Rabu, April 23, 2025
No menu items!

Pendidikan Bela Negara Sekolah Muhammadiyah

Must Read

BANYAK penelitian dan pengamat sosial menyimpulkan bahwa maraknya kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, korupsi, hingga kekerasan yang terjadi di Indonesia saat ini, tak lepas dari lunturnya nilai moral, karakter, dan semangat kebangsaan generasi muda. Salah satu penyebabnya adalah minimnya pendidikan karakter dan kewarganegaraan di lingkungan pendidikan formal.

Kondisi ini memunculkan urgensi untuk memperkuat kembali Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sebagai pondasi pembentukan karakter generasi muda yang sadar akan tanggung jawabnya terhadap bangsa dan negara. Melalui pelajaran ini, siswa tidak hanya dibekali pengetahuan, tetapi juga didorong untuk menerapkan nilai-nilai bela negara dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai agent of change sekaligus agent of control, generasi muda diharapkan mampu mengawal perubahan menuju Indonesia yang lebih baik. Karakter itu semestinya mulai dibentuk sejak dini, terintegrasi dari jenjang taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

Gagasan memperkuat semangat bela negara melalui pendidikan mendapat perhatian khusus dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Ia berencana memasukkan kurikulum wajib militer (wamil) ke dalam pendidikan SMA di wilayahnya. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, Pemda Jawa Barat akan bekerja sama dengan Kodam III/Siliwangi dan Polda Jawa Barat.

“Saya berencana memasukkan kurikulum wajib militer ke pendidikan SMA untuk pembentukan karakter bela negara,” ujar Dedi.

LDKS SMA Muhammadiyah 11 Rawamangun di Rindam Jaya, Condet, Jakarta Timur. Foto/istimewa

Namun, hal tersebut sejatinya bukan hal baru. SMA Muhammadiyah 11 Rawamangun di Jakarta Timur, misalnya, telah lebih dulu menerapkan program serupa melalui kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) bekerja sama dengan TNI AD. Bertempat di Rindam Jaya, Condet, siswa kelas X mengikuti pelatihan yang tidak hanya menanamkan kedisiplinan dan kepemimpinan, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kebersamaan.

Kegiatan ini bertujuan membentuk karakter siswa yang percaya diri, bertanggung jawab, dan siap menjadi pemimpin di lingkungan sekolah maupun masyarakat. “Dengan program ini, kami ingin mencetak generasi muda yang kuat secara mental dan spiritual untuk menghadapi tantangan zaman,” jelas pihak sekolah.

Upaya semacam ini juga lazim dilakukan di negara lain, seperti Amerika Serikat. Di sana, terdapat program Junior Reserve Officers’ Training Corps (JROTC) yang diselenggarakan di sekolah menengah. Program ini mempersiapkan siswa untuk menjadi pemimpin yang bertanggung jawab serta menyadarkan mereka akan pentingnya kewarganegaraan. Lewat pembelajaran di kelas hingga proyek pengabdian masyarakat, para siswa dibentuk menjadi pribadi yang disiplin, percaya diri, dan mampu berpikir mandiri.

Semangat seperti inilah yang seharusnya terus digelorakan di Indonesia. Generasi muda adalah pemegang estafet masa depan bangsa. Mereka adalah the leader of tomorrow, dan nasib Indonesia ke depan berada di tangan mereka. Jika pemuda memiliki semangat dan kemampuan membangun bangsa, maka Indonesia akan tumbuh dan maju. Sebaliknya, jika mereka apatis dan tidak peduli terhadap negaranya, maka jalan terjal dan penuh hambatan bisa menanti di depan.

Meski banyak anak muda telah berhasil membawa nama baik Indonesia di tingkat nasional maupun internasional, tak bisa dimungkiri bahwa tantangan juga terus mengintai. Arus globalisasi dan teknologi dapat menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan nilai dan karakter yang kuat. Karena itu, pendidikan karakter dan bela negara harus menjadi prioritas demi menjaga masa depan bangsa. (*)

Serangan Israel di Gaza Meningkat Drastis, Puluhan Warga Palestina Tewas

JAKARTAMU.COM | Jalur Gaza kembali dilanda serangan udara Israel yang meningkat drastis, menambah daftar panjang korban jiwa yang sudah...
spot_img

More Articles Like This