JAKARTAMU.COM | Bencana sering kali dipandang sebagai peristiwa yang membawa penderitaan. Namun dalam Islam, Al-Quran mengajarkan cara pandang yang berbeda. Dalam surat Al-Baqarah ayat 155, bencana dipahami sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT sekaligus ujian bagi manusia.
Peristiwa ini menjadi media introspeksi diri untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Oleh karena itu, bencana tidak seharusnya disikapi dengan rasa putus asa atau sikap fatalis, tetapi sebagai dorongan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dengan semangat memperbaiki diri.
Dalam perspektif Islam, khususnya berdasarkan pendekatan Tarjih, manajemen bencana mencakup tiga tahap utama: pencegahan, tanggap darurat, dan pemulihan. Ketiga tahap ini kombinasi antara landasan logika manusiawi dan dasar spiritual yang kuat dalam Al-Quran.
Tahap pertama adalah pencegahan. Tahap ini berfokus pada upaya mengurangi risiko terjadinya bencana. Inspirasi langkah ini dapat ditemukan dalam kisah Nabi Yusuf yang tertuang dalam surat Yusuf ayat 47-49. Allah memerintahkan kaum Nabi Yusuf untuk bercocok tanam selama tujuh tahun dan menyimpan hasil panennya untuk menghadapi tujuh tahun paceklik yang akan datang.
Kisah ini menggambarkan pentingnya perencanaan, kewaspadaan, dan pengelolaan sumber daya secara bijaksana. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia diberi tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan mencegah kerusakan yang dapat memicu bencana, baik secara alamiah maupun akibat ulah manusia.
Tahap kedua adalah tanggap darurat. Pada tahap ini melibatkan serangkaian tindakan cepat dan terorganisir saat bencana terjadi. Langkah ini mencakup evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan terhadap kelompok rentan, hingga pengurusan pengungsi. Inspirasi untuk tahap ini dapat ditemukan dalam surat Al-Māidah ayat 32.
Dalam ayat di atas Allah mengajarkan bahwa menyelamatkan satu nyawa setara dengan menyelamatkan seluruh umat manusia. Prinsip ini menjadi landasan untuk tindakan penyelamatan yang cepat dan efisien, memastikan keselamatan dan kesejahteraan korban sebagai prioritas utama.
Tahap ketiga adalah pemulihan. Tahap terakhir ini melibatkan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Langkah ini mencakup perbaikan infrastruktur, pemulihan pelayanan publik, dan upaya membantu masyarakat bangkit kembali. Dasar spiritual untuk tahap ini tercermin dalam surat Ar-Ra’d ayat 11.
Dalam ayat di atas menyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka berusaha mengubah nasibnya sendiri. Pesan ini menekankan pentingnya peran aktif manusia dalam membangun kembali kehidupan yang lebih baik setelah bencana, dengan tekad dan semangat yang tinggi.
Manajemen bencana berdasarkan Al-Quran begitu lengkap. Selain soal tindakan teknis, ia juga mencakup soal memahami makna spiritual di balik setiap ujian. Karenanya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa manajemen bencana dalam Islam memberikan inspirasi untuk hidup lebih baik dan bertanggung jawab. (sumber)