Doa di Hari Jumat
Ya Rabb, di hari Jumat yang suci,
Kami bersimpuh dalam harap dan ngeri,
Dosa menumpuk, langkah tersesat,
Namun rahmat-Mu luas tak terbatas.
Untuk ayah, untuk ibu,
Untuk saudara dan sahabat setia,
Limpahkan berkah di sisa usia,
Sehat, bahagia dalam ridha-Mu.
Tuntunlah kami di jalan cahaya,
Jangan biarkan hati terlena,
Agar tak hanyut dalam goda,
Agar tak rapuh di fitnah dunia.
Nikmat-Mu mengalir bak hujan,
Tak henti membasuh dahaga iman,
Jangan biarkan kami lupa,
Bahwa Engkau sebaik-baik penjaga.
Karuniakan dunia penuh makna,
Akhirat yang indah tanpa cela,
Jauhkan kami dari siksa neraka,
Dari fitnah kubur yang menyesakkan dada.
Dan bila kelak Kau panggil pulang,
Ijinkan sujud menjadi penutup jalan,
Husnul khotimah, damai nan terang,
Bersama Nabi dalam salam.
Ya Allah, cukupkan bekal kami,
Agar tak gentar saat tiba janji,
Ridho-Mu tempat hati bersandar,
Dalam kasih-Mu, kami berharap.
Pelita Kebenaran
Di ujung malam yang lengang,
Kau nyalakan cahaya di cakrawala,
Namun mata-mata enggan memandang,
Mereka tenggelam dalam fatamorgana fana.
Wahai Rabb, Kau kirim utusan-Mu,
Seperti lentera di badai gelap,
Namun tangan-tangan keji mencabut nyala,
Mereka buang kebenaran dalam bara angkara.
Lidah mereka bersumpah atas dusta,
Melukis fatwa dengan tinta abu,
Berjalan jauh di lorong gelisah,
Padahal firman-Mu terang membimbing kalbu.
Beruntunglah mereka yang setia,
Berpegang pada cahaya-Mu yang kekal,
Meski badai menampar dada,
Langkah mereka takkan goyah, takkan pudar.
Ya Rabb, genggam hati ini erat,
Jangan biarkan ia hanyut terseret,
Jika langkahku mulai menjauh,
Bimbinglah aku kembali, sebelum terlambat.
Kepada-Mu, kami pulang dan bersimpuh,
Dalam doa yang lirih, dalam rindu yang luruh,
Dengarkan bisikan hati yang gersang,
Rahmati kami dalam kasih-Mu yang lapang.
Tawakal di Ujung Doa
Di langit luas tak berujung,
ada janji yang tak luruh di angin,
seperti embun yang jatuh lembut,
Allah mencukupkan setiap hajat yang datang.
Mengapa ragu menyelusup di dada,
padahal Dia tak pernah ingkar?
Jalan rezeki-Nya laksana sungai,
mengalir tanpa diminta, tiba tanpa disangka.
Bertawakal adalah kepasrahan yang teguh,
bukan menyerah di batas asa,
tapi meletakkan beban di tangan-Nya,
karena hanya Dia yang memegang segala.
Siang berlalu dalam usaha,
malam sunyi dalam sujud penuh doa,
tak perlu mengetuk pintu selain-Nya,
karena Dialah Sang Maha Pemilik Rahasia.
Takkan terputus tangan yang menengadah,
takkan tersesat hati yang berserah,
karena bagi mereka yang bertawakal,
Allah cukup—lebih dari sekadar cukup.
Taubat yang Tertinggal di Angin
Di balik bisik yang tak terlihat,
tersimpan luka yang tak terdengar,
ghibah berlayar di lidah tajam,
menusuk hati tanpa sayat.
Bagaimana menebus kata yang melukai,
jika jejaknya telah hilang di waktu?
Bagaimana meminta maaf pada bayang,
jika ia telah berpulang ke keabadian?
Maka langit masih terbuka luas,
bagi doa yang ingin menebus khilaf,
dalam tahajud yang sunyi dan lembut,
dalam sedekah yang menyapu noda.
Ya Allah, ampuni mereka,
yang pernah tersentuh lisanku,
yang pernah tergores ucapanku,
jadikan doa ini pelebur luka.
Sebab di akhir nanti,
bukan hanya tangan yang berbicara,
tetapi lidah yang dahulu berbisik,
akan menjadi saksi atau beban.
Maka sebelum hari itu datang,
biarlah kebaikan menutup aib,
biarlah dzikir menyucikan batin,
biarlah doa menjadi jembatan maaf.
Ya Allah, ampuni kami semua…