Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Doa di Pagi Mulia
Di pagi Sabtu yang penuh cahaya,
Kubuka tangan, kupanjatkan doa,
Ya Allah, Ya Rabb, Penguasa semesta,
Ampunilah kami, keluarga, dan sahabat semua.
Berikanlah umur yang penuh berkah,
Keselamatan dan sehat yang tak tergoyah,
Limpahkan rezeki yang halal dan suci,
Agar hati tenang, hidup penuh arti.
Tunjukkan kami jalan yang lurus,
Jalan ridha-Mu, terang dan tulus,
Agar tak sesat dalam fana dunia,
Hingga selamat di akhirat yang nyata.
Ajarkan syukur di tiap nikmat,
Agar hati tak angkuh dan sesat,
Jadikan kami hamba yang setia,
Menyebut nama-Mu dalam suka dan lara.
Kebaikan di dunia, kebaikan di akhir,
Jadikan bekal di hari yang akhir,
Jauhkan kami dari siksa neraka,
Ya Allah, ya Rahman, hanya pada-Mu kami berserah jua.
Jejak Hitam di Puncak Bromo
Di balik kabut yang menggantung pekat,
Bromo berdiri megah dan keramat.
Namun di celah sunyi lembah tersembunyi,
Ada rahasia yang menanti terbukti.
Langit dilarang menatap tanah,
Drone pun diusir, terbang dicegah.
Mengapa angin tak boleh bersuara?
Apa yang disembunyikan di dalam sana?
Pendaki melangkah penuh harapan,
Gunung nan agung, penuh ketakjuban.
Tapi kenapa jalan tiba-tiba tertutup?
Adakah tangan-tangan jahat yang mengendap meraup?
Bukan kabut yang menghilangkan jejak,
Bukan demit yang membekap senyap.
Ada ladang gelap di tanah suci,
Tangan-tangan busuk merusak negeri.
Hijau bukan lagi warna kehidupan,
Melainkan candu penuh kehancuran.
Mereka menanam, mereka menjual,
Demi nafsu, demi modal.
Generasi muda dalam jerat,
Tak sadar diracun pelan dan cepat.
Siapa pemiliknya? Siapa pelakunya?
Di balik topeng, mereka tertawa.
Harus ada cahaya menembus kelam,
Membakar ladang, menghancurkan malam.
Bromo harus kembali suci,
Bukan sarang dosa di negeri ini!
Suka Jadi Syukur, Duka Jadi Sabar
Saudaraku, dengarlah hikmah semesta,
Hidup tak selamanya indah bersahaja.
Suka dan duka, datang silih berganti,
Menguji hati, menguji nurani.
Saat bahagia, jangan terlena,
Syukurkan nikmat, jangan angkuh dan lupa.
Sebab dunia hanya persinggahan fana,
Bukan tempat abadi yang kekal selamanya.
Saat duka menyapa hati,
Jangan meratap, jangan tersungkur sendiri.
Karena sabar adalah cahaya sejati,
Yang menuntun langkah menuju Ilahi.
Lihatlah para sahabat yang teguh berdiri,
Dalam perang dan luka, tak pernah lari.
Mereka tahu dunia hanyalah ujian,
Bekal perjalanan menuju keabadian.
Sungguh Allah menjadikan tawa dan tangis,
Agar manusia mengerti makna manis dan pedih.
Supaya hati tak pongah saat jaya,
Dan tak rapuh kala derita melanda.
Jangan bersedih, jangan melemah,
Sebab imanlah yang meninggikan derajat.
Bersimpuhlah hanya pada-Nya yang Esa,
Sebab di situlah ketenangan bersemayam selamanya.
Maka jadikan sukamu adalah syukur,
Dan dukamu adalah sabar yang tak luntur.
Karena hidup bukan sekadar hari ini,
Melainkan perjalanan menuju abadi.