Rabu, Januari 15, 2025
No menu items!

Pemelihara Peradaban Indonesia

Guru adalah tokoh kunci untuk menciptakan sistem pendidikan yang kuat dan berdaya saing.

Must Read

Oleh: Yanto Bashri : Doktor Islamic Studies

DALAM sejarah umat manusia, peran guru selalu menjadi fondasi utama dalam membangun masyarakat yang maju. Guru bukan sekadar penyampai ilmu, tetapi pembentuk karakter, inspirator, dan penjaga nilai-nilai moral. (Nasaruddin Umar, 2024).

Jum’at 29 November Agustus 2024, Menteri Agama (Menag) Prof Nasaruddin Umar, menyampaikan pidato peranan penting seorang guru. Pidato itu disampaikan dalam peringatan Hari Guru Nasional bertajuk Guru Berdaya Indonesia Jaya. Melalui pidato itu, Menag Nasaruddin Umar seperti memberikan respons atas situasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihadapi rakyat. Oleh karena itu, Nasaruddin Umar mengajak guru menjaga moralitas, menjadi guru bijak yang tidak pernah menyalahkan anak didiknya.

Istilah “pemelihara” saya kutip dari karya Muhammad Qasim Zaman dalam buku The Ulama in Contemporary Islam: Custodians of Change (2002) yang dilekatkan pada sosok ulama. Ia pemelihara (custodian) yang tidak hanya berfungsi sebagai penjaga moralitas, tetapi pemilik pengetahuan yang menentukan pembangunan suatu bangsa.

Sementara istilah “peradaban Indonesia” saya ambil dari karya Truman Simanjuntak dalam buku Manusia-Manusia dan Peradaban Indonesia (2020). ”Peradaban Indonesia” dimaksudkan Truman adalah budaya asli yang masih tetap bertahan, walaupun terlihat kecenderungan semakin ditinggalkan karena gempuran modernisasi dan globalisasi.

Guru pantas ditempatkan sebagai pemelihara perabadan. Sejumlah isu penting disampaikan Menag Nasaruddin Umar, seperti guru pilar penting dalam membangun masyarakat berdaya, penguatan kompetensi guru, pemberian penghargaan dan dukungan bagi guru, pendidikan karakter sebagai prioritas pembelajaran, guru sebagai penjaga moralitas menuju Indonesia maju, dan sejumlah isu lain. Di tengah persoalan yang ada, Nasaruddin Umar mengemukakan, guru berperan agar pembelajaran berlangsung mengikuti perkembangan zaman.

Ada sejumlah capaian positif yang diraih pendidikan Indonesia dalam memelihara pendidikan, termasuk mengantarkan peserta didik memperoleh berbagai prestasi tingkat nasional dan internasional. Itu berkat kerja keras guru bersama pemerintah, khususnya Kemenag dan (sekarang) Kemendikdasmen bersama sejumlah kepada daerah yang saling bahu membahu termasuk mereka yang bekerja di balik layar.

Ini sebagai suatu milestone, suatu pencapaian yang signifikan dalam suatu proyek pembangunan peradaban. Kita telah membangun jalan kokoh untuk sebuah peradaban, sejak zaman sorogan (tradisionalistik) hingga pengajaran modern sekarang, menunjukkan betapa jauhnya kita melaju.

Ini juga menunjukkan arah yang perlu diikuti ke depan. Karena keindonesiaan kita adalah nilai-nilai peradaban yang membentuk kepribadian bangsa yang perlu senantiasa ditumbuhkembangkan dalam membangun peradaban yang “distinctive” dan kuat di tengah-tengah peradaban dunia (Truman, 2020).

Di tengah situasi pencapaian itu, upaya penguatan peran guru yang disampaikan pemerintah perlu disambut positif banyak pihak. Gagasan penguatan guru secara resmi disampaikan Mendikdasmen Abdul Mu’ti. Ia mengemukakan perlunya pembelajaran yang mengarah pada deep learning. Konsep itu merupakan gabungan dari mindful learning, meaningful learning dan joyful learning, bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang fokus pada pengetahuan dan memberikan pengalaman.

Menag Nasaruddin Umar juga mengemukakan gagasannya. Karena itulah ia mengapresiasi pelaksanaan HGN (Hari Guru Nasional) tahun 2024 untuk mewujudkan visi Guru Berdaya Indonesia Jaya. Visi itu jangan sekadar slogan melainkan dapat diwujudkan. Karena bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki generasi muda berkarakter tangguh, berpikir kritis, dan berdaya saing global.

Pandangan Menag Nasaruddin Umar menjadi sangat relevan. Guru adalah tokoh kunci untuk menciptakan sistem pendidikan yang kuat dan berdaya saing. Guru adalah ujung tombak pendidikan untuk mendorong pembelajaran bagi semua siswanya dan mengubah perilaku buruk menjadi baik.

Guru perlu memperbarui keterampilan mengajar, bereksperimen, dan merefleksikan praktik mengajar dengan rekan-rekan dan praktisi yang lebih ahli. Proses ini menuntut guru adaptif terhadap pendekatan baru dan meningkatkan kompetensinya untuk menghasilkan prestasi siswa.

Di Eropa Barat seperti Finlandia, Swedia, Swiss, dan sejumlah negara maju lainnya, guru memiliki peluang merancang tujuan, pengembangan kurikulum, dan pengajaran.

Guru tidak hanya bertanggung jawab merancang penilaian utama, mengevaluasi pembelajaran siswa sebagai bagian dari sistem penilaian yang mencakup penilaian berbasis sekolah (Linda Darling-Hammond and Joan Baratz-Snowden, A Good Teacher in Every Classroom: Preparing the Highly Qualified Teachers Our Children Deserve, Winter 2007: 118).

Ketua PWM DKI Jakarta Berharap Aisyiyah Pimpin Perubahan

JAKARTAMU.COM | Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta Dr. Akhmad H Abubakar, SE, MM berharap Aisyiyah tidak hanya...

More Articles Like This