Sabtu, Februari 22, 2025
No menu items!

Musailamah Al-Kadzab Nabi Palsu yang Mencoba Menandingi Rasulullah SAW

Must Read

JAKARTAMU.COM | Dia adalah Musailamah bin Habib atau berjuluk al-kadzab (si pembohong). Tokoh dari Bani Hanifah ini mengaku sebagai seorang nabi dan rasul Allah, bersamaan dengan masa Nabi Muhammad SAW.

Dia memang dikenal sebagai orang yang pandai berbicara, mahir dalam menarik simpati orang lain, dan memiliki pengaruh besar di Bani Hanifah. Oleh sebab itu, dia menjadi seseorang ‘yang diikuti’ kaumnya.

Terlebih setelah dia mendeklarasikan diri sebagai seorang utusan Allah. Untuk memperkuat legitimasinya sebagai seorang nabi dan rasul, Musailamah mengaku mendapatkan wahyu dari Allah.

Ia kemudian menyusun beberapa karya sastra yang dimaksudkan untuk menandingi ayat-ayat Al-Qur’an. Namun sayang, karya-karya yang dibuat Musailamah isinya jauh di bawah standar sastra Arab kala itu. Sehingga karya-karya Musailamah itu malah menjadi ejekan dan olok-olokan masyarakat Arab saat itu.

Selain isinya yang dinilai terlalu mengada-ngada, ‘fotmatnya’ juga menjiplak Al-Qur’an. Salah satu karya Musailamah berbunyi:

“Hai katak (kodok) anak dari dua katak, berkuaklah sesukamu, bahagian atas engkau di air dan bahagian bawah engkau di tanah.”

Meski demikian, ada saja orang yang percaya bahwa Musailamah adalah benar-benar nabi dan rasul Allah. Tidak satu atau dua orang, tapi ribuan –bahkan puluhan ribu orang- percaya dan menjadi pengikutnya.

Musailamah terus menyebarkan ‘ajarannya’, baik saat Nabi Muhammad masih hidup dan terlebih setelah beliau wafat. Berbagai cara dilakukan Musailamah untuk mengukuhkan posisinya. Salah satunya mengirimkan surat kepada Nabi Muhammad.

Dalam surat itu, Musailamah menyakinkan bahwa dirinya adalah seorang nabi dan rasul Allah juga, sama seperti Nabi Muhammad. Musailamah mengklaim bahwa dirinya juga ditugaskan untuk menyebarkan risalah langit dan berhak menguasai separuh negeri Arab.

Berikut surat yang ditulis Musailamah untuk Nabi Muhammad: “Dari Musailamah Rasulullah untuk Muhammad Rasulullah. Salam sejahtera, aku telah ditetapkan untuk menjalankan tugas dan kekuasaan bersama kamu. Aku berkuasa atas separuh negeri dan separuh untuk Quraisy, tetapi Quraisy adalah umat yang kasar dan kejam.”

Musailamah mengutus dua pengikutnya untuk menyampaikan surat tersebut kepada Nabi Muhammad. Ketika sampai di hadapan Nabi Muhammad, dua utusan tersebut kemudian ditanya perihal isi surat tersebut.

Nabi bertanya kepada kedua utusan itu setelah mendengarkan bunyi surat tersebut: “Bagaimana pendapatmu?” Kedua orang itu berkata: Pendapat kami seperti yang sudah dikatakannya.

Nabi menatap marah kepada kedua orang itu seraya katanya: “Demi Allah, kalau tidak karena utusan itu tak boleh dibunuh niscaya kupenggal lehermu.

Nabi Muhammad kemudian mengirimkan surat balasan untuk Musailamah. Sebagaimana dikutip buku Sirah Ibnu Ishaq: Buku Tertua Tentang Sejarah Nabi Muhammad (Muhammad ibn Ishaq, 2003), berikut surat balasan Nabi Muhammad:

“Dari Muhammad Rasulullah kepada Musailamah sang pendusta. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk (QS. Thaha: 47). Sesungguhnya bumi ini adalah kepunyaan Allah. Diwariskan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”

Siasat Rasulullah Menghadapi Pergolakan

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul “Abu Bakr As-Siddiq – Yang Lembut Hati” (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) mengisahkan Rasulullah dapat menangkap ancaman yang tersembunyi dalam surat Musailimah itu, maka ia mengutus Nahar ar-Rahhal, orang yang sudah mendalami ajaran agama untuk mengacaukan Musailimah dan untuk mengajar kaum Muslimin yang tinggal di Yamamah memperdalam pengetahuan Islam.

Di kemudian hari, Nahar justru menggabungkan diri kepada Musailimah dan memberikan pengakuannya bahwa orang itu sekutu Nabi Muhammad dalam risalahnya.

Oleh karena itu, pengaruh Musailimah makin besar dan ajakannya makin tersebar luas. Akan tetapi kala itu politik Rasulullah tidak ditujukan untuk menumpas pengacau itu sebelum tampak serius. Rasulullah berkeyakinan bahwa Allah akan memberikan kemenangan dalam melawan Romawi di utara, dan kemenangan itu dampaknya akan besar sekali dalam menumpas bibit-bibit fitnah di seluruh kawasan Arab itu.

Kala itu, siasat Rasulullah SAW tertuju untuk melindungi semua perbatasan wilayah Arab di utara dari serbuan Heraklius dan pasukannya.

Heraklius yang telah mengalahkan imperium Persia, dan yang telah berhasil mengembalikan Salib Besar (The True Cross) ke Baitulmukadas (Yerusalem), serbuan dan kebengisannya sangat ditakutkan.

Pasukan Muslimin di Mu’tah sudah pernah bangkit tetapi tidak mampu melawan kekuatan Romawi, meskipun tidak sampai kalah. Perang Tabuk memang berhasil baik, tetapi tidak berarti tanah Arab sudah aman dari ancaman pasukan Romawi.

Kalau pasukan Muslimin sudah dapat mengalahkan kekuatan Rumawi dalam pertempuran yang begitu sengit dan kuat itu, soalnya karena keteguhan kabilah-kabilah Arab yang tersebar di berbagai tempat.

Akan tetapi setelah tugas mereka selesai mau tak mau pimpinan dikembalikan. Hal demikian terjadi karena kaum Muslimin sudah merasuk ke segenap penjuru Semenanjung itu dari utara sampai ke selatan, dan mereka menjadi suatu kekuatan yang harus diperhitungkan.

Pada saat itu nabi-nabi palsu, seperti Musailimah di Yamamah, Laqit di Oman ataupun Tulaihah di kalangan Banu Asad tidak berani terang-terangan melancarkan permusuhan.

Nabi Palsu: Laqit dan Tulaihah

Nabi palsu Laqit dan Tulaihah, seperti juga Musailimah, sedang menunggu kesempatan dalam menyatakan pembangkangannya untuk menghantam Muslimin.

Mereka bertiga – di tempat mereka masing-masing – menyebarkan propaganda tanpa ramai-ramai dan tanpa menyerang Nabi yang dari Quraisy itu dan tanpa pula merendahkan kenabiannya.

Tetapi propaganda mereka mengatakan bahwa Muhammad itu seorang nabi yang diutus untuk golongannya dan mereka pun juga nabi seperti dia dan diutus untuk golongan mereka pula masing-masing.

Mereka menginginkan agar golongan mereka itu mendapat bimbingan (hidayah), seperti dia juga yang menginginkan golongannya mendapat petunjuk.

Mereka telah menyiapkan udara panas dan suasana yang menggelisahkan di sekitar kaum Muslimin yang berada di tengah-tengah mereka, dengan mengobarkan api fitnah dalam sekam.

Begitu berita kematian Nabi tersiar di negeri-negeri Arab, bibit fitnah itu sudah mulai merebak ke segenap penjuru. Fitnah itu bergerak dalam bermacam-macam bentuk dan gayanya sesuai dengan faktor-faktor yang menggerakkannya.

Orang-orang yang mengaku-ngaku nabi itu erat sekali hubungannya dengan rencana hendak menghancurkan Islam ketika Nabi wafat.

Ketika Rasulullah wafat, bibit fitnah itu segera menyebar ke segenap Semenanjung, bahkan hampir sebagian besarnya akan ikut bergolak.

Daerah-daerah yang mengadakan perlawanan terhadap agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW dan kekuasaannya itu ialah negeri-negeri di kawasan Semenanjung itu, yang kebudayaannya paling tinggi dan terkaya, dan yang paling banyak berhubungan dengan Persia.

Tidak heran bila pembangkangan serupa itu meminta perhatian Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan akan memikirkannya matang-matang dalam mengatur siasat untuk mengembalikannya ke dalam pangkuan Islam serta untuk memulihkan keamanan dan keselamatan umum.

Abu Bakar Membangkitkan Semangat Atas Nama Agama

Hal kedua yang dapat dijadikan indikasi ialah rencana Musailimah dan Tulaihah, bahwa kegelisahan agama pada waktu itu akan memudahkan mereka membangkitkan semangat kegolongan atas nama agama.

Hal itu bukan disebabkan oleh fanatisme orang terhadap salah satu agama, tetapi kebalikannya, disebabkan oleh tak adanya kestabilan keyakinan agama yang dapat memuaskan jiwa mereka dan membuat mereka hidup tenteram.

Agama-agama Nasrani, Yahudi, Majusi dan paganisme, semua berdekatan dengan mereka. Masing-masing juga punya pembela-pembela, terang-terangan atau sembunyi. Tetapi semua itu masih merupakan bahan perdebatan: mana yang benar, mana yang lebih mendekati kenyataan membawa kebaikan dan kebahagiaan kepada manusia.

Inilah yang telah melapangkan jalan bagi mereka yang mendakwakan diri nabi itu untuk diperlihatkan kepada orang serta menipu mereka dengan berbagai cara untuk memperkuat kenabiannya.

Dengan cara itu nabi palsu itu berhasil mengumpulkan orang banyak untuk dijadikan pengikutnya dan untuk menjaga keberhasilan mereka yang pertama.

Faktor Regional Salah Satu Penyebabnya

Haekal menulis, mendakwakan diri sebagai nabi dan kepercayaan orang akan hal itu bukan unsur yang pokok yang menyebabkan para nabi palsu itu berhasil.

Andai kata Islam sudah kuat tertanam dalam hati dan sudah sampai pada akidah dan keimanan, niscaya nabi-nabi palsu itu tidak akan mendapat dukungan.

Akidah yang sudah berakar kuat dapat menguasai jiwa orang, yang jarang dapat dibandingkan dengan kekuatan apa pun. Tetapi yang jelas, penduduk kawasan itu belum lagi beriman, meskipun sudah masuk Islam.

Setelah mereka mendapat jalan untuk meninggalkan Islam atas nama golongan atau nama apa saja tanpa ada kebenaran yang dapat melindungi keimanan mereka, cepat-cepat mereka mengikuti nabi palsu.

Forza Gamawijaya (1): Langkah Pertama Sang Senopati

Oleh: Dwi Taufan Hidayat LANGIT jingga terbentang di atas Urut Sewu, garis pantai selatan yang memanjang dengan deburan ombak tak...

More Articles Like This