JAKARTAMU.COM | Dalam dinamika politik Indonesia, hubungan antara Presiden Prabowo Subianto dan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi sorotan utama. Pakar hukum tata negara, Refly Harun, dan pengamat politik, Rocky Gerung, memberikan pandangan kritis mengenai bagaimana Prabowo mewarisi dan mempelajari strategi politik dari Jokowi.
Investasi Politik Jokowi dalam Kepemimpinan Prabowo
Refly Harun menyoroti bahwa kemenangan Prabowo dalam Pemilu 2024 tidak terlepas dari “investasi besar” yang dilakukan oleh Jokowi. Menurutnya, Jokowi menempatkan orang-orang terdekatnya dalam posisi strategis, memastikan pengaruhnya tetap kuat dalam pemerintahan Prabowo. Refly menekankan bahwa meskipun Prabowo baru memulai masa jabatannya, jejak kekuasaan Jokowi masih sangat terasa, terutama dalam penempatan pejabat kunci dan arah kebijakan pemerintah.

Kritik terhadap Pemahaman Demokrasi
Rocky Gerung sebelumnya mengkritik bahwa baik Jokowi maupun Prabowo kurang memahami esensi demokrasi secara mendalam. Refly Harun mengamini pandangan ini dengan menyatakan bahwa bukti-bukti semakin menunjukkan kebenaran dari pernyataan Rocky. Hal ini tercermin dari berbagai kebijakan dan tindakan pemerintah yang dianggap kurang mencerminkan nilai-nilai demokrasi sejati.
Kontroversi Penetapan Tersangka Hasto Kristiyanto
Penetapan Hasto Kristiyanto sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menimbulkan spekulasi tentang adanya pengaruh Jokowi dalam pemerintahan Prabowo. Rocky Gerung menilai bahwa langkah ini merupakan bentuk “pemerasan politik” yang dilakukan oleh Jokowi, sementara Refly Harun menyebutnya sebagai bentuk kriminalisasi terhadap pihak yang vokal mengkritik pemerintah. Keduanya sepakat bahwa dinamika ini mencerminkan kompleksitas hubungan antara Jokowi dan Prabowo serta pengaruh yang masih dimainkan oleh mantan presiden tersebut.
Tantangan dalam Penegakan Hukum
Refly Harun juga mengkritik bahwa estafet kerusakan hukum berlanjut dari pemerintahan Jokowi ke Prabowo. Ia menilai bahwa sistem hukum yang lemah terus berlanjut tanpa ada perbaikan signifikan, menunjukkan bahwa Prabowo belum mampu melepaskan diri dari bayang-bayang pendahulunya dalam hal penegakan hukum.
Harapan untuk Evaluasi dan Perbaikan
Meskipun kritis, Rocky Gerung mengingatkan pentingnya memberi waktu bagi Prabowo untuk membuktikan kinerjanya, terutama dalam 100 hari pertama masa jabatannya. Ia mengajak publik untuk tetap optimis dan memprioritaskan keberlanjutan republik, sambil terus mengawasi dan mengkritisi kebijakan pemerintah demi kebaikan bersama.
Secara keseluruhan, analisis dari Refly Harun dan Rocky Gerung menggambarkan bahwa Prabowo Subianto, dalam kepemimpinannya, banyak mempelajari dan mungkin mengadopsi strategi politik dari Jokowi. Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana ia dapat membawa perubahan nyata tanpa terjebak dalam pola dan warisan politik pendahulunya. (Dwi Taufan Hidayat)