MARS Sang Surya mengiringi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya menggema di seputar Lapangan Monumen Nasional Jakarta, mengawali pagi pada Minggu 12 Januari 2025, bertepatan dengan 12 Rajab 1446.
Itulah perayaan milad (ulang tahun) ke-112 Persyarikatan Muhammadiyah yang didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912/ 8 Dzulhijjah 1336. Pagi itu merupakan puncak rangkaian acara milad yang diselenggarakan PWM DKI Jakarta, setelah pementasan drama kolosal Ir. H Djuanda Kartasasmita, di Taman Ismail Marzuki Jakarta pada November 2024 lalu.
Lihatlah, betapa Muhammadiyah memberikan teladan pergerakannya sebagai bukti cinta dan baktinya kepada bangsa dan negara. Sebagai organisasi keagamaan, Muhammadiyah mengerti arti ”di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung”.
Tidak perlu slogan Islam ini atau itu, Muhammadiyah dengan datar namun lebih mendasar, menunjukkan gerakan dakwahnya bagai matahari yang selalu memberi tak berharap kembali.
Sang Surya Muhammadiyah menegaskan bahwa persyarikatan ini adalah gerakan yang terstruktur namun tak mengabaikan kultur sebuah negeri yang berbhinneka tunggal ika. Sebagai sebuah gerakan, jelas bahwa Muhammadiyah kian tersistem dengan mematok strategi dan rambu -rambu taktisnya di tengah gelombang perubahan untuk selalu berkemajuan.
Arus zaman tak ditolak, namun disiasati dengan waspada. Perjalanan ipoleksosbud negeri ini, bagi Muhammadiyah tidak harus selalu disikapi hitam atau putih. Pelangi kebijakan negara yang tercipta diderasnya hujan politik, bagi Sang Surya senantiasa mampu ditembus.
Kekuasaan bisa datang dan pergi, Muhammadiyah dengan gerakannya tak boleh berhenti. Sekali Muhammadiyah Tetap Muhammadiyah, begitulah sikap Muhammadiyah pertama kali dicetuskan pada Tanwir 1951 silam.
Kembali pada acara Milad Muhammadiyah Jakarta, tampilan panggung di pelataran Monas itu sungguh menggembirakan. Pada rentangan ukhuwah, tersambunglah persatuan, kebersamaan dan kekompakan antara pimpinan, pengurus dengan massa yang hadir. Ada Menteri Dikdasmen Abdul Mu’ti, mantan Menko Kesra Prof Muhajir, Pimpinan DPR/MPR Nur Hidayat Wahid, Anggota DPRD DKI Oman Rakinda dan pejabat Pemprov DKI.
Kian kentara bahwa Muhammadiyah adalah gerakan dakwah yang memberikan ruang bagi aspirasi seni budaya. Ada penampilan tarian topeng Betawi; aksi grup band Goes Plus di bawah asuhan Wakil Ketua PWM Prof. Dr. Agus Suradika, MPd, (juga guru besar di UNJ), serta drumband SD Muhammadiyah Kemayoran Jakarta Pusat dan lainnya. Hal itu mencerminkan bahwa Muhammadiyah dari dulu hingga kini tetap selalu berkesenian dan berkebudayaan.
Dapat direkam, betapa sekitar 50 ribuan massa Muhammadiyah bersatu dalam salah satu lokasi di Monas. Dilanjutkan, kemudian berjamaah menyusuri Jalan MH Thamrin (Patung Kuda – Patung Selamat Datang depan Hotel Indonesia ) dengan santai, senyum tergerai diwarnai yel-yel kekinian beberapa peserta dari SMA/ SMK Muhammadiyah Duren Sawit, Kemayoran, Kebayoran.