Doa di Pagi Selasa
Puisi: Dwi Taufan Hidayat
Ya Allah, Engkau Maha Pengasih,
Maha Penyayang, tiada terganti,
Di pagi ini, kami berserah,
Mohon limpahan berkah suci.
Ilmu yang benderang sinarnya,
Mengalir deras bagai sungai,
Jadikan hati luas samudra,
Menampung hikmah yang Kau guyur damai.
Rizki halal, lapang mengalir,
Seperti embun yang jatuh lembut,
Jauhkan kami dari yang mungkir,
Agar tiap langkah kian bersinergi kuat.
Bagi yang diuji sakit mendera,
Pulihkan tubuh, kuatkan jiwa,
Agar kembali tegak berkarya,
Dalam rida-Mu, bahagia menyala.
Selamat pagi, wahai saudara,
Langkahmu ringan, hatimu lega,
Semoga sukses terus menyerta,
Dalam ridho-Nya, hidup bermakna.
Meraih Keberkahan Ramadhan
Di bulan suci, cahaya bersinar,
Menyentuh hati yang ingin sadar.
Bukan harta, bukan mahkota,
Tapi taat yang bertambah nyata.
Barakah itu bukan sekadar cukup,
Namun ketaatan yang makin teguh.
Seperti Ayyub dalam deritanya,
Sakitnya justru menambah taqwa.
Mus’ab tak panjang umurnya,
Namun jejaknya harum selamanya.
Tanah tandus yang tak berbunga,
Makkah mulia, tak tertandingi dunia.
Makanan bukan soal gizi semata,
Namun apakah ia mendekatkan jiwa?
Ilmu tak hanya catatan berjela,
Namun adakah ia menggerakkan raga?
Rezeki bukan soal angka semata,
Namun manfaatnya bagi sesama.
Jika tangan memberi dan hati berbagi,
Itulah berkah yang hakiki.
Di Ramadhan ini kita berdoa,
Agar nikmat tak sirna seketika.
Agar sakit menjadi penghapus dosa,
Agar ragu berbuah keyakinan nyata.
Ya Allah, jika saudara tersenyum,
Jadikanlah itu ibadah yang harum.
Jika ia bersedih dalam sunyi,
Jadikan hatinya kuat berdiri.
Limpahkanlah rezeki dan keberkahan,
Mudahkan langkah dalam ketaatan.
Hingga kelak di surga-Mu,
Kami semua bertemu, bersatu selalu.
Yaa muqallibal quluub tsabbit qalbii ‘alaa diinik…
Qiyamul Lail dan Keikhlasan Jiwa
Dalam sunyi malam yang pekat membisu,
Kaki berdiri, hati terpaut pilu.
Di antara bisikan angin yang sendu,
Tersungkur raga, tersujud kalbu.
Tiada mata yang memandang mesra,
Tiada telinga mendengar lara.
Hanya Dia, Yang Maha Esa,
Menatap hamba dalam doa.
Ikhlas mengalir seperti cahaya,
Menyusup jiwa tanpa dusta.
Bukan untuk sanjungan dunia,
Tapi ridha-Nya yang kupinta.
Seratus ayat, terhapus lalai,
Dua ratus ayat, ruh pun damai.
Dalam gelap yang sepi mendekap,
Hanya iman yang tetap menyala.
Wahai malam, madrasah hati,
Mengajarkan ikhlas dalam sunyi.
Melebur angan yang menipu,
Menunjukkan surga yang kutuju.
Sujudku sembunyi, layaknya sedekah,
Seperti embun yang jatuh ramah.
Dibanding terang, tujuh puluh kali,
Lebih mulia di sisi Ilahi.
Berat terasa bagi yang ragu,
Hanya hati bersih yang mampu.
Maka bangkitlah di hening waktu,
Temui Tuhan dalam syahdu.