Minggu, Maret 16, 2025
No menu items!
spot_img

Muhammadiyah dan Semangat Fastabiqul Khairat: Sebuah Teladan Kemandirian Umat

spot_img
Must Read

JAKARTAMU.COM | Umat Islam di Indonesia telah teruji dalam menghadapi kesulitan dan tekanan hidup. Dari masa ke masa, gelombang tantangan datang menerpa—baik dalam bentuk tekanan ekonomi, diskriminasi kebijakan, maupun keterbatasan akses terhadap pendidikan dan kesehatan.

Namun, ajaran Islam yang menanamkan kepasrahan (tawakkal), kesabaran (shabr), dan keteguhan hati (istiqamah) telah menjadi benteng keimanan yang tak tergoyahkan.

Derita demi derita yang dialami sejak era kolonial hingga pergantian kepemimpinan bangsa ini tidak membuat umat Islam berpaling, apalagi kehilangan cintanya pada Indonesia. Sebaliknya, umat tetap teguh, bertahan, dan terus berkontribusi.

Namun, kini bukan lagi saatnya sekadar bertahan dalam penderitaan. Kini saatnya umat Islam Indonesia bangkit dengan semangat baru—semangat untuk memberi, bukan sekadar menerima. Untuk menjadi rahmat bagi semesta alam, umat Islam harus mandiri dan berdaya, harus produktif, harus menjadi kaya agar bisa lebih banyak berkontribusi dalam kebaikan.

Dalam sejarah modern Indonesia, Muhammadiyah telah membuktikan dirinya sebagai pelopor dalam membangun etos kerja umat.

Organisasi ini bukan hanya menyebarkan dakwah dalam pengertian konvensional, tetapi juga menghidupkan mentalitas memberi (berbagi manfaat).

Hasilnya, Muhammadiyah tidak hanya menjadi salah satu organisasi Islam terbesar, tetapi juga yang paling mandiri secara ekonomi. Dengan aset yang mencapai Rp 446,4 triliun, Muhammadiyah menjadi organisasi keagamaan Islam terkaya di dunia.

Kekayaan ini bukan sekadar angka; ini adalah buah dari kerja keras, inovasi, dan kepemimpinan yang berbasis nilai-nilai Islam.

Muhammadiyah membangun ribuan sekolah, universitas, rumah sakit, panti asuhan, dan berbagai lembaga sosial lainnya. Semua itu dikelola secara profesional, dengan semangat ikhlas beramal dan fastabiqul khairat—berlomba-lomba dalam kebaikan.

Apa yang dicapai Muhammadiyah adalah bukti bahwa umat Islam mampu meraih kejayaan tanpa harus bergantung pada negara atau pihak lain. Ini adalah model kemandirian yang harus diperluas ke seluruh umat, agar Islam tidak hanya dikenal sebagai agama mayoritas di Indonesia, tetapi juga sebagai kekuatan ekonomi, sosial, dan intelektual yang diperhitungkan.

Maka, kini tugas umat Islam bukan lagi sekadar bertahan, melainkan berjuang untuk lebih produktif, lebih maju, dan lebih banyak memberi. Sebab, kejayaan Islam bukan hanya ditentukan oleh banyaknya jumlah pemeluk, tetapi oleh sejauh mana umatnya mampu menjadi rahmat bagi semesta alam. Fastabiqul khairat! (Dwi Taufan Hidayat)

spot_img

Khotbah di Masjidilharam Kini Diterjemahkan Dalam 11 Bahasa, Termasuk Bahasa Indonesia

JAKARTAMU.COM | Khotbah dan pelajaran agama dari Masjidil Haram di Makkah kini diterjemahkan ke dalam 11 bahasa, untuk membuat...

More Articles Like This