Jumat, Maret 7, 2025
No menu items!

PUISI: Doa, Empat Wajah di Pintu Ramadan

Must Read

Doa di Hari Jumat

Oleh: Dwi Taufan Hidayat

Ya Rabb, di hari yang penuh cahaya,
Ampuni kami, luruhkan dosa,
Untuk ayah, bunda, keluarga tercinta,
Juga sahabat dalam ukhuwah mulia.

Berilah umur yang penuh makna,
Sehat wal afiat, jiwa terjaga,
Lindungi langkah di jalan lurus,
Dalam ridha-Mu kami terus menyusur.

Jadikan hati teguh bersyukur,
Tak lalai pada nikmat yang makmur,
Curahkan rahmat dunia akhirat,
Jauhkan siksa, kelam dan berat.

Fitnah dunia dan akhirat pekat,
Lindungi kami, kuatkan syahadat,
Di kubur kelak, di padang Mahsyar,
Hindarkan hamba dari siksa yang gentar.

Saat Kau panggil, di akhir hayat,
Ijinkan kami husnul khotimah,
Dalam sujud jiwa berpulang,
Dijemput rahmat, penuh kasih sayang.

Cukupkan bekal di perjalanan,
Agar pantas di perjumpaan,
Dengan-Mu, ya Rabb, yang Maha Mulia,
Juga Rasul, cahaya surga.

Syair Malam: Renungan Syukur

Saat senja merunduk di ufuk nan jauh,
Malam merayap dalam lirih yang teduh.
Sahabat, tengoklah nikmat di raga,
Sehat terjaga, aib pun sirna.

Anakmu tumbuh dalam kebaikan,
Keluarga damai penuh kehangatan.
Ilmu mengalir bak sungai jernih,
Hati dituntun dalam taat bersih.

Namun mengapa mata tertawan,
Hanya pada megah dan kilau berlian?
Mengapa hati mudah mengeluh,
Lupa pada anugerah yang utuh?

Merenunglah dalam sunyi yang dalam,
Lihatlah karunia tanpa hitungan.
Tak semua mendapat yang kau punya,
Namun bersyukur membuat bahagia.

Jangan membandingkan, jangan mendebat,
Nikmat-Nya luas, takkan tersurat.
Syukurkan hadir dengan ketaatan,
Agar tak jatuh dalam kelalaian.

Rebahkan lelah, pejamkan mata,
Semoga tidurmu berbuah doa.
Hingga kelak di sepertiga malam,
Kau terbangun dalam rahmat-Nya yang dalam.

Empat Wajah di Pintu Ramadhan

Ramadhan tiba, cahaya bersinar,
Membuka lembaran, hati bergetar.
Namun tak semua menyambutnya mesra,
Empat wajah hadir, menorehkan makna.

Pertama, yang menutup mata,
Puasa baginya beban semata.
Lapar dan haus tak ia peduli,
Dunia menggoda, iman tertindih.

Kedua, yang malu-malu,
Di depan puasa, di belakang ragu.
Makan sembunyi, minum sendiri,
Iman tipis, mudah terbeli.

Ketiga, yang berpesta ria,
Meja penuh, waktu terbuang sia-sia.
Siang malas, malam bercanda,
Ramadhan baginya sekadar budaya.

Keempat, yang jiwa bersih,
Menyambut Ramadhan dengan kasih.
Menahan diri, mendidik hati,
Mencari ridha Ilahi Rabbi.

Merekalah yang menang di dunia,
Merekalah yang bahagia di surga.
Ramadhan bukan sekadar menahan,
Tapi perjalanan menuju Tuhan.

Maka tanyakan, wahai diri,
Di mana kau berdiri?
Di antara empat wajah ini,
Adakah Ramadhan benar kau hayati?

Rasulullah SAW Lebih Banyak Salat Malam di Rumah saat Ramadan

JAKARTAMU.COM | Rasulullah SAW lebih banyak melakukan salat malam pada bulan suci Ramadan di rumah saja. Para sahabat mencatat,...

More Articles Like This