JAKARTAMU.COM | Konsep teologi yang memberikan citra negatif kepada kaum perempuan ialah anggapan bahwa Hawa menjadi penyebab tergelincirnya Adam dari Surga ke planet bumi. Karena rayuannya, Adam lengah lalu memakan buah terlarang menyebabkannya terlempar ke bumi. Akhirnya, kaum perempuan harus menanggung akibat lebih besar, seperti yang dapat dilihat dalam Kitab Talmud dan Bibel.
“Dalam Agama Yahudi, asal-usul terjadinya dosa asal (original sin) juga lebih banyak dipersalahkan kaum perempuan,” tulis Nasaruddin Umar dalam “Perspektif Jender Dalam Islam” pada buku Jurnal Pemikiran Islam Paramadina.
“Bahkan kalangan misogyny menganggap perempuan sebagai “setan betina” (female demon) yang harus selalu diwaspadai,” lanjutnya.
- Kutukan terhadap Hawa dan Adam
Dalam Kitab Talmud (Eruvin 100b) disebutkan bahwa akibat pelanggaran Hawa/Eva di Surga maka kaum perempuan secara keseluruhan akan menanggung 10 beban penderitaan:
- Perempuan akan mengalami siklus menstruasi, yang sebelumnya Hawa/ Eva tidak pernah mengalaminya.
- Perempuan yang pertama kali melakukan persetubuhan akan mengalami rasa sakit.
- Perempuan akan mengalami penderitaan dalam mengasuh dan memelihara anak-anaknya. Anak-anak membutuhkan perawatan, pakaian, kebersihan, dan pengasuhan sampai dewasa. Ibu merasa risi manakala pertumbuhan anak-anaknya tidak seperti yang diharapkan.
- Perempuan akan merasa malu terhadap tubuhnya sendiri.
- Perempuan akan merasa tidak leluasa bergerak ketika kandungannya berumur tua.
- Perempuan akan merasa sakit pada waktu melahirkan.
- Perempuan tidak boleh mengawini lebih dari satu laki-laki.
- Perempuan masih akan merasakan hubungan seks lebih lama sementara suaminya sudah tidak kuat lagi.
- Perempuan sangat berhasrat melakukan hubungan seks terhadap suaminya, tetapi amat berat menyampaikan hasrat itu kepadanya.
Perempuan lebih suka tinggal di rumah.
Nasaruddin mengatakan mungkin banyak kaum perempuan dewasa ini tidak sadar kalau poin pertama sampai terakhir bukan sekadar peristiwa alami, tetapi oleh orang-orang yang mempercayai kitab itu diyakini sebagai bagian dari “kutukan” Tuhan terhadap kesalahan Hawa.
Sedangkan kutukan yang ditimpakan kepada laki-laki, dan ini menarik untuk diperhatikan, adalah sebagai berikut:
- Sebelum terjadi kasus pelanggaran (spiritual decline) postur tubuh laki-laki lebih tinggi dari pada bentuk normal sesudahnya.
- Laki-laki akan merasa lemah ketika ejakulasi.
- Bumi akan ditumbuhi banyak pohon berduri.
- Laki-laki akan merasa susah dalam memperoleh mata pencaharian.
- Laki-laki pernah makan rumput di lapangan rumput bersama binatang ternak, tetapi Adam memohon kepada Tuhan agar kutukan yang satu ini dihilangkan.
- Laki-laki akan makan makanan dengan mengeluarkan keringat di alisnya.
- Adam kehilangan ketampanan menakjubkan yang telah diberikan oleh Tuhan kepadanya.
- Ditinggalkan oleh ular yang sebelumnya telah menjadi pembantu setia laki-laki.
- Adam dibuang dari taman surga dan kehilangan status sebagai penguasa jagat raya.
- Laki-laki diciptakan dari debu dan akan kembali menjadi debu. Ia ditakdirkan untuk mati dan dikubur.
Menurut Nasaruddin, kutukan yang ditimpakan kepada kaum laki-laki, selain lebih lunak kutukan itu juga langsung atau tidak langsung menimpa kaum perempuan. Sebaliknya, kutukan terhadap perempuan lebih berat dan monumental serta hanya dialaminya sendiri, tidak dialami kaum laki-laki.
Dalam Bibel juga dipersepsikan bahwa kaum laki-laki pantas memiliki superioritas di atas perempuan, sebaliknya kaum perempuan pada tempatnyalah mengabdikan diri kepada kaum laki-laki, karena selain diciptakan dari tulang rusuk Adam dan untuk melengkapi kesenangan Adam, juga dianggap penyebab langsung jatuhnya Adam dari surga, seperti diungkapkan dalam Kitab Kejadian (3:12):
“Manusia itu menjawab: “Perempuan yang kamu tempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan”.
Sebagai sanksi terhadap kaum perempuan antara lain dikatakan dalam Kitab Kejadian (3:16)
“FirmanNya kepada perempuan itu: “Susah payahmu waktu mengandung akan kubuat sangat banyak, dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.”
Nasaruddin Umar mengatakan jika doktrin-doktrin tersebut dilihat dalam perspektif sejarah, maka Islam adalah suatu sistem nilai yang progressif pada zamannya. Ajaran-ajarannya yang kontroversi ketika itu tidak hanya dapat ditawarkan (accessible) tetapi juga dapat diterima (acceptable) dalam kurun waktu yang singkat.
Dapat dibandingkan ajaran Bibel baru populer setelah ‘Isa/Yesus meninggal, sedangkan Nabi Muhammad sempat menyaksikan ajarannya dianut di sekitar Timur-Tengah.