Minggu, Februari 2, 2025
No menu items!

Pembebasan dari Api Neraka Berlangsung Sepanjang Ramadan

Must Read

JAKARTAMU.COM | Sudah jadi pemahaman umum masyarakat, bahwa pembebasan manusia dari api neraka berlangsung pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. Tetapi sesungguhnya itu adalah pemahaman yang salah kaprah, pemahaman yang keliru tapi terus dipertahankan.

Ustaz Abu Umar Hikmatyar, Lc., M.A dalam kajian Sya’ban: Persiapan Menyambut Ramadan. Foto: jakartamu.com/noor fajar asa

Dalam Kajian Ahad Pagi pada 2 Februari 2025 yang bertema Sya’ban: Persiapan Menyambut Ramadan, Ustaz Abu Umar Hikmatyar, Lc., M.A menjelaskan bahwa pembebasan dari api neraka berlangsung sepanjang bulan Ramadan, mulai dari malam pertama hingga takbiran. Penjelasan tersebut didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi SAW bersabda:

“Pada malam pertama bulan Ramadan, setan-setan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup sehingga tidak ada satu pun yang terbuka, dan pintu-pintu surga dibuka sehingga tidak ada satu pun yang tertutup. Saat itu ada yang menyeru: ‘Wahai yang mengharapkan kebaikan, bersegeralah! Wahai yang mengharapkan keburukan, berhentilah!’ Allah memiliki daftar nama hamba yang diselamatkan dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadan.” (HR. Tirmidzi)

Baca juga: Menjemput Ramadan dengan Doa dan Persiapan Hati

Selain itu, Jabir radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya Allah memiliki (hamba-hamba) yang dimerdekakan dari api neraka pada setiap waktu berbuka, dan itu terjadi setiap malam.” (HR. Ibnu Majah, Shahih Ibnu Majah, 2/59)

Namun masyarakat malah menjadikan hadis daif atau lemah sebagai pedoman. Hadis itu berbunyi: “Awal bulan Ramadan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya merupakan pembebasan dari api neraka.”

Hadis ini diriwayatkan Ibnu Abi Dunya, Ibnu Asakir, Dailami, dan lainnya melalui jalur Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Namun hadis ini tergolong sangat lemah sebagaimana disebutkan dalam kitab Dha’if Jâmi’is Shagîr no. 2134 dan Faidhul Qadîr no. 2815.

Akibat pemahaman salah kaprah ini, sebagian masyarakat justru sering menghabiskan malam Ramadan dengan kegiatan yang kurang bermanfaat. Buka bersama (bukber) salah satunya. Buka bersama sesungguhnya merupakan acara yang sangat positif.

Namun seringnya dalam praktik acara bukber menjadi berlebihan, biasanya menjadi ajang reuni, baik dengan teman SD, SMP, SMA, kuliah, rekan kerja, maupun komunitas tertentu. Bukber yang dilakukan di restoran atau pusat perbelanjaan sering kali diwarnai dengan aktivitas yang mengurangi nilai ibadah.

Baca juga: Awal Ramadan 2025 versi Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah

Yang sering terlihat pada acara bukber adalah mengobrol tanpa manfaat, bahkan bergosip, mengabaikan salat berjamaah atau tergesa-gesa karena antre, laki-laki dan perempuan berbaur bebas (ikhtilat).

Tak jarang acara bukber berlanjut dengan karaoke atau hiburan lain hingga larut malam, lalu pulang tidur dengan perut kenyang sehingga sulit bangun untuk ibadah malam atau sahur.

Jika acara semacam ini menjadi rutinitas selama Ramadan, maka bisa dipastikan bahwa pahala puasa akan terkikis tanpa disadari. Akibatnya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis, seseorang hanya akan mendapatkan rasa lapar dan haus tanpa memperoleh pahala yang seharusnya.

Padahal, jika umat Islam memahami bahwa pembebasan dari api neraka terjadi setiap malam selama Ramadan, maka mereka akan lebih bersemangat menjalankan ibadah, tidak hanya saat berbuka puasa tetapi hingga menjelang subuh. Dengan demikian, mereka akan berupaya mengisi bulan Ramadan dengan ibadah maksimal selama sebulan penuh.

Kemendikdasmen Luncurkan Album Lagu Pembelajaran Anak Usia Dini

JAKARTAMU.COM | Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) resmi meluncurkan Album Karya Cipta Lagu Pembelajaran Anak Usia Dini (Kicau)...

More Articles Like This