Selasa, Januari 7, 2025
No menu items!

Politisi yang Pensiun

Must Read

PENSIUN adalah istilah birokrasi yang bertujuan menghentikan status dan peran birokratis aparat sipil atau militer negara dengan syarat tertentu, seperti batas usia kerja dalam waktu yang telah ditentukan.

Dalam struktur negara, birokrat sering kali menjadi kaki dan tangan yang menggerakkan roda pemerintahan. Namun, ada kalanya mereka mengambil peran politisi yang kurang kompeten dalam memahami, menganalisis, dan mengambil kebijakan penting di kementerian yang menjadi tanggung jawabnya.

Meski begitu, tentu tidak semua politisi segoblok itu. Kita bisa melihat teladan dari tokoh-tokoh seperti Syafrudin Prawiranegara, Menteri Keuangan dari Partai Masyumi, atau Sumitro Djojohadikusumo, Menteri Perdagangan dari Partai Sosialis yang didirikan oleh Sutan Sjahrir, juga Mr. Mohammad Roem. Ketiga  tokoh ini menunjukkan kemampuan tangguh sebagai politisi  berilmu dan berkarakter.

Muda dengan Pengaruh Besar

Syafrudin Prawiranegara,  Sumitro Djojohadikusumo, dan Mr Mohammad Roem memulai karier mereka sebagai menteri di usia yang relatif muda. Sumitro menjabat di usia 34 tahun, sementara Syafrudin di usia 40 tahun. Selain itu, Mr. Mohammad Roem, politisi dari Partai Masyumi yang pernah menjadi Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, dan Wakil Perdana Menteri, juga tergolong muda saat menjabat, yakni pada usia 45 tahun.

Tiga tokoh ini memberikan contoh bagaimana tetap berkarya meski tidak lagi berada di pemerintahan. Mereka terus mengabdikan diri dalam bidang masing-masing.

Mr. Roem melanjutkan kiprahnya sebagai advokat, sementara Prof. Sumitro, lulusan Sekolah Tinggi Rotterdam, menjadi salah satu tokoh utama di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (kini FEB UI).

Ia juga memegang peran penting dalam melahirkan generasi ekonom seperti Widjojo Nitisastro, Emil Salim, dan Ali Wardhana yang melanjutkan studi ke Berkeley, California, USA.

Syafrudin Prawiranegara memilih jalan dakwah bersama Mohammad Natsir, mantan Menteri Penerangan di Kabinet Hatta I dan II, sekaligus Perdana Menteri pertama NKRI pasca Mosi Integral Natsir di Parlemen.

Dari ketiganya, konsep pensiun tampaknya tidak dikenal para politisi dan tokoh yang memiliki keyakinan kuat bahwa hidup tidak semata-mata digerakkan oleh dan untuk negara. Keyakinan agama, kemampuan profesional, serta kepedulian terhadap kemanusiaan menjadi pendorong utama untuk terus berkarya.

Hidup tidak hanya untuk menggerogoti negara atau sekadar memenuhi kebutuhan keluarga sendiri. Sebagaimana seorang prajurit yang berkata bahwa api perjuangan tidak pernah padam, semangat untuk memberikan manfaat bagi masyarakat juga harus terus menyala tanpa batas usia.

Siapa pun ia dengan latar belakang agama apapun akan lebih lantang berkata: Hidup bukan untuk menggerogoti negara dan cawe-cawe hanya demi sekelumit keluarganya belaka.

Muhammadiyah-Pemerintah Berpotensi Awali dan Akhiri Puasa Bareng

JAKARTAMU.COM | Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) 1446 Hijriah yang digunakan Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan 1446 Hijriah atau awal...

More Articles Like This