PERSPEKTIF sejarah dibutuhkan dalam objektifitikasi terhadap suatu peristiwa. Namun, jangan lupa bahwa ia mensyaratkan kecukupan dokumentasi agar mampu meminimalkan subjektivitas yang cenderung menghadirkan kultus individu.
Dari sana diharapkan bahwa peran serta seseorang atau golongan pada kurun tertentu – khususnya untuk menembus kompleksitas perjalanan RI – sebagai negara dan bangsa mampu dipahami dengan jujur, tak ada yang disembunyikan.
Ini juga berlaku pada peran serta seorang Prawoto Mangkusasmito, mantan Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Wilopo (1952-1953) dan Ketua Umum (terakhir) Partai Politik Islam Indonesia – Masyumi (1945-1960) dalam lintasan sejarah RI 1945-1960.
Alam Pikiran dan Jejak Perjuangan Prawoto Mangkusasmito – Ketua Umum (terakhir) Partai Masyumi telah dibukukan dengan penulisnya SU Bajasut dan Lukman Hakim sebagai editor. Diterbitkan Kompas Penerbit Buku pada 1972.
Baca juga: KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Tidak Alergi terhadap Politik
Inilah rekaman sikap dan pandangan Prawoto Mangkusasmito sepanjang 21 tahun menyuarakan komitmen asasinya terhadap kepentingan rakyat. Memperjuangkan tegaknya hukum dan konstitusi melalui cara-cara yang sah dan demokratis. Satunya kata dan perbuatan menunjukkan Prawoto Mangkusasmito adalah pemimpin yang berwatak.
Pengorbanannya – suka memberi tak kenal meminta – selama hidupnya tak sia-sia. Kejujuran , kesederhanaan hidup, tawakal dan kegigihan mempertahankan prinsip benar-benar telah menjiwai perjuangan kemerdekaan kita, tulis IJ Kasimo – Ketua Partai Katholik semasa 1950-1960 an, teman perjuangan Prawoto Mangkusasmito dalam melawan kediktatoran Soekarno yang ditumpangi PKI.
Mochtar Lubis, wartawan senior “Indonesia Raya”, teman sesama tahanan di Rumah Tahanan Militer Jakarta sebelum dipindahkan ke Madiun (1962-1966) oleh Rezim Sukarno, kemudian dibebaskan (1966) oleh Orde Baru, mengenalnya sebagai orang yang tenang, sabar dan tak pernah meninggikan suara.Tak ada pekerjaan yang dianggap remeh untuk dilakukan.
Prawoto Mangkusasmito, mudah tersenyum namun keras hati dan tak kenal menyerah. Hatinya lurus dan jujur tak ada bengkoknya sedikitpun. Dia orang penuh kasih kepada sesama manusia, mencintai rakyat dan taat menjalani perintah Tuhan, demikian pendapat Mochtar Lubis, Pemimpin Umum Harian Indonesia Raya.
Baca juga: Haji Agus Salim: The Grand Old Man, Ini Nama Aslinya