Kamis, Maret 20, 2025
No menu items!
spot_img

Nabi Muhammad SAW, Cahaya di Tanah Makkah (22): Perang Badar, Ujian Pertama Kaum Muslimin

spot_img
Must Read

Oleh: Dwi Taufan Hidayat dan Sugiyati

Sejak Rasulullah menetap di Madinah, kaum Quraisy di Makkah tidak pernah berhenti memusuhi Islam.

Mereka tidak bisa menerima kenyataan bahwa Muhammad dan para pengikutnya justru semakin kuat setelah hijrah.

Mereka khawatir bahwa suatu hari Madinah akan menjadi pusat kekuatan yang mengancam dominasi Quraisy di Jazirah Arab.

Maka, mereka menyusun rencana.

Jika Madinah semakin berkembang, maka harus dihancurkan sebelum menjadi lebih kuat.

Mereka pun mulai mengganggu para kafilah dagang Muslim yang masih tersisa di Makkah.

Mereka juga menindas kaum Muslim yang belum bisa hijrah.

Kebencian Quraisy semakin membara.

Dan akhirnya, mereka bersiap untuk perang.

Penyebab Perang Badar

Pada bulan Ramadan tahun ke-2 Hijriyah, Rasulullah mendapat kabar bahwa kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan sedang dalam perjalanan kembali dari Syam menuju Makkah.

Kafilah ini membawa barang dagangan dalam jumlah besar—harta yang dulu sebagian berasal dari kaum Muslim yang hijrah dan dirampas oleh Quraisy.

Rasulullah kemudian mengajak para sahabat untuk mencegat kafilah ini.

Tujuannya bukan sekadar merampas harta, tetapi memberi pelajaran kepada Quraisy bahwa mereka tidak bisa terus-menerus menindas kaum Muslim.

Namun, rencana ini diketahui oleh Abu Sufyan.

Ia segera mengirim utusan ke Makkah untuk meminta bantuan.

Mendengar berita ini, Quraisy langsung mengerahkan pasukan besar—sekitar 1.000 tentara bersenjata lengkap.

Perang tidak bisa dihindari.

Kaum Muslim Bersiap Berperang

Sementara itu, Rasulullah hanya memiliki 313 orang pasukan.

Jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan pasukan Quraisy.

Mereka juga tidak membawa perlengkapan perang yang memadai.

Namun, Rasulullah tetap tegar.

Beliau mengumpulkan para sahabat dan bertanya,

“Apa pendapat kalian?”

Abu Bakar berdiri.
“Ya Rasulullah, kami bersamamu. Berjuanglah, dan kami akan berjuang bersamamu!”

Umar bin Khattab ikut menyuarakan tekadnya.

Lalu, Miqdad bin Amr berkata,
“Kami tidak akan berkata kepadamu seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Musa, ‘Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah!’ Tidak, wahai Rasulullah! Kami akan berperang bersamamu!”

Namun, Rasulullah masih ingin mendengar pendapat kaum Anshar.

Sebab, dalam Piagam Madinah, mereka berjanji melindungi Rasulullah di dalam kota, tetapi tidak ada perjanjian untuk bertempur di luar Madinah.

Sa’ad bin Mu’adz, pemimpin Anshar, berdiri dan berkata,

“Ya Rasulullah, kami telah beriman kepadamu, kami telah membenarkanmu. Jika engkau memerintahkan kami menyebrangi lautan, kami akan menyebrang bersamamu!”

Mendengar hal itu, Rasulullah tersenyum.

Beliau tahu bahwa pasukan Muslim siap bertempur.

Maka, mereka pun bergerak menuju sumur Badar, tempat pasukan Quraisy sedang menuju.

Malam Sebelum Perang

Di tengah malam, Rasulullah berdoa dengan penuh khusyuk.

“Ya Allah, jika pasukan kecil ini binasa, maka tidak akan ada lagi yang menyembah-Mu di muka bumi ini!”

Tangannya terangkat tinggi, berulang kali berdoa, hingga akhirnya Abu Bakar menenangkan beliau.

“Wahai Rasulullah, cukup! Allah pasti akan menolong kita.”

Perang Badar Dimulai

Keesokan harinya, pertempuran dimulai.

Sebelum perang pecah, terjadi duel satu lawan satu.

Dari pasukan Quraisy, keluar tiga pendekar tangguh:

  1. Utbah bin Rabi’ah
  2. Syaibah bin Rabi’ah
  3. Walid bin Utbah

Mereka menantang kaum Muslim untuk bertarung.

Dari pasukan Muslim, maju tiga sahabat tangguh:

  1. Hamzah bin Abdul Muttalib
  2. Ali bin Abi Thalib
  3. Ubaidah bin Harits

Dalam duel sengit itu, Hamzah dan Ali berhasil mengalahkan lawan mereka.

Namun, Ubaidah terluka parah dan akhirnya gugur sebagai syahid.

Setelah duel ini, pertempuran besar pun pecah.

Kaum Muslim yang jumlahnya sedikit bertarung dengan penuh semangat.

Allah mengirimkan malaikat untuk membantu kaum Muslim.

Pasukan Quraisy mulai kocar-kacir.

Banyak pemimpin mereka yang tewas, termasuk Abu Jahal, salah satu musuh terbesar Rasulullah.

Akhirnya, pasukan Quraisy melarikan diri, meninggalkan medan perang.

Kaum Muslim menang dengan gemilang!

Pelajaran dari Perang Badar

Perang Badar bukan sekadar kemenangan militer.

Perang ini menjadi bukti bahwa Allah menolong kaum Muslimin.

Kaum Muslim yang jumlahnya kecil bisa mengalahkan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar.

Namun, kemenangan ini juga membuat Quraisy semakin marah.

Mereka tidak akan tinggal diam.

Mereka bersumpah akan membalas kekalahan ini dengan perang yang lebih besar.

Dan benar saja, setahun kemudian, perang besar lainnya akan terjadi.

(Bersambung ke Seri 23 – Perang Uhud: Ujian di Puncak Kemenangan)

spot_img

RUU TNI dan Ancaman Supremasi Sipil: Suara Kampus Menggema, Mahasiswa Bergerak

JAKARTAMU.COM | Pengesahan Revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (RUU TNI) oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada 20 Maret 2025...

More Articles Like This