Sabtu, April 19, 2025
No menu items!

PUISI: Doa Kekayaan Sejati, Qanaah, antara Hak dan Batil

Must Read

Doa di Pagi Sabtu

Ya Rabb, di pagi Sabtu yang suci,
Kala embun bertasbih dalam sunyi,
Kami datang bersujud penuh harap,
Dengan jiwa yang rapuh dan hati yang lap.

Ampunilah kami, hamba yang lalai,
Juga ayah-bunda dalam tiap jejak usai,
Keluarga besar, sahabat seiman,
Lindungilah dari gelapnya jalan.

Karuniakan umur berfaedah nyata,
Sehat jasad, hati pun bahagia,
Jauhkan dari lara dan musibah,
Dekap kami dalam damai dan berkah.

Tuntunlah kami ke jalan-Mu yang terang,
Yang Engkau ridhoi di sepanjang siang dan malam,
Jadikan syukur bunga dalam dada,
Atas nikmat-Mu yang tak terhingga.

Berikan dunia penuh kebaikan,
Akhirat yang teduh, bebas siksaan,
Jauhkan kami dari api neraka,
Peluk kami, ya Allah, dengan cinta-Mu yang tak terkira.

Kekayaan Sejati

Seorang murid berselimut nestapa,
Melangkah lesu, bersandar tanya,
“Wahai guru, mengapa hidupku hampa?
Tak punya harta, tak punya daya?”

Sang Guru tersenyum, matanya teduh,
“Karena engkau enggan memberi peluh.
Bukan soal isi kantong yang megah,
Namun hati yang tertutup sudah.”

Si murid menunduk, lirih berkata,
“Aku miskin, tak punya apa-apa.”
Sang Guru menunjuk mata dan telinga,
“Engkau kaya, hanya lupa merasa.”

“Dengan senyum, engkau bisa menyalakan fajar,
Dengan pujian, engkau bisa luluhkan gusar.
Tatapan lembut, suara yang mendengar,
Itulah harta, bukan sekadar dinar.”

“Tanganmu bukan sekadar menggenggam,
Tapi mampu menopang mereka yang tenggelam.
Wajahmu bukan sekadar cermin duka,
Namun cahaya bagi jiwa yang luka.”

“Bersyukurlah, wahai jiwa yang meratap,
Kekayaan sejati tak pernah lenyap.
Ia tersembunyi di balik empati,
Dalam senyuman, dalam simpati.”

Tak semua butuh sekarung emas,
Ada yang butuh peluk hangat yang tulus ikhlas.
Ada yang rindu didengar,
Ada yang butuh dikuatkan tanpa sadar.

Seperti padi yang tumbuh di ladang,
Saat ditanam, rumput pun datang.
Tapi tanam rumput—padi tak ikut,
Begitulah dunia saat niatnya surut.

Kejar akhirat, maka dunia mengekor,
Kejar dunia, akhirat pun kabur.
Berbuat baiklah walau sederhana,
Doa, senyum, atau sapa penuh makna.

Sebab hidup bukan hanya tawa,
Setengahnya nikmat, setengahnya lara.
Nikmat memerlukan syukur yang nyata,
Ujian perlu sabar, dosa minta taubat segera.

Jika syukur, sabar, istighfar bersatu,
Maka bahagia pasti menemu.
Tak peduli seberapa kecil yang diberi,
Yang penting, dari hati yang suci.

Ya Allah, tuntun kami dalam ridha-Mu,
Agar surga-Mu menjadi warisan yang satu.
Aamiin.

Qana’ah, Harta yang Tak Terlihat

Ya Allah, pada-Mu kubuka pinta,
Ilmu yang bermanfaat, rezeki halal tak terputus renta,
Amal yang Engkau terima tanpa cela,
Jadikan hidupku berkah meski sederhana rupa.

Tak semua rezeki besar bentuknya gemerlap,
Ada yang kecil namun nikmatnya menenggelamkan gelap.
Sebab bukan angka yang menenangkan dada,
Tapi rasa cukup yang menyejukkan jiwa.

Kala bumi dijanjikan limpahan karunia,
Tak serta merta manusia bijak menjaganya.
Sebab saat lapang, hati mudah melampaui batas,
Tamak membakar nurani, puas pun lenyap, tak berbekas.

Takkan usai nafsu jika dituruti,
Satu tercapai, dua lagi menanti.
Seperti bayang dalam cermin pagi,
Semakin dikejar, semakin berlari.

Berbeda mereka yang cukup pada yang ada,
Qana’ah bersarang di sudut dada.
Syukur mengakar sebelum ingin berkuasa,
Hidupnya ringan, tak rakus menguasai semesta.

