JAKARTAMU.COM | Poligami adalah topik yang selalu menarik perhatian, baik dalam konteks agama, budaya, maupun kehidupan sosial. Foto yang menampilkan seorang pria dengan beberapa istri dalam suasana rukun sering kali dikaitkan dengan narasi bahwa “istri adalah rezeki, semakin banyak istri, semakin banyak rezeki.” Namun, apakah benar demikian? Mari kita telaah dengan lebih mendalam, berlandaskan ajaran Islam dan realitas kehidupan.
- Poligami dalam Islam: Antara Syariat dan Keadilan
Poligami memang diperbolehkan dalam Islam, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنٰى وَثُلٰثَ وَرُبٰعَ ۖ فَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْۗ ذٰلِكَ اَدْنٰٓى اَلَّا تَعُوْلُوْا
“Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu takut tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja…” (QS. An-Nisa: 3)
Ayat ini menggarisbawahi bahwa poligami bukan kewajiban, melainkan rukhsah (keringanan) dengan syarat utama: keadilan. Jika seorang pria tidak bisa berbuat adil, maka Islam lebih menganjurkan monogami.
Namun, keadilan dalam poligami bukan hanya soal materi, tetapi juga keadilan dalam kasih sayang, perhatian, dan waktu. Rasulullah SAW sendiri, meskipun berpoligami, tetap memberikan contoh keadilan luar biasa kepada istri-istrinya. Bahkan beliau pernah berdoa:
اللَّهُمَّ هَذَا قَسْمِي فِيمَا أَمْلِكُ فَلَا تَلُمْنِي فِيمَا تَمْلِكُ وَلَا أَمْلِكُ
“Ya Allah, inilah pembagianku dalam hal yang aku mampu, maka janganlah Engkau mencelaku dalam hal yang Engkau kuasai tetapi aku tidak mampu.” (HR. Abu Daud & Tirmidzi)
Ini menunjukkan bahwa bahkan Rasulullah SAW pun tetap mengakui bahwa dalam aspek emosional dan hati, sulit untuk berlaku benar-benar adil.
- Benarkah “Semakin Banyak Istri, Semakin Banyak Rezeki”?
Pernyataan ini sering digunakan sebagai justifikasi poligami, seolah-olah dengan menambah istri, otomatis rezeki pun bertambah. Namun, Islam tidak pernah mengajarkan bahwa rezeki datang hanya dari banyaknya pasangan.
Rezeki dalam Islam memiliki makna luas, bukan hanya harta benda, tetapi juga kesehatan, ketenangan hati, keluarga yang bahagia, serta keberkahan hidup. Rasulullah SAW bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan bukanlah banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari & Muslim)
Seorang laki-laki yang memiliki banyak istri tetapi tidak mampu mengelola keluarganya dengan baik justru bisa mengalami beban ekonomi yang lebih besar, pertengkaran rumah tangga, atau ketidakharmonisan yang mengurangi keberkahan rezekinya.
Sebaliknya, banyak juga keluarga monogami yang hidup dalam kebahagiaan dan rezeki yang melimpah karena mereka saling mendukung dalam ibadah, bekerja sama dalam kebaikan, serta menjaga ketentraman rumah tangga.
- Tantangan Poligami: Tidak Semudah dalam Foto
Gambar seorang pria dengan beberapa istri yang tampak harmonis tentu menyenangkan untuk dilihat. Namun, dalam realitas, poligami memiliki tantangan besar yang tidak tergambar hanya dalam satu foto.
Beberapa realitas poligami yang sering terjadi adalah:
✅ Keadilan sulit ditegakkan – Banyak kasus di mana salah satu istri merasa dianaktirikan.
✅ Persoalan finansial – Tidak semua pria siap menanggung nafkah lebih dari satu keluarga.
✅ Dampak psikologis pada anak – Anak-anak dari keluarga poligami sering kali mengalami dinamika emosional yang kompleks.
✅ Cemburu dan konflik batin – Meskipun istri-istri tampak akur di depan umum, banyak yang menyimpan rasa cemburu dan perasaan tersisih.
Bahkan dalam sejarah Islam, istri-istri Rasulullah SAW pun pernah mengalami persaingan batin, seperti kisah Aisyah radhiyallahu ‘anha dan para ummahatul mukminin lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa poligami bukan hanya soal kemampuan finansial, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual.
- Kesimpulan: Bijak Memahami Poligami dan Rezeki
Islam mengajarkan bahwa pernikahan, baik monogami maupun poligami, harus berlandaskan ketaatan kepada Allah, tanggung jawab, dan keadilan.
✔️ Poligami bukan simbol kesuksesan atau keberkahan, tetapi amanah yang sangat besar dan berat.
✔️ Rezeki tidak bergantung pada jumlah istri, tetapi pada usaha, keikhlasan, dan keberkahan dari Allah.
✔️ Kebahagiaan dalam rumah tangga lebih penting daripada sekadar memiliki banyak pasangan.
Jika seseorang ingin berpoligami, ia harus benar-benar siap secara lahir dan batin, memahami tanggung jawabnya, dan tidak menjadikannya sekadar pembenaran untuk kesenangan pribadi. Jika tidak, lebih baik fokus membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah dengan satu pasangan yang dikelola dengan baik.
Wallahu a’lam. (Dwi Taufan Hidayat)