Sabtu, Maret 22, 2025
No menu items!
spot_img

Nabi Muhammad SAW, Cahaya di Tanah Makkah (24): Perang Khandaq Benteng Terakhir Madinah

spot_img
Must Read

Oleh: Dwi Taufan Hidayat dan Sugiyati

Perang Uhud meninggalkan luka mendalam bagi kaum Muslim.

Mereka telah merasakan pahitnya ketidakpatuhan terhadap perintah Rasulullah.

Namun, Quraisy belum puas.

Kekalahan di Badar masih membakar hati mereka.

Dan kini, mereka ingin menghancurkan Madinah sekali untuk selamanya.

Namun kali ini, musuh yang dihadapi kaum Muslim bukan hanya Quraisy.

Madinah akan diserang oleh pasukan gabungan dari berbagai suku Arab.

Pasukan yang jumlahnya belum pernah terlihat sebelumnya.

Maka, perang ini dikenal sebagai Perang Khandaq atau Perang Ahzab (Perang Sekutu).

Sebuah Konspirasi Besar

Perang ini berawal dari pengkhianatan.

Bani Nadhir, suku Yahudi yang telah diusir dari Madinah akibat persekongkolan mereka dalam Perang Uhud, menginginkan balas dendam.

Pemimpin mereka, Huyay bin Akhtab, pergi ke Makkah untuk bertemu pemimpin Quraisy, Abu Sufyan.

Huyay meyakinkan Abu Sufyan bahwa inilah saat yang tepat untuk menyerang Madinah.

“Jika kalian bergerak sekarang, kami akan membantu kalian dari dalam kota,” katanya.

Quraisy setuju.

Mereka pun mulai membentuk aliansi dengan berbagai suku besar lainnya:

Quraisy dari Makkah

Ghatfan, suku nomaden yang terkenal ganas

Bani Nadhir dan Bani Quraizhah, dua suku Yahudi yang dulu tinggal di Madinah

Total kekuatan mereka mencapai 10.000 pasukan!

Sebuah jumlah yang sangat besar untuk ukuran Jazirah Arab saat itu.

Madinah benar-benar dalam ancaman besar.

Strategi yang Belum Pernah Terpikirkan

Ketika Rasulullah mendengar kabar ini, beliau segera mengumpulkan para sahabat.

Kaum Muslim hanya memiliki 3.000 pasukan.

Jumlah yang tidak sebanding dengan musuh.

Jika mereka bertempur secara langsung, Madinah akan hancur.

Lalu, seorang sahabat bernama Salman Al-Farisi mengusulkan sesuatu yang belum pernah dilakukan di Jazirah Arab:

Membuat parit (khandaq) di sekitar Madinah!

Di Persia, kata Salman, parit digunakan untuk mencegah pasukan berkuda menyerang.

Rasulullah menyukai ide ini dan langsung memerintahkan kaum Muslim untuk menggali parit di sisi utara Madinah.

Mengapa di utara?

Karena hanya sisi itulah yang terbuka dan bisa dijangkau musuh.

Di sisi lain, Madinah terlindungi oleh bukit-bukit berbatu dan kebun-kebun lebat.

Jika parit selesai, pasukan Quraisy tidak akan bisa menyerang langsung!

Menggali dengan Semangat Iman

Selama hampir sebulan, kaum Muslim bekerja tanpa henti.

Mereka menggali tanah berbatu di bawah terik matahari, sering kali dengan perut kosong.

Namun, mereka tetap bersemangat.

Rasulullah sendiri turun tangan menggali bersama mereka.

Beliau mengangkat batu, mencangkul tanah, dan bahkan mengikat batu di perutnya untuk menahan lapar.

Saat mereka menemukan batu besar yang tidak bisa dihancurkan, Rasulullah mengambil kapak dan berkata:

“Bismillah!”

Beliau memukul batu itu sekali, muncul kilatan cahaya.

“Dengan izin Allah, Persia akan kita taklukkan!”

Beliau memukul lagi.

Kilatan cahaya muncul lagi.

“Dengan izin Allah, Romawi akan kita taklukkan!”

Para sahabat tercengang.

Di saat mereka hampir mati kelaparan, Rasulullah berbicara tentang menaklukkan dua kekuatan terbesar dunia saat itu!

Namun, itulah iman.

Kepercayaan total bahwa janji Allah pasti terjadi.

Akhirnya, parit pun selesai tepat waktu.

Dan tidak lama kemudian, 10.000 pasukan sekutu tiba di luar Madinah.

Pasukan Quraisy Terkejut!

Ketika pasukan Quraisy sampai di Madinah, mereka kaget.

Mereka tidak menyangka akan melihat parit besar mengelilingi kota!

Mereka tidak bisa menyerang langsung.

Pasukan berkuda mereka tidak bisa melompati parit itu.

Mereka hanya bisa berkemah di luar Madinah dan mencari celah.

Hari demi hari berlalu.

Kaum Muslim tetap bertahan di balik parit, sementara musuh mulai kehabisan makanan dan kesabaran.

Mereka mencoba mencari cara untuk masuk.

Lalu, Abu Sufyan mendapat ide licik.

Ia menemui pemimpin Yahudi Bani Quraizhah, yang masih tinggal di Madinah, dan membujuk mereka untuk berkhianat.

Setelah negosiasi panjang, Bani Quraizhah akhirnya setuju untuk mengkhianati kaum Muslim.

Mereka akan menyerang dari dalam kota!

Ini adalah bencana.

Jika Bani Quraizhah menyerang dari dalam, kaum Muslim akan terjepit di dua sisi.

Situasi sangat genting.

Keajaiban di Tengah Kegelapan

Saat kaum Muslim dalam ketakutan, Rasulullah berdoa dengan sungguh-sungguh.

Beliau memohon pertolongan Allah.

Dan Allah menjawab doa itu.

Pada malam hari, angin kencang tiba-tiba bertiup kencang.

Tenda-tenda pasukan Quraisy terbalik.

Peralatan mereka berantakan.

Api unggun mereka padam.

Kuda-kuda mereka panik.

Angin itu begitu kencang hingga pasukan Quraisy tidak bisa bertahan lagi.

Ditambah dengan ketidakmampuan mereka menembus parit, mereka akhirnya memutuskan untuk mundur!

Madinah selamat.

Bani Quraizhah Dihukum

Namun, pengkhianatan Bani Quraizhah tidak bisa dibiarkan.

Mereka telah melanggar perjanjian dan berniat membantai kaum Muslim.

Setelah perang usai, Rasulullah dan pasukan Muslim mengepung benteng Bani Quraizhah.

Setelah pengepungan selama 25 hari, mereka akhirnya menyerah.

Keputusan tentang hukuman mereka diserahkan kepada Sa’ad bin Mu’adz, pemimpin suku Aus.

Sa’ad memutuskan hukuman sesuai dengan hukum Taurat yang mereka anut sendiri:

Para laki-laki mereka dihukum mati karena berkhianat di masa perang.

Wanita dan anak-anak mereka dijadikan tawanan.

Pelajaran dari Perang Khandaq

Perang Khandaq adalah bukti kekuatan strategi dan iman.

Kaum Muslim belajar dari kesalahan di Uhud.

Mereka tidak gegabah, tidak serakah, dan tetap bersatu.

Dan yang terpenting, mereka melihat sendiri bagaimana Allah menolong mereka.

Setelah Perang Khandaq, kaum Quraisy tidak lagi berani menyerang Madinah secara langsung.

Ini adalah awal dari kejatuhan kekuatan mereka.

Sebaliknya, kaum Muslim justru semakin kuat.

Dan dalam waktu dekat, sebuah peristiwa besar akan mengubah sejarah.

(Bersambung ke seri 25: Perjanjian Hudaibiyah: Jalan Menuju Kemenangan)

spot_img

Guru Didorong Terapkan Pembelajaran Mendalam dan Literasi Keagamaan Lintas Budaya

JAKARTAMU.COM | Institut Leimena menggelar acara Literasi Keagamaan Lintas Budaya pada Kamis malam (20/3) dengan tema "Penguatan Peran...

More Articles Like This