Senin, Maret 10, 2025
No menu items!
spot_img

Puasa Umat Terdahulu Lebih Berat: Tak Boleh Menggauli Istri di Siang dan Malam Hari

spot_img
Must Read
Miftah H. Yusufpati
Miftah H. Yusufpati
Sebelumnya sebagai Redaktur Pelaksana SINDOWeekly (2010-2019). Mulai meniti karir di dunia jurnalistik sejak 1987 di Harian Ekonomi Neraca (1987-1998). Pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah DewanRakyat (2004), Wakil Pemimpin Harian ProAksi (2005), Pemimpin Redaksi LiraNews (2018-2024). Kini selain di Jakartamu.com sebagai Pemimpin Umum Forum News Network, fnn.co.Id. dan Wakil Pemimpin Redaksi Majalah FORUM KEADILAN.

JAKARTAMU.COM | Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 183 disebutkan bahwa kewajiban berpuasa Ramadan itu adalah kewajiban bagi umat Islam sebagaimana umat terdahulu. Lalu siapakah umat terdahulu yang juga diwajibkan berpuasa?

Dalam Tafsirnya, Imam Ali Asshabuni menukil riwayat At-Thabari terkait puasanya orang-orang terdahulu sebagai berikut:

At-Thabari meriwayatkan dari Ad-duy bahwa dia berkata: Telah diwajibkan pula bagi orang Nasrani puasa bulan Ramadan. Diwajibkan bagi mereka tidak makan dan minum setelah bangun dari tidurnya, dan diharamkan bagi mereka menikahi wanita di bulan Ramadan.

Puasa Ramadan bagi mereka sangatlah berat, sehingga mereka menggantinya kadang di musim dingin dan musim panas. Ketika mereka menyadari kesulitan ini, akhirnya mereka bersepakat untuk meletakkan puasa Ramadan di antara musim dingin dan panas yaitu musim semi.

Mereka berkata, akan kami tambahkan puasa selama 20 hari sebagai penebus dengannya atas apa yang telah kami perbuat, maka mereka menjadikan total puasa Ramadhan menjadi 50 hari.

Firman Arifandi, dalam buku berjudul Nastar (Nanya-nanya Seputar Ramadhan), mengatakan kalau kita bayangkan, betapa beratnya puasa Ramadan umat terdahulu terutama kaum Nasrani.

Mereka harus memulai puasa tanpa sahur setelah terbangun dari tidur. “Bayangkan saja jika mereka tidur jam 8 malam lalu terbangun jam 1 dini hari karena kebelet ingin ke toilet, maka sejak detik itu waktu berpuasa sudah dimulai dan harus sabar tidak makan hingga waktu maghrib,” ujarnya.

Belum lagi larangan menikah di bulan Ramadhan bagi umat Nasrani terdahulu, ini tentunya membuat siksaan hidup makin berlipat ganda.

“Beda dengan syariat umat Nabi Muhammad, yang tidak ada larangan menikah meskipun di bulan Ramadan. Paling bagi pengantin baru di bulan Ramadan hanya ada ujian kesabaran saja di siang hari, adapun malamnya bisa extend hingga subuh,” jelas dosen di Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran (PTIQ) Jakarta ini.

Puasa Nabi Daud

Selain itu, bagi umat Islam, ada juga puasa yang disunahkan. Puasa Daud contohnya, yakni puasa selang-seling. Hari ini puasa, besok tidak. Begitu seterusnya secara zig-zag.

Puasa ini telah disyariatkan bagi Nabi Daud as. Bahkan puasa versi nabi Daud ini dikenal sebagai jenis puasa sunah yang disukai oleh Allah SWT sebagaimana tertuang dalam hadis:

Dari Abdullah bin Amru radhiyallahuanhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Salat (sunnah) yang paling dicintai oleh Allah adalah salat (seperti) Nabi Daud as. Dan puasa (sunnah) yang paling dicintai Allah adalah puasa (seperti) Nabi Daud alaihissalam. Beliau tidur separuh malam, lalu shalat 1/3-nya dan tidur 1/6-nya lagi. Beliau puasa sehari dan berbuka sehari. (HR. Bukhari).

Puasa Nabi Adam

Dikisahkan pula dalam Tafsir Ibnu Katsir bahwa Nabi Adam as berpuasa selama tiga hari tiap bulan sepanjang tahun. Riwayat lain mengatakan bahwa Nabi Adam berpuasa tiap tanggal 10 Muharram sebagai ungkapan syukur lantaran Allah mengizinkannya bertemu dengan istrinya, Siti Hawa, di Arafah.

Sebuah pendapat menyebutkan, Nabi Adam berpuasa sehari semalam pada saat ia diturunkan dari surga oleh Allah SWT.

Puasa Maryam

Puasa versi Siti Maryam adalah puasa yang paling berbeda dari yang lainnya. Jenis puasa yang disyariatkan kepada Siti Maryam sekalipun hanya sekali dalam hidupnya dianggap paling unik, yaitu puasa untuk tidak berbicara kepada manusia.

Hal ini sebagaimana termaktub dalam Quran: Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.”(QS Maryam: 26)

spot_img

Posisi Prabowo dalam Dinamika Politik Kekuasaan Indonesia

MELIHAT perjalanan Prabowo kecil, remaja, hingga tumbuh dewasa dan kini tergolong lansia, plus pengalaman dinas militer dan keluarga yang...

More Articles Like This