumah tak lagi bermanfaat.

Karena kehausan, mereka pergi ke padang pasir dan melihat awan hitam. Berharap mendapatkan keteduhan, mereka berkumpul di bawahnya. Namun, saat itu juga, Allah menimpakan hujan bunga api dan meteor, mengguncangkan bumi tempat mereka berpijak, serta mengirimkan suara menggelegar yang memekakkan telinga. Dengan azab tersebut, mereka pun binasa.

Fenomena MinyaKita yang terjadi saat ini mengingatkan kita pada kisah Kaum Madyan. Kecurangan dalam takaran dan timbangan bukan hanya merugikan konsumen, tetapi juga mendatangkan kehancuran bagi pelakunya. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari sejarah dan senantiasa berpegang teguh pada prinsip kejujuran dalam segala aspek kehidupan. (*)

spot_img

Kisah Organisasi Yahudi Dilarang di Rusia: Buntut Pembunuhan Alexander II

JAKARTAM.COM | Czar Rusia Alexandr II juga dikenal sebagai Alexander sang Pembebas menjabat 2 Maret 1855 dan dibunuh Konspirasi...

More Articles Like This