Keduanya dari kecamatan, kabupaten dan provinsi yang sama, kemudian dimakamkan bersama pada tahun yang berurutan pada 1970-an di Taman Makan Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Kepada para pemuda yang suka mengunjunginya, seperti AM Fatwa dan kawan-kawannya, terngiang harapannya: Pemuda zaman kini akan menemukan jalannya sendiri tanpa harus selalu berkonsultasi dengan generasi tua. Pemuda harusnya berani menentukan sikapnya sendiri sesuai dengan tantangan yang dihadapinya.
Namun kini malah membudaya para orangtua suka menekan kaum muda. Bahkan, tega menjadikan anaknya jadi boneka kekuasaan ciptaannya sendiri melalui pendinastian kuasa, dari kelas pegawai biasa sampai kepala negara.
Anugerah Bintang Mahaputera
”Tersaksikan kebesarannya sesudah dia pergi! Tidak terdapat namanya dalam register pahlawan Nasional yang dibuat oleh penguasa. Tak ada pula inspektur upacara dan tembakan salvo yang membahanaengantar pemakamannya. Tetapi yang pasti beliau dilepas oleh kesedihan dan keharuan serta penghormatan dari lubuk jiwa puluhan ribu umat yang ditinggalkannya,”.
Demikian pernyataan Pengurus Pusat Muhammadiyah waktu pemakaman di Blok P Kebayoran Baru pada 25 Juli 1970. Pemakaman dilaksanakan sehari setelah Prawoto Mangkusasmito wafat di Desa Temuguruh, 25 kilometer dari pusat kota Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Dalam kunjungan ke acara kegiatan Serikat Tani Islam Indonesia itulah, satu jam setelah beranjak tidur, Prawoto Mangkusasmito dipanggil kehadirat-Nya. Sekitar 25 tahun setelah wafatnya, Prawoto Mangkusasmito memperoleh anugerah Bintang Mahaputera, tepatnya pada 1995.
Mr Moh Roem, mantan Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Ali Sastroamijoyo (1956-1958) dan salah satu mantan Ketua DPP Masyumi menambahkan, ”Alhamdulillah, kita semuanya sudah mengantarkan Pak Prawoto ke tempatnya yang terakhir di samping makam Pak Faqih Usman. Kalau kita mengantarkan Pak Prawoto tidak ke Taman Makan Pahlawan, tetapi saudara ingin melihat Pak Prawoto sebagai pahlawan, tidak ada suatu hal yang menghalangi. Sebab, pahlawan itu bukan ditentukan oleh tempat di mana dia dimakamkan, tetapu pahlawan itu ditentukan oleh jasa-jasanya. Bagi saya, Pak Prawoto asalah pahlawan negara dan agama kita”.
Faqih Usman adalah Menteri Agama pada Kabinet Wilopo (1952-1953). Ketika itu yang menjadi wakilnya adalah Prawoto Mangkusasmito.
Waktu pun bergulir. Dua puluh lima tahun kemudian, ukiran nama Prawoto Mangkusasmito terukir sebagai pahlawan muncul. Tepatnya pada Hari Pahlawan 10 November 1995, almarhum Prawoto Mangkusasmito mendapatkan anugerah Bintang Mahaputera sebagai mantan Wakil Perdana Menteri sekaligus mantan Wakil Ketua Konstituante.
Makam Prawoto Mangkusasmito pun dipindahkan. Pemindahan makam itu terjadi pada 1997. Inilah takdir, kehendak Allah Subhanahu wa ta’ala. Prawoto Mangkusasmito akhirnya diakui negara sebagai pahlawan sekaligus pahlawannya umat. (*)
Sumber: Alam Pikiran dan Jejak Perjuangan Prawoto Mangkusasmito – Ketua Umum ( terakhir ) Partai Masyumi, S.U Bajasut dan Lukman Hakim, Kompas, 1972