JAKARTAMU.COM | Dalam kehidupan seorang muslim, hati adalah pusat dari segala amal perbuatan. Hati yang baik akan melahirkan amal yang ikhlas dan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Salah satu kisah yang penuh hikmah dan tuntunan adalah ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengunjungi seorang pemuda yang sedang sakaratul maut. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya tiga amalan hati: cinta, harap, dan takut kepada Allah.
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengunjungi seorang pemuda yang sedang menghadapi sakaratul maut. Nabi bertanya kepadanya,
“كَيْفَ تَجِدُكَ؟”
“Bagaimana kondisimu?”
Pemuda itu menjawab,
“أَرْجُو اللهَ يَا رَسُولَ اللهِ، وَأَخَافُ ذُنُوبِي.”
“Aku berharap kepada Allah, wahai Rasulullah, dan aku khawatir atas dosa-dosaku.”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“لَا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ فِي مِثْلِ هَذَا الْمَوْطِنِ إِلَّا أَعْطَاهُ اللهُ مَا يَرْجُو، وَأَمِنَهُ مِمَّا يَخَافُ.”
“Tidaklah terkumpul dua perkara ini (rasa harap dan takut) di hati seorang hamba dalam kondisi seperti ini, kecuali Allah akan memberikan apa yang ia harapkan dan mengamankannya dari apa yang ia khawatirkan.”
(HR. Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)
Hadits ini mengajarkan kita bahwa dalam menghadapi kematian, seorang hamba harus memiliki dua sifat utama: harap (raja’) dan takut (khauf) kepada Allah. Namun, ketiga sifat ini—cinta, harap, dan takut—harus selalu menyertai setiap ibadah kita.
- Cinta kepada Allah (Mahabbah)
Cinta kepada Allah adalah pondasi utama dalam beribadah. Seorang hamba harus mencintai Allah lebih dari segala sesuatu. Allah berfirman:
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
“Dan orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 165)
Cinta ini akan mendorong kita untuk selalu taat dan mendekatkan diri kepada-Nya. - Harap kepada Allah (Raja’)
Harap kepada Allah adalah keyakinan bahwa Allah akan memberikan rahmat dan ampunan-Nya. Seorang muslim tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Allah berfirman:
وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ
“Dan tidaklah berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang tersesat.”
(QS. Al-Hijr [15]: 56)
Harapan ini akan membuat kita selalu optimis dan bersemangat dalam beribadah. - Takut kepada Allah (Khauf)
Takut kepada Allah adalah rasa khawatir akan azab dan murka-Nya. Seorang hamba harus selalu merasa takut jika amalnya tidak diterima atau jika ia terjatuh dalam maksiat. Allah berfirman:
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Apakah mereka merasa aman dari makar Allah? Tidaklah merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-A’raf [7]: 99)
Rasa takut ini akan menjaga kita dari perbuatan dosa dan maksiat.
Keseimbangan Cinta, Harap, dan Takut
Ketiga sifat ini harus seimbang dalam hati seorang muslim. Allah menggabungkan ketiganya dalam firman-Nya:
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Allah, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah), mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra [17]: 57)
Penutup
Marilah kita senantiasa membersihkan hati kita dengan menghadirkan cinta, harap, dan takut kepada Allah dalam setiap ibadah. Ketiga sifat ini adalah bekal utama untuk menghadapi kehidupan dunia dan akhirat. Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang selalu mencintai-Nya, berharap kepada rahmat-Nya, dan takut akan azab-Nya. Aamiin.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Dwi Taufan Hidayat