Senin, Maret 17, 2025
No menu items!
spot_img

PUISI: Doa Cahaya Ramadan, Nuzulul Qur’an, dan Ketaatan

spot_img
Must Read

Malam Cahaya: Nuzulul Quran

PUISI: Dwi Taufan Hidayat

Di sunyi malam yang penuh cahaya,
Turunlah firman, petunjuk semesta.
Dari Lauh Mahfudz ke langit dunia,
Hingga Gua Hira menjadi saksi nyata.

Selembar cahaya, sebutir embun,
Diutus pada hati yang lembut nan teguh.
Mengalirkan hikmah dalam tiap seruan,
Membelah zaman, menerangi ruh.

Ayat pertama menggema syahdu,
“Iqra’! Bacalah!” seru wahyu.
Membuka tirai gelap nan pekat,
Menjadi pelita bagi umat.

Dua puluh dua tahun berlalu perlahan,
Firman diturunkan penuh kesabaran.
Di Mekkah teguh menanam tauhid,
Di Madinah syariat pun tersemat.

Pada malam tujuh belas Ramadan,
Langit membentang lautan maghfirah.
Seribu bulan tak setara nilainya,
Bagi yang bersujud dalam lemah.

Dosa luruh bagai debu dihembus,
Hati bersih seperti bayi yang lahir.
Karena firman tak sekadar aksara,
Ia cahaya bagi yang tafakur.

Wahai insan, sadarlah segera,
Al-Qur’an bukan hanya kisah lama.
Ia petunjuk, ia cahaya,
Ia kehidupan, ia surya.

Di malam berkah, renungkanlah,
Adakah firman telah terpatri di jiwa?
Atau hanya terbaca di bibir semata,
Tanpa menyentuh hati dan rasa?

Maka dengarlah wahyu yang suci,
Bacalah ia, resapi dalam diri.
Karena Al-Qur’an adalah cahaya,
Yang akan membimbing hingga surga.

Doa di Pagi Senin

Ya Allah, di fajar yang suci,
kami bersimpuh, memohon rahmat-Mu bersemi.
Jadikan Senin penuh berkah nan abadi,
barokah mengalir bagai sungai surgawi.

Ya Rahman, lapangkan jalan kami,
ringankan langkah, teguhkan hati.
Hiasi hari dengan ridha Ilahi,
penuh taufik, hidayah, dan kasih sejati.

Bimbinglah mata memandang benar,
menatap nur cahaya sabar.
Jadikan lisan jujur berpendar,
mengucap hikmah yang tiada gentar.

Ya Allah, gerakkan tangan kami,
menolong sesama, ikhlas berbagi.
Jadikan kaki menuju sujud suci,
menapak jejak ibadah abadi.

Ya Rozzaq, limpahkan rezeki,
dari penjuru yang Engkau ridai.
Agar kami bisa berbagi,
pada mereka yang haus kasih Ilahi.

Ya Rabb, jadikan keluarga dan sahabat,
lukisan indah, penuh rahmat.
Rukun, damai, bertaut erat,
penuh warna kasih yang takkan surut.

Angkatlah sakit, lenyapkan resah,
hadiahkan sehat yang penuh faedah.
Hingga usia tersisa berkah,
bermanfaat di dunia, mulia di akhirah.

Dan saat maut menjemput kami,
tutup hidup dalam husnul khotimah ini.
Pertemukan kami di surga-Mu nanti,
di pelukan ridha nan abadi.

Aamiin, ya Rabbal ‘Alamiin.

Puasa dan Cahaya Kemaslahatan

Kala Ramadan mengetuk sunyi,
membawa cahaya dalam nurani.
Puasa terpatri bukan sekadar janji,
namun titah Ilahi penuh arti.

Ya Allah, tuntunlah hati ini,
pada ilmu yang bermanfaat sejati.
Limpahkan rezeki yang suci,
agar amal diterima di sisi-Mu nanti.

Di balik syariat, hikmah terpahat,
bukan beban, bukan jerat.
Setiap titah, setiap firman,
tersimpan maslahat dalam kehidupan.

Allah paling tahu ciptaan-Nya,
maka puasa bukan sengsara.
Namun lentera bagi jiwa,
menyehatkan raga, menentramkan sukma.

Jantung terlindung, pikiran tenang,
metabolisme pun kian berkembang.
Bukan hanya lapar yang diuji,
namun hati yang lurus nan suci.

Firman-Nya telah menjelaskan,
puasa lebih baik jika kau mengerti.
Maka jangan kau ragu dan enggan,
sami’na wa atho’na, sepenuh hati.

Syariat turun bukan sekadar aturan,
melainkan kasih dari Tuhan.
Tak perlu memilah, tak perlu menunda,
karena di sana ada surga yang nyata.

Saudara, mari jalani dengan taat,
bukan sekadar ritual yang lewat.
Namun titian menuju ridha-Nya,
agar hidup berkah selamanya.

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa,
kabulkan doa di sahur dan tahajud mereka.
Anugerahkan rahmat dan panjang usia,
dalam keberkahan yang tak terkira.

Aamiin, ya Rabbal ‘Alamiin.

Menuju Cahaya Ketaatan

Hidup berjalan, tak henti berputar,
Seperti arus, menuju muara.
Masa lalu tak dapat diulang,
Namun masa depan masih terbuka.

Ramadan berlalu, jejak tertinggal,
Adakah kita makin dekat pada-Nya?
Atau sekadar angin yang berlalu,
Tanpa bekas di hati yang hampa?

Setiap langkah, setiap detik,
Kitalah pedagang yang menjajakan diri.
Ada yang merugi dalam gelap,
Ada yang meraih cahaya Ilahi.

Harta tak lagi menjadi sandaran,
Anak-anak tak bisa membela.
Hanya hati yang bersih nan lapang,
Yang kelak diterima di sisi-Nya.

Jangan gentar dalam kesabaran,
Lihatlah Ayyub yang teguh bertahan.
Derita menjalar di tubuh renta,
Namun doanya menggetarkan langit.

Dan Yusuf pun menolak rayuan,
Memilih penjara daripada hina.
Sebab bagi hamba yang mengenal Tuhannya,
Maksiat hanyalah jebakan dunia.

Sabar bukan hanya menahan luka,
Tapi juga teguh dalam ketaatan.
Menjaga shalat, menolak maksiat,
Meski dunia menggoda dengan tipu daya.

Saudaraku, langkah kita masih panjang,
Jangan goyah oleh bisikan dunia.
Jadilah lebih baik, lebih taat,
Agar hidup berujung pada ridha-Nya.

spot_img

Kiai Saad Ibrahim: 10.000 Porsi Baksomu Gratis Mendorong Gerakan Filantropi

JAKARTAMU.COM | Ramadan selalu menghadirkan beragam aksi sosial. Salah satunya diinisiasi Lazismu DKI Jakarta melalui program “Berbagi Baksomu”. Dalam...

More Articles Like This