Kamis, Januari 30, 2025
No menu items!

Nurhadi soal KHGT: Mungkin Baru Digunakan Dua Tahun Lagi

Must Read

JAKARTAMU.COM | Muhammadiyah belum menggunakan Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) dalam penetapan awal Ramadan dan Idul Fitri pada tahun ini. Hal ini sesuai dengan kesepakatan dalam Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih.

”Yang sudah disepakati oleh Munas Tarjih nanti (KHGT) diberlakukannya belum tahun ini,” ujar Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr. H Syamsul Anwar, MA dalam Dialog Ideopolitor di UMY Student Dormitory, Senin (27/1/2025).

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua PWM DKI Jakarta Dr. Nusrhadi, MAg mengungkapkan sangat mungkin pemberlakuan KHGT kembali mundur dari waktu yang telah disepakati. Ini terjadi karena perbedaaan metode pendekatan antara wujudul hilal dengan KHGT.

Wujudul hilal relatif mengakomodasi metode burhani, bayani, dan irfani. ”Kalau KHGT kan sangat burhani,” kata Nurhadi di sela-sela acara.

Baca juga: Agung Danarto: Muhammadiyah Belum Punya Manajer Keuangan yang Canggih

Manhaj Tarjih Muhammadiyah, yaitu bayani, burhani, dan irfani secara historis bersandar pada Muhammad Abid al-Jabiri dalam kitabnya Naqdul Aqal Al-Arabi, Bunya Al-Aqal Al-Arabi, lalu Takwinul Aql Al Arobiy. Al-Jabiri mencoba merumuskan kerangka teoritik dari tiga masalah umat.

Pertama, kecenderungan sufistik yang mereduksi segala sesuatu menjadi “mistis”, yang lepas dari realitas. Kedua, tendensi filosofis yang mereduksi semuanya harus masuk akal. Ketiga, tendensi hukum yang mereduksi segalanya harus selaras dengan teks.

Al-Jabiri lalu menawarkan metode epistemologi bayani, irfani dan burhani untuk merekonstruksi cara berpikir orang Arab. Seyogianya ketiga pendekatan tersebut tidak dibiarkan berjalan paralel atau berjalan sendiri-sendiri. Ketiganya harus dijalin berkelindan dan mencari tali sintesa agar lebih fungsional sehingga hubungannya bersifat spiral sirkular.

Menurut Nurhadi, dalam kitab-kitabnya, Al-Jabiri sebenarnya justru menolak pendekatan bayani dan irfani. Dia ingin menawarkan rasionalisasi persoalan-persoalan agama. ”Itu yang sebetulnya, bahkan ada yang mengatakan itu proyek Al Jabiri yang diduga pengaruh dari masa penjajahan Prancis di Maroko,” ujar Nurhadi.

”Al-Jabiri ini kan ulama kontemporer, lahir 1935, wafat baru kemarin, 2010. Jadi dia tahu tentang persoalan-persoalan itu, makanya ada kegusaran. Bahkan dia mengatakan Al-Ghazali dan Shafi’i adalah orang yang bertanggung jawab terhadap stagnasi pemikiran dalam khasanah keilmuan Islam,” katanya.

Baca juga: Pentingnya Efektivitas Organisasi dan Kepemimpinan Berbasis Nilai

Berangkat dari hal ini, Nurhadi mengingatkan bahwa keputusan untuk menunda penggunaan KHGT tahun ini tidak menjamin bahwa tidak ada penundaan lagi setelahnya. ”Masalah hari raya ini kan persoalan yang sensitif bagi umat. Mungkin KHGT baru dua tahun lagi dipakai,” terang anggoa Badan Pembina Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) ini.

Muhammadiyah, lanjut Nurhadi, mencoba mencari titik konvergensi dengan menjadikan bayani, burhani, dan irfani menjadi satu kesatuan pendekatan yang sifatnya spiral. ”Saya melihat bahwa itu dimunculkan oleh Muhammadiyah untuk menjembatani. Dan, itu bagus,” tutur dia.

Namun dia mengingatkan perlunya asistansi dari pimpinan Muhammadiyah di tingkat pusat, agar pemahaman yang sama sampai ke bawah. Dia mengatakan rata-rata umat Islam, termasuk sebagian warga Muhammadiyah, memahami agama sebagai sebuah informasi yang mutlak.

”Tapi kan jarang ada kajian-kajian khusus tentang hal-hal seperti ini agar bisa melihat fenomena-fenomena yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Jadi memang harus ada formulasi yang tepat guna meningkatkan keingintahuan orang terhadap persoalan-persoalan fikir syariat yang menjadi keputusan dari Majelis Tarjih,” katanya.

Agung Danarto Jelaskan Isu Muhammadiyah Gandeng Perusahaan Besar Kelola Tambang

YOGYARKARTA, JAKARTAMU.COM | Ketua PP Muhammadiyah, Dr. H. Agung Danarto, M.Ag, menegaskan bahwa Muhammadiyah tetap berkomitmen untuk mengelola...

More Articles Like This