JAKARTAMU.COM Menjelang Lebaran, pusat-pusat grosir pakaian di berbagai kota kembali dipadati pembeli yang berburu busana baru. Namun, di tengah lonjakan pengunjung, beberapa pasar mengalami kendala yang membuat minat pembeli menurun, seperti masalah parkir liar dan premanisme.
Antusiasme Memuncak di Pusat Grosir Pakaian
Pusat grosir seperti Pasar Tanah Abang (Jakarta), Pasar Cipulir (Jakarta Selatan), Pasar Baru (Bandung), Pasar Klewer (Solo), dan Pusat Grosir Surabaya (PGS) mencatat peningkatan aktivitas ekonomi. Ribuan pengunjung datang untuk membeli pakaian dengan harga terjangkau, baik untuk keperluan pribadi maupun dijual kembali.
Menurut laporan Kumparan, Stasiun Tanah Abang mengalami lonjakan penumpang yang membawa barang belanjaan dalam jumlah besar. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar grosir tersebut masih menjadi pusat belanja utama bagi masyarakat.
Di Pasar Cipulir, Jakarta Selatan, toko-toko dipadati pembeli yang mencari pakaian anak-anak hingga dewasa dengan harga murah. Sistem harga yang fleksibel dan persaingan antar pedagang membuat pasar ini tetap ramai meskipun tren belanja online meningkat.
Sementara itu, Pasar Baru Bandung dan Pasar Klewer Solo tetap menjadi destinasi utama untuk mencari pakaian khas Lebaran seperti batik, gamis, dan baju koko. Di Surabaya, PGS menawarkan harga kompetitif bagi mereka yang ingin berbelanja dalam jumlah besar.
Parkir Liar dan Premanisme Jadi Kendala
Namun, di beberapa titik, potensi ekonomi ini terhambat oleh masalah parkir liar dan premanisme yang mengganggu kenyamanan pembeli. Pasar Tanah Abang dan Pasar Cipulir menjadi contoh utama di mana parkir liar mempersulit akses pembeli dan pedagang.
Di Tanah Abang, para juru parkir liar memasang tarif tinggi tanpa regulasi, membuat banyak pembeli memilih untuk tidak berlama-lama di lokasi. Hal ini diperparah dengan kehadiran oknum preman yang meminta pungutan liar (pungli) kepada pedagang kecil.
“Kalau beli barang banyak, kita harus siap keluarin uang lebih buat parkir dan pungutan lain-lain. Jadinya mikir dua kali kalau mau belanja di sini,” ujar Rina, seorang pengunjung Pasar Tanah Abang.
Di Pasar Cipulir, lapak parkir liar menguasai area sekitar pasar, menyebabkan kemacetan dan membuat pengunjung kesulitan mencari tempat parkir resmi. Bahkan, beberapa kendaraan yang diparkir sembarangan kerap diderek oleh petugas, menambah keresahan pengunjung.
Masalah premanisme juga dirasakan di Pasar Baru Bandung, di mana beberapa pedagang melaporkan adanya pungli yang memengaruhi harga jual barang. “Kalau kita gak kasih, dagangan kita bisa diacak-acak atau diusir dari lokasi,” ungkap seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya.
Pihak kepolisian telah menindak beberapa kelompok yang diduga terlibat dalam premanisme dan pungli di area pasar grosir, tetapi tantangan ini masih terus berulang setiap tahun menjelang Lebaran.
Harapan dan Solusi untuk Pasar Grosir
Pemerintah daerah bersama pengelola pasar diharapkan dapat segera menangani masalah ini agar aktivitas ekonomi tidak terganggu. Beberapa solusi yang bisa diterapkan antara lain:
✅ Menertibkan parkir liar dengan menyediakan lahan parkir resmi yang lebih luas dan terjangkau.
✅ Mengawasi premanisme dengan meningkatkan kehadiran aparat keamanan di lokasi strategis.
✅ Meningkatkan layanan transportasi umum untuk mengurangi ketergantungan pengunjung terhadap kendaraan pribadi.
Dengan penyelesaian masalah ini, diharapkan pasar grosir tetap menjadi tempat belanja yang nyaman dan aman bagi masyarakat, serta mendukung perputaran ekonomi yang sehat menjelang Lebaran. (Dwi Taufan Hidayat)