Senin, Maret 24, 2025
No menu items!
spot_img

Nabi Muhammad SAW, Cahaya di Tanah Makkah (25): Perjanjian Hudaibiyah Jalan Menuju Kemenangan

spot_img
Must Read

Oleh: Dwi Taufan Hidayat dan Sugiyati

Madinah masih dalam suasana waspada setelah Perang Khandaq.

Namun, kaum Muslim mulai merasakan satu hal yang semakin kuat dalam hati mereka—kerinduan untuk kembali ke Makkah dan menunaikan ibadah di Ka’bah.

Setiap Muslim, meski telah menetap di Madinah, masih menganggap Makkah sebagai tanah suci mereka.

Ka’bah adalah rumah Allah, tempat ibadah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Ismail.

Sudah enam tahun berlalu sejak hijrah, dan kini keinginan untuk beribadah di sana semakin membara.

Lalu, pada suatu hari, Rasulullah SAW mengumumkan keputusan besar:

“Kita akan pergi ke Makkah untuk menunaikan umrah.”

Keberangkatan ke Makkah

Kaum Muslim menyambut seruan ini dengan penuh semangat.

Namun, ini bukan perjalanan biasa.

Mereka akan memasuki wilayah musuh.

Quraisy masih membenci mereka.

Tetapi Rasulullah menegaskan bahwa mereka hanya akan pergi untuk beribadah, bukan berperang.

Sebagai tanda niat damai, kaum Muslim tidak membawa senjata perang.

Mereka hanya membawa pedang yang tetap tersarung, sebagaimana tradisi perjalanan jauh di padang pasir.

Rombongan ini berjumlah sekitar 1.400 orang.

Mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa hewan kurban sebagai bagian dari ibadah umrah.

Ketika berita ini sampai ke Quraisy, Makkah menjadi gempar.

“Muhammad datang ke sini?”

“Apakah dia membawa pasukan untuk menyerang?”

Namun setelah mengetahui bahwa kaum Muslim hanya berniat beribadah, Quraisy tetap tidak mau membiarkan mereka masuk.

Mereka mengirim pasukan untuk menghalangi kaum Muslim di luar Makkah.

Ketika Rasulullah mendengar ini, beliau tidak memaksakan diri untuk masuk.

Sebagai gantinya, beliau dan kaum Muslim berhenti di sebuah tempat bernama Hudaibiyah, di pinggiran Makkah.

Di sinilah sebuah peristiwa besar akan terjadi.

Utusan demi Utusan

Rasulullah SAW ingin menyelesaikan masalah ini tanpa pertempuran.

Beliau mengirim utusan kepada Quraisy, menegaskan bahwa kaum Muslim hanya datang untuk beribadah.

Namun, Quraisy tetap menolak.

Bahkan, beberapa utusan Rasulullah diintimidasi dan hampir dibunuh.

Keadaan semakin tegang.

Lalu, Rasulullah mengutus Utsman bin Affan untuk berbicara langsung dengan pemimpin Quraisy.

Utsman sangat dihormati di Makkah karena berasal dari keluarga terpandang.

Quraisy memperlakukannya dengan baik, tetapi tetap menolak mengizinkan kaum Muslim masuk.

Bahkan, Utsman sempat ditahan selama beberapa waktu.

Di kemah kaum Muslim, rumor menyebar bahwa Utsman telah dibunuh.

Kabar ini membuat kaum Muslim marah dan bersiap untuk bertempur!

Baiat di Bawah Pohon

Di bawah sebuah pohon besar, Rasulullah mengumpulkan para sahabat dan berkata:

“Kita tidak akan pulang sampai kita mendapatkan keadilan!”

Beliau meminta kaum Muslim berjanji untuk tetap setia dan siap berjuang.

Satu per satu, para sahabat meletakkan tangan mereka di tangan Rasulullah, mengikrarkan janji kesetiaan.

Inilah yang disebut sebagai Baiat Ridwan, sebuah perjanjian suci yang menunjukkan kesetiaan mutlak kepada Allah dan Rasul-Nya.