Rezeki bukan sekadar tumpukan harta,
Namun seberapa lapang kita menerimanya.
Karena kekurangan bukan di piring makan,
Melainkan dalam hati yang tak tahu kapan berhenti menuntut jalan.

Tak sedikit yang bergelimang emas,
Namun tak mampu tidur nyenyak di ranjang luas.
Sementara si miskin tertidur damai berselimut doa,
Karena hatinya penuh dengan rasa bahagia.

Qana’ah itu kekayaan sejati,
Nerimo ing pandum, tanpa iri hati.
Sumeleh dalam takdir dan kasih Ilahi,
Mengayuh hidup tanpa keluh, tanpa ambisi tak henti.

Harta bukan dosa, tapi rakus adalah cela,
Sederhana bukan lemah, tapi bijak menyikapi dunia.
Yang banyak belum tentu bahagia,
Yang sedikit belum tentu sengsara.

Semoga Allah, Tuhan yang Maha Pemurah,
Anugerahkan pada kita sehat tanpa resah,
Rezeki yang halal, panjang umur berkah,
Kehidupan penuh rahmat dan segala kemudahan yang merekah.

Ya Allah, jadikan kami hamba yang bersyukur sebelum meminta,
Bahagia sebelum berpunya, dan kaya sebelum memiliki dunia.
Aamiin.

Di Antara Hak dan Batil

Saudaraku,
Di hadapan kita terbentang jalan dua arah,
Hak dan batil tak pernah sudi berserah,
Tak mungkin bersatu dalam peluk yang ramah,
Sebab terang tak akan tunduk pada gelap yang lelah.

Kebenaran tak pudar meski kabut menyelimutinya,
Ia tetap kukuh, walau lidah enggan mengakuinya.
Sementara kebatilan bersolek seribu rupa,
Menarik hati yang lemah, menjaring jiwa yang lupa.

Di zaman penuh topeng dan suara yang bisu,
Sedikit yang lantang, lebih banyak yang beku.
Berdiam diri bukan pilihan yang netral,
Sebab waktu mengukir siapa kita di hadapan Yang Kekal.

Ketika kebenaran datang menggenggam kalam,
Batil pun musnah dalam sunyi yang kelam.
فَقَدْ جَاءَ الْحَقُّ، وَزَهَقَ الْبَاطِلُ –
Batil memang fana, meski sempat menjulang tinggi dan nakal.

Wahai saudaraku,
Jangan bimbang di persimpangan keyakinan,
Karena kebenaran datang dari Tuhan.
فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
Jangan sekali-kali engkau jadi bagian dari kaum yang meragukan.

Akal yang tak bersandar pada wahyu,
Akan terjatuh dalam nafsu yang membelenggu.
Lihatlah zaman, adakah ia makin teduh?
Atau justru badai fitnah makin menyulut peluh?

Saat memegang iman ibarat menggenggam bara,
Panasnya menusuk hingga ke dasar sukma.
Namun, lepaskan bara itu dan iman pun sirna,
Sementara dunia terus memanggil dengan gemerlapnya.

Tetaplah teguh, meski sendirian dalam suara,
Karena Allah melihat, mencatat, dan tak akan menyia-nyiakan usaha.
Bumi ini ladang, akhirat tempat memanen hasilnya,
Barangsiapa menanam dusta, tangis yang ia petik pada akhirnya.

Wahai saudaraku,
Hidup seperti ombak yang menampar lalu reda,
Namun di balik badai ada Dzat yang Maha Kuasa.
Jangan putus asa walau gelombang menderu,
Sebab Allah telah menulis setiap langkah yang kita tuju.

Berpihaklah pada kebenaran meski kau dicemooh dunia,
Karena ridha Allah lebih agung dari segala pujian fana.
Istiqamahlah dalam diam maupun kata,
Karena sesungguhnya hak itu dari-Nya, dan hanya kepada-Nya kita kembali juga.

Ya Rabb, karuniakan kami hati yang teguh dan lurus,
Yang tak terpukau oleh dunia, dan tak berpaling dari Cahaya-Mu yang mulus.
Jadikan kami pejuang di jalan hak, meski sendiri, meski tergerus,
Agar kelak kami berdiri di hadapan-Mu, dengan wajah bercahaya, tidak tertunduk, tidak terputus.

Akhmad H Abubakar: Kehadiran Gubernur Jakarta Semangati Warga Muhammadiyah

JAKARTAMU.COM | Pimpinan Wiiayah Muhamadiyah (PWM) DKI Jakarta menggelar Halal bi Halal dengan mengusung tema: Menghadirkan Bahagia dalam Dakwah...
spot_img

More Articles Like This