Senin, Maret 10, 2025
No menu items!
spot_img

Nabi Muhammad SAW, Cahaya di Tanah Makkah (12): Seruan Terbuka di Bukit Shafa

spot_img
Must Read

Oleh: Dwi Taufan Hidayat dan Sugiyati

Langit Makkah masih biru ketika Muhammad SAW menaiki Bukit Shafa. Angin gurun bertiup lembut, membawa butiran pasir halus yang berhamburan di udara. Dari puncak bukit itu, ia bisa melihat seluruh kota, rumah-rumah Quraisy yang berjejer rapi, dan Ka’bah yang berdiri megah di tengahnya.

Namun, hari ini bukan hari biasa.

Hari ini, wahyu telah turun:

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara: 214)

Perintah Allah ini begitu jelas. Selama ini, ia berdakwah secara sembunyi-sembunyi, hanya kepada orang-orang yang ia percaya. Namun, kini waktunya telah tiba. Islam harus diumumkan. Seluruh Makkah harus tahu.

Seruan yang Mengguncang Quraisy

Dengan suara lantang, Muhammad memanggil kaumnya.

“Wahai orang-orang Quraisy! Wahai Bani Abdul Muthalib! Wahai Bani Abdi Manaf! Wahai semua penduduk Makkah!”

Di tengah pasar, di rumah-rumah mereka, di sudut-sudut kota, orang-orang menoleh. Panggilan itu bukan panggilan biasa.

Nama Muhammad dikenal baik oleh mereka. Ia adalah Al-Amin, orang yang paling jujur, yang tidak pernah berdusta seumur hidupnya. Jika ia memanggil dengan suara sepenuh hati, pasti ada sesuatu yang sangat penting.

Satu per satu, mereka mulai mendekat. Para tetua Quraisy, saudara-saudaranya, pemuda-pemuda kota, dan bahkan para budak yang penasaran. Dalam waktu singkat, Bukit Shafa telah dipenuhi manusia yang berdiri dan menunggu.

Muhammad memandang mereka dengan penuh kasih sayang. Ini adalah keluarganya, kaumnya, orang-orang yang telah dikenalnya sejak kecil. Ia menarik napas dalam-dalam dan bertanya:

“Wahai kaumku, jika aku berkata kepada kalian bahwa di balik bukit ini ada pasukan berkuda yang siap menyerang, apakah kalian akan mempercayaiku?”

Serentak mereka menjawab, “Tentu! Engkau tidak pernah berdusta!”

Muhammad mengangguk. Kemudian, dengan suara tegas dan penuh keyakinan, ia berkata:

“Maka ketahuilah, aku adalah seorang pemberi peringatan kepada kalian sebelum datangnya azab yang dahsyat. Sembahlah hanya Allah, dan tinggalkan segala berhala yang kalian sembah selama ini!”

Seketika, suasana hening. Kata-kata itu mengguncang mereka.

Orang-orang mulai saling berpandangan. Beberapa tampak merenung, beberapa tampak terkejut, dan beberapa mulai berbisik-bisik.

Namun, sebelum siapa pun bisa berbicara, satu suara lantang memecah keheningan.

“Celakalah engkau, Muhammad! Apakah hanya untuk ini kau mengumpulkan kami?”

Semua menoleh ke arah pemilik suara itu—Abu Lahab, paman Muhammad sendiri.

Kemurkaan Abu Lahab

Abu Lahab melangkah maju, wajahnya merah padam. Ia tidak percaya bahwa keponakannya, yang dulu ia sayangi, kini berani menentang tradisi Quraisy dan agama nenek moyang mereka.

“Muhammad, kau ingin kami meninggalkan Latta dan Uzza? Kau ingin kami menyembah Tuhan yang tidak bisa kami lihat? Tidak, kami tidak akan mengikuti ajaranmu!”

Ia meludah ke tanah, lalu berbalik pergi.

Orang-orang mulai ribut. Beberapa dari mereka mengikuti Abu Lahab, meninggalkan Bukit Shafa dengan ekspresi marah.

Namun, sebagian lainnya tetap tinggal. Mereka tidak langsung menolak, tetapi juga tidak langsung menerima. Mereka mengenal Muhammad sebagai orang jujur, tetapi ajarannya sangat berbeda dari kepercayaan yang telah mereka anut selama bertahun-tahun.

Di tengah kebingungan itu, wahyu turun sebagai jawaban atas penolakan Abu Lahab:

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang telah ia usahakan…” (QS. Al-Lahab: 1-2)

Awal Perlawanan Quraisy

Sejak hari itu, Muhammad tidak lagi berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Ia mulai menyeru Islam di mana saja—di pasar, di sekitar Ka’bah, di jalan-jalan Makkah.

Namun, semakin banyak orang yang mendengar dakwahnya, semakin besar pula perlawanan Quraisy.

Abu Lahab dan para pemuka Quraisy mulai menyebarkan fitnah. Mereka mengatakan bahwa Muhammad adalah penyihir yang memisahkan keluarga, penyair gila yang mengarang cerita, dan perusak tradisi yang membawa ajaran asing.

Namun, fitnah mereka tidak menghentikan dakwah Muhammad. Setiap hari, ia tetap berdiri di tempat-tempat umum, menyeru manusia kepada kebenaran.

Dan meskipun banyak yang menolak, ada juga yang mulai menerima cahaya Islam.

Islam Mulai Mendapat Perhatian

Setiap hari, jumlah kaum Muslimin bertambah. Orang-orang yang selama ini mencari kebenaran mulai datang dan bersyahadat.

Namun, bagi Quraisy, ini adalah ancaman besar.

Muhammad bukan hanya mengajarkan tentang satu Tuhan, tetapi juga menyerang berhala-berhala mereka, yang selama ini menjadi sumber kekayaan dan kehormatan mereka. Jika Islam terus berkembang, maka Makkah akan berubah.

Mereka tahu bahwa sesuatu harus dilakukan.

Dan sejak hari itu, Quraisy mulai merencanakan cara untuk menghentikan Muhammad—dengan cara apa pun.

Apakah mereka akan berhasil menghentikannya?

(Bersambung ke Seri 13 – Tekanan dan Siksaan Quraisy)

spot_img

Kisah Kian Banyak Non-Muslim Ikut Puasa: Refleksi dan Spiritualitas

JAKARTAMU.COM | "Tidak seorang pun di keluarga saya tahu saya berpuasa pada hari itu," tutur Raveena Kumari, seorang wanita...

More Articles Like This