JAKARTAMU.COM | Muhammadiyah sering disebut masyarakat dunia adalah organisasi kemasyarakatan paling toleran di bumi ini. Muhammadiyah adalah salah satu pilar Islam yang ramah, tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia.
Muhammadiyah menjadi tulang punggung moderasi paham beragama dengan mengusung Islam Berkemajuan, mencintai budaya dengan budaya lokal dan memberinya dengan warna Islam. Nasionalis berislam dengan wajah ramah .
Abdul Mu’ti ketika masih menjabat sebagai ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengatakan bahwa Muhammadiyah tidak boleh meninggalkan jati dirinya.
”Kita mempunyai sikap toleran tanpa harus meninggalkan jati diri kita sebagai Islam yang Puritan,” kata Mu’ti pada penutupan Penguatan Kapasitas Kepala Sekolah dan Guru se-Jawa Tengah dalam rangka toleransi dan merawat keberagaman pada 11 Desember 2019 silam.
Itulah yang dinamakan dengan toleransi komunal. Berbeda dengan toleransi liberal, toleransi komunal lebih mengutamakan Aqidah dan faham keagamaan komunitas atau kelompok. Untuk itu, kebebasan individual tetap ada batasnya dalam bingkai syari’at.
Ini yang menjelaskan mengapa jenis toleransi ini hanya mungkin dijalankan di bawah sistem yang menghargai pluralisme hukum. Hal ini yang memungkinkan satu komunitas agama menjalankan norma agama hukumnya secara internal , sebagai penyempurna sistem hukum nasional.
“Inilah yang memungkinkan mengapa ajaran Islam yang di fahami Muhammadiyah (misalnya turut serta menjaga ketertiban dan keamanan beribadah bagi tetangga nasrani yang merayaka natal tanpa mengucapkan Selamat Natal. Dan tentu tidak perlu juga mengikuti ritualnya sehingga perayaan natal. Jika tetangga yang nasrani tersebut memberikan makanan dan minuman kepada kita sebagai ucapan terima kasih , tentu kita akan senang menerimanya dan memakannya selama makanan dan minuman tersebut halal,” tutur Mu’ti. (*)