Sabtu, April 19, 2025
No menu items!

PUISI: Doa, Mahkota Agung, dan Saat Beramal

Must Read

Doa di Pagi Kamis

Di fajar Kamis yang bening cahaya,
kulangitkan syukur tanpa jeda,
Alhamdulillah, wa syukurillah—
atas napas, atas nikmat yang tak pernah lelah.

Semoga sisa umur dilimpah berkah,
bagai embun yang jatuh tanpa resah.
Diberi sehat, dalam raga yang tabah,
dilindung rahmat yang tak pernah musnah.

Ya Allah, Kau yang Maha Mendengar,
ijabah doa kami yang sabar bersabar.
Sembuhkan yang terbaring dalam getir,
angkat lelah mereka, beri cahaya yang hadir.

Bimbing langkah kami dalam ridha,
tuntun hati menjauhi cela.
Dalam taufik dan hidayah yang nyata,
tegakkan iman, luruskan asa.

Selamat pagi wahai hari Kamis,
semangat menjalar bagai mentari yang manis.
Bahagia tumbuh, sejahtera menari,
di sela-sela niat dan langkah yang murni.

Mari beraktifitas dengan hati merdu,
meski letih, tetap maju.
Dalam dekapan langit yang tak pernah jemu,
kami titipkan hidup, hanya kepada-Mu.

Ayat Kursi: Mahkota Agung

Di antara ayat-ayat, kau yang terunggul,
Penghulu Qur’an, cahaya tak terkira.
Al-Hayyu, Al-Qayyum, nama-Mu mengagung,
Raja segala firman, tiada bandingnya.

Baca, amalkan—setan pun lari terpukul,
Benteng kokoh terhunjam di dada yang iman.
Hikmah mengalir, pintu rezeki terbuka,
Delapan belas kali, berkah tak terkira.

Kau penghapus duka, pembuka jalan,
Lika-liku hidup jadi lapang terang.
Malaikat mencatat, keburukan luruh,
Kebaikan bersemi, pahala syahid menjulang.

Sakaratulmaut? Kau permudah nafas,
Izmu’l Azham—doa terkabul seketika.
Jodoh dijemput, kekafiran lenyap,
Surga menanti, hanya maut penghalang.

Usai shalat, kau baca dengan yakin,
Perlindungan Allah takkan pernah sirna.
Hingga waktu salat kembali tiba,
Kau dijaga, dirahmati, Maha Pengasih.

Tabarakallah! Maha Suci Engkau,
Ayat Kursi—mahkota agung nan abadi.

Saat Beramal, Sebelum Terlambat

Dunia menggoda, gemerlap fatamorgana,
Menggoda hati yang lupa pada sang Khaliq.
Kekuasaan, harta, popularitas—semu fana,
Bagai debu tertiup, hilang dalam sekejap.

Kita hitung-hitung dinar, tapi lupa pahala,
Sibuk menimbun, tapi lupa yang kekal.
Maut datang tak peduli pangkat atau harta,
Hanya amal yang tersimpan, bekal akhirat nan abadi.

“Janganlah dunia memperdayaimu,” firman-Nya,
Tapi kita terlena, terbuai mimpi palsu.
Bermegah-megah, tapi lupa surga tertinggi,
Hingga kelak menyesal—saat hitung tanpa bisa berbuat.

Dunia ini ladang, akhiratlah panennya,
Yang menabur ketaatan, menuai kemuliaan.
Tapi yang sibuk nafsu, hanya dapat debunya,
Rugi di sana-sini, kecewa tiada berkesudahan.

Maka beramallah, sebelum waktu terenggut,
Sebelum tangan tak lagi bisa memberi.
Sebelum mulut terkunci, tak bisa berdoa,
Sebelum kita dihisab—tanpa bisa menebus lagi.

Hari ini kita bisa, esok mungkin tiada,
Maka siapkan bekal, selagi napas masih ada.
Agar saat maut datang, kita tersenyum lega,
Bukan menangis pilu, karena tertipu dunia.

Ya Allah, tetapkan hati kami di jalan-Mu,
Jadikan dunia sarana, bukan tujuan.
Agar kelak kami tak termasuk yang merugi,
Yang menyesal—saat hisab tiba, tapi sudah terlambat.

Dugaan Kekerasan terhadap Pemain Oriental Circus Indonesia, Kemenkumham Turun Tangan

JAKARTAMU.COM | Sejumlah