Namun, tidak lama setelah itu, Utsman kembali dalam keadaan selamat.

Ketegangan mereda, tetapi masalah belum selesai.

Quraisy akhirnya mengirim Suhail bin Amr sebagai negosiator untuk berdamai dengan kaum Muslim.

Isi Perjanjian Hudaibiyah

Setelah perundingan panjang, akhirnya tercapai sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Perjanjian Hudaibiyah.

Berikut isi perjanjian tersebut:

  1. Kaum Muslim tidak diizinkan melakukan umrah tahun ini.
    Mereka harus kembali ke Madinah dan baru boleh kembali tahun depan.
  2. Perjanjian gencatan senjata selama 10 tahun.
    Kedua belah pihak tidak boleh saling menyerang.
  3. Siapa pun dari Quraisy yang masuk Islam dan pergi ke Madinah harus dikembalikan.
    Sebaliknya, jika ada orang dari Madinah yang bergabung dengan Quraisy, mereka tidak harus dikembalikan.
  4. Suku-suku lain di Jazirah Arab bebas memilih untuk bergabung dengan pihak Quraisy atau pihak Muslim.

Ketika isi perjanjian ini diumumkan, banyak sahabat kecewa dan marah.

“Mengapa kita harus menerima perjanjian yang berat sebelah ini?”

“Mengapa kita harus pulang tanpa bisa beribadah?”

Bahkan Umar bin Khattab, yang terkenal tegas, mendatangi Rasulullah dan bertanya:

“Bukankah kita di jalan yang benar, wahai Rasulullah?”

Rasulullah menjawab dengan tenang:

“Benar.”

“Bukankah kita ini Muslim, dan mereka itu musyrik?”

“Benar.”

“Lalu mengapa kita menerima penghinaan ini?”

Rasulullah menatap Umar dengan penuh keyakinan dan berkata:

“Aku adalah utusan Allah, dan aku tidak akan pernah melanggar perintah-Nya.”

Umar akhirnya diam.

Meski berat, kaum Muslim tetap menaati Rasulullah.

Mereka membatalkan niat umrah dan kembali ke Madinah.

Namun, tak ada yang menyadari bahwa perjanjian ini justru akan menjadi awal kemenangan besar bagi kaum Muslim.

Hikmah Besar di Balik Perjanjian Ini

Meskipun tampaknya merugikan, Perjanjian Hudaibiyah membawa dampak besar:

  1. Quraisy akhirnya mengakui eksistensi kaum Muslim.
    Untuk pertama kalinya, mereka mau duduk setara dengan kaum Muslim dalam sebuah perjanjian resmi.
  2. Gencatan senjata memberi kaum Muslim kesempatan untuk berdakwah lebih luas.
    Dengan tidak adanya peperangan, Islam menyebar dengan cepat ke seluruh Jazirah Arab.
  3. Keputusan mengembalikan Muslim yang hijrah ke Madinah ternyata justru merugikan Quraisy.
    Banyak orang yang masuk Islam tetapi tidak mau kembali ke Makkah.
    Mereka justru membentuk kelompok sendiri dan menyerang kafilah Quraisy, hingga akhirnya Quraisy sendiri meminta agar perjanjian itu dicabut!

Hanya dalam dua tahun setelah perjanjian ini, jumlah Muslim berlipat ganda.

Dan tak lama setelah itu, Makkah sendiri akan jatuh ke tangan kaum Muslim tanpa peperangan.

Tapi sebelum itu terjadi, satu peristiwa besar akan mengubah segalanya.

Peristiwa yang akan membawa Rasulullah ke langit ketujuh dan bertemu langsung dengan Allah.

(Bersambung ke Seri 26Isra’ Mi’raj: Perjalanan Agung ke Sidratul Muntaha)

spot_img

Dalil Mengapa Muhammadiyah Pilih Terapkan Kalender Hijriah Global Tunggal

JAKARTAMU.COM | Muhammadiyah meluncurkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) mulai Ahad 7 Juli 2024 M bertepatan dengan 1 Muharram...

More Articles Like This