Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Kita semua tahu, mati kan tiba,
Tapi mengapa lupa, enggan bersiap sedia?
Saudaraku, jangan tertipu kilau dunia,
Bekal akhiratlah tujuan utama.
Rasul berkata, usia umat terbatas,
Enam puluh tujuh puluh, jarang lebih panjang nafas.
Wahai saudaraku, ingatlah hidup fana,
Persiapkan bekal, perjalanan panjang menanti kita.
“Perbanyaklah ingat pemutus kenikmatan,”
Kata Nabi, “itu kematian, pemutus segalanya.”
Hidup sempit meluas, ingat mati di dalam dada,
Hidup luas menyempit, sadar dunia tak selamanya.
Bila maut selalu di pelupuk mata,
Dunia sempit luas tak peduli kita.
Mengingat mati, iman teguh menjadi benteng,
Siap menghadapi akhir, amal mulia terkembang.
Siapa paling cerdas, Nabi berkata,
Yang sering ingat mati, persiapan terbaik ada padanya.
Keluarga dan harta akan kembali,
Hanya amal yang tetap, menyertai kita di liang nanti.
Saudaraku, jangan tunda amal shalih,
Dunia penuh sibuk, jangan tergoda letih.
Pikirkan akhirat, pasti datang menyapa,
Dunia pasti ditinggalkan, jangan sia-siakan masa.
“Hai orang beriman, jangan lalai oleh harta dan anak,”
Firman Tuhan, hidup fana tak akan kekal.
Gunakan waktu, beramal sebelum datang ajal,
Allah Maha Tahu, amal kita takkan gagal.
Rasul memegang pundakku, berkata pelan,
“Jadilah asing di dunia, seperti musafir berjalan.”
Jangan tunda kebaikan, jangan harap esok datang,
Siapkan dirimu, dari hidup menuju mati yang tenang.
Panjang umur dan cinta harta,
Itu yang terus tumbuh bersama usia.
Tapi ingatlah, kematian itu pasti,
Persiapkanlah amal, jadikan surga destinasi.
Saudaraku, kematian kan datang membawa pesan,
Kebaikan atau keburukan, sesuai bekal kita jalankan.
Berjalanlah menghadap Tuhan dengan penuh ketaatan,
Agar kelak, ridha-Nya menyambut kita dengan penuh keindahan.
Semoga hidayah selalu menerangi jalan,
Istiqamah mengingat mati, amal terbaik persiapkan.
Ridha Allah tujuan tertinggi,
Menuju keabadian, dengan amal yang hakiki.
Aamiin Ya Rabb, pemilik segala kehidupan,
Bimbinglah kami menuju ke jalan penuh keimanan.