Selasa, Maret 25, 2025
No menu items!
spot_img

Perekrutan Eks Karyawan Lion Air di Garuda Indonesia: Ujian Transparansi dan Kepercayaan Publik

Transparansi Perekrutan yang Dipertanyakan

spot_img
Must Read

Oleh: Dwi Taufan Hidayat

JAKARTAMU.COM | Keputusan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk merekrut 14 mantan karyawan Lion Air telah memicu polemik yang tidak bisa dianggap remeh. Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) menyoroti kebijakan ini sebagai tindakan yang tertutup, tidak transparan, dan berpotensi melanggar prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Perekrutan ini juga menimbulkan keresahan di kalangan karyawan internal yang telah lama mengabdi. Mereka merasa diabaikan dan kehilangan kesempatan untuk berkembang, sementara orang-orang dari luar perusahaan justru mendapatkan posisi strategis tanpa mekanisme seleksi yang terbuka. Pertanyaan besar pun muncul: apakah keputusan ini benar-benar berdasarkan kebutuhan perusahaan, atau ada faktor lain yang berperan di balik layar?

Dampak Terhadap Moral Karyawan dan Stabilitas Organisasi

Selain masalah transparansi, dampak moral terhadap karyawan internal juga menjadi perhatian utama. Rasa ketidakadilan berpotensi menurunkan semangat kerja dan loyalitas pegawai yang telah lama berkontribusi bagi perusahaan. Hal ini dapat mengganggu stabilitas organisasi, terutama jika kepercayaan terhadap manajemen mulai memudar.

Dalam dunia bisnis, loyalitas karyawan adalah aset berharga yang tidak bisa dibeli dengan uang. Jika mereka merasa diabaikan dan tidak dihargai, bukan tidak mungkin Garuda Indonesia akan menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan tenaga kerja berkualitas di masa depan.

Klarifikasi Manajemen: Masih Jauh dari Memuaskan

Menanggapi polemik ini, pihak manajemen Garuda Indonesia menegaskan bahwa rekrutmen eks karyawan Lion Air dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan perusahaan dan telah melalui prosedur yang sesuai dengan standar tata kelola. Mereka mengklaim bahwa langkah ini bertujuan untuk memperkuat tim manajemen guna menghadapi persaingan ketat dalam industri penerbangan.

Namun, pernyataan ini belum cukup untuk meredam keresahan. Masalahnya bukan sekadar soal alasan perekrutan, tetapi bagaimana proses itu dilakukan. Tanpa transparansi yang jelas, karyawan dan publik tetap mempertanyakan apakah keputusan ini benar-benar berbasis profesionalisme, atau justru didorong oleh kepentingan tertentu di luar pertimbangan objektif perusahaan.

Kebutuhan Akan Tata Kelola yang Lebih Akuntabel

Kasus ini mencerminkan betapa pentingnya keterbukaan dalam pengelolaan sumber daya manusia, terutama bagi perusahaan milik negara yang memiliki tanggung jawab besar terhadap publik. Garuda Indonesia tidak hanya bertanggung jawab kepada pemegang saham, tetapi juga kepada masyarakat luas yang berharap perusahaan ini dikelola dengan prinsip keadilan, meritokrasi, dan profesionalisme.

Untuk menghindari polemik serupa di masa depan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  1. Meningkatkan Transparansi dalam Rekrutmen
    Setiap keputusan strategis, terutama terkait perekrutan posisi penting, harus diumumkan secara terbuka. Mekanisme seleksi perlu jelas, objektif, dan dapat diakses oleh semua pihak yang memenuhi kualifikasi.
  2. Memprioritaskan Karyawan Internal
    Jika terdapat posisi yang dapat diisi oleh karyawan internal, perusahaan sebaiknya memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada mereka sebelum merekrut dari luar. Ini penting untuk menjaga motivasi dan loyalitas pegawai.
  3. Memperkuat Komunikasi antara Manajemen dan Karyawan
    Keterlibatan serikat pekerja dalam diskusi kebijakan sumber daya manusia bisa menjadi solusi untuk mencegah ketidakpuasan dan spekulasi yang berlebihan. Keputusan yang diambil secara sepihak hanya akan memperburuk ketidakpercayaan di dalam perusahaan.
  4. Menerapkan Pengawasan yang Ketat terhadap Praktik Perekrutan
    Pemerintah sebagai pemegang saham utama harus memastikan bahwa BUMN seperti Garuda Indonesia benar-benar menerapkan standar tata kelola perusahaan yang baik. Pengawasan yang lebih ketat diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan wewenang dalam proses perekrutan dan pengelolaan sumber daya manusia.

Kepercayaan: Aset yang Harus Dijaga

Polemik ini bukan sekadar soal perekrutan, tetapi lebih dalam dari itu: ini adalah ujian bagi kredibilitas dan transparansi Garuda Indonesia sebagai salah satu maskapai nasional terbesar. Kepercayaan karyawan dan publik adalah modal utama dalam membangun perusahaan yang sehat dan berkelanjutan.

Tanpa komitmen terhadap transparansi dan profesionalisme, Garuda Indonesia berisiko kehilangan lebih dari sekadar citra baik—tetapi juga dukungan dari mereka yang seharusnya menjadi pondasi utama keberlanjutan perusahaan: para karyawannya sendiri.

spot_img

Misteri Gunung Cilik Kreo: Jejak Peradaban Kuno yang Terkubur?

JAKARTAMU.COM | Gunung Cilik Kreo Kejajar adalah sebuah bukit unik yang terletak di dekat jalur wisata menuju Telaga Menjer,...

More Articles Like This