Minggu, Januari 5, 2025
No menu items!

Penceramah Pasang Tarif, Ustaz Adi Hidayat Bilang Hatinya Mati

Ketika hati seorang guru mati, ilmunya pun terhukum.

Must Read

JAKARTAMU.COM | Ustaz Adi Hidayat (UAH) menyinggung fenomena penceramah agama yang memasang tarif hingga puluhan juta.

Dalam kajian terbaru yang diunggah di saluran Youtube, Adi Hidayat Official, ulama Muhammadiyah ini mengingatkan agar umat berhati-hati dalam memilih guru agama.

“Ada ustaz-ustaz, ada kiai, ada habib, dalam tanda petik, para pengajar-pengajar di sekolah, yang dititipi ilmu buat ngajar ada yang hatinya mati,” kata UAH, dilihat Selasa (17/12/2024).

Lalu, apa yang dimaksud dengan matinya hati dari seorang pengajar?

UAH menjelaskan, mati hati adalah kondisi hati seorang pendakwah atau pengajar yang menuntut dunia dengan menampakkan amalan di akhirat.

“Para ustaz, para kiai, dalam tanda petik, yang hatinya mati. Ilmunya terhukum. Karena orientasi mengajarnya bukan mencari akhirat tapi menuntut dunia, cuma yang ditampakkan amalan akhirat,” urai pimpinan pusat kajian Islam, Quantum Akhyar Institute ini.

Ketika hati seorang guru mati, tambah UAH, ilmunya pun terhukum.

“Misalnya, ustaz yang menetapkan tarif tinggi hanya untuk memberikan pengajaran, atau guru yang hanya fokus pada amplop dibandingkan keberkahan ilmu yang diajarkan,” jelas UAH.

Ia pun menyinggung hal ini bukan terbatas pada ustaz atau kiai saja melainkan juga guru-guru di sekolah Islam.

“Jika murid tidak berkembang baik, coba cek dulu niat gurunya. Apakah benar-benar mengajarkan ilmu untuk kebaikan atau hanya mengejar amplop?”

Karena itu, UAH menngingatkan pentingnya memiliki niat yang benar bagi seorang pengajar, yaitu mencari akhirat bukan duniawi.

“Orientasi utama seorang pengajar agama adalah mencari akhirat, bukan dunia. Jika sejak awal niatnya hanya dunia, maka pengajaran itu tidak akan berkah,” tandasnya.

UAH kemudian menyebutkan kriteria guru agama yang layak diikuti, di antaranya tidak menetapkan tarif, mempunyai niat yang lurus atau hanya mencari ridha Allah bukan popularitas atau duniawi, dan membawa juga memberi pengaruh positif dan keberkahan pada jamaahnya.

“Pilih guru yang tidak sekadar mengajarkan ilmu, tetapi juga memberikan teladan akhlak yang baik. Jangan sampai ilmunya terhukum karena orientasi duniawi,” pungkas UAH.

Reposisi Zakat dan Kekuasaan Islam

Oleh: Irawan Santoso Shiddiq, Jurnalis Tinggal di Jakarta ASPEKP terbesar dari penegakan kembali rukun Zakat adalah Tauhid. Zakat, kini...

More Articles Like This