Rabu, Desember 4, 2024
No menu items!

Perlu Kehati-hatian dalam Menanggapi Klaim-Klaim tentang Imam Mahdi

Keyakinan terhadap Imam Mahdi merupakan bagian dari iman kepada hal-hal gaib, sebagaimana ditegaskan oleh hadis-hadis yang mutawatir maknawi.

Must Read

YOGYAKARTA, JAKARTAMU.COM | Pada Senin (02/12), Masjid KH Sudja Yogyakarta menjadi tuan rumah kajian rutin yang membahas tema hangat terkait keyakinan umat Islam tentang Imam Mahdi. Kajian ini dipimpin oleh Budi Jaya Putra, anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Dalam pengantarnya, Budi Jaya menegaskan bahwa keyakinan terhadap Imam Mahdi merupakan bagian dari iman kepada hal-hal gaib, sebagaimana ditegaskan oleh hadis-hadis yang mutawatir maknawi.

Budi Jaya menjelaskan bahwa paham tentang Imam Mahdi terutama berkembang di kalangan Syiah Imamiyah, di mana mereka percaya akan munculnya seorang khalifah adil dari keturunan Ali bin Abi Talib yang akan memimpin umat Islam di akhir zaman.

Baca juga: Imam Mahdi Menurut Paham Ahmadiyah: Beda dengan Syiah

Paham ini, menurut Budi Jaya, pada awalnya muncul sebagai strategi politik Syiah Imamiyah untuk mengimbangi kekuasaan Bani Umayyah yang saat itu memimpin dengan keras. Ia menyoroti bahwa dalam sejarah, klaim tentang Imam Mahdi seringkali digunakan oleh individu atau kelompok sebagai bagian dari kepentingan politik atau sebagai daya tarik di masyarakat.

“Seringkali, isu Imam Mahdi ini digembar-gemborkan, terutama menjelang pemilihan politik di mana figur seperti ‘Ratu Adil’ menjadi bahan kampanye,” ungkap Budi Jaya sebagaimana dikutip dari laman resmi PP Muhammadiyah.

Menurut Budi Jaya, hadis-hadis yang membicarakan Imam Mahdi sangat beragam statusnya. Meski beberapa di antaranya lemah (daif), tetap ada hadis-hadis yang dapat diterima, seperti riwayat yang menyebutkan bahwa Imam Mahdi berasal dari keturunan Fatimah dan memiliki nama Muhammad.

Budi Jaya memaparkan bahwa ciri-ciri Imam Mahdi sesuai dengan hadis Abu Dawud: namanya harus Muhammad, ayahnya Abdullah, dan ia berasal dari keluarga Nabi Muhammad. Hadis-hadis ini, walau termasuk Mutawatir maknawi, tetap harus ditelaah dan tidak dapat digunakan secara sembarangan untuk mendukung klaim-klaim tertentu.

Baca juga: Kepercayaan Al-Mahdi Syiah Zaidiyah: Bisa Menerima Imam Mafdul

Budi Jaya dalam kajiannya menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menanggapi klaim-klaim tentang Imam Mahdi. “Umat Islam sebaiknya bersikap kritis dan mengkaji persoalan ini secara mendalam, merujuk pada sumber-sumber yang jelas dari Al-Qur’an dan as-Sunnah,” pesannya.

Budi menekankan bahwa iman kepada Imam Mahdi, sebagai bagian dari rukun iman, harus didasari pada dalil yang kuat dan tidak hanya berdasar pada klaim sepihak. “Umat Islam harus memverifikasi klaim seperti ini dengan merujuk pada Al-Qur’an dan hadis yang jelas, dan tidak mudah terpengaruh oleh klaim yang tidak memiliki dasar yang kuat,” ucapnya.

Prabowo Ungkap Alasan Indonesia Sangat Mungkin Terseret Perang

KUPANG, JAKARTAMU.COM | Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan alasan Indonesia berpotensi terlibat perang. Dia berharap situasi damai Indonesia tak...

More Articles Like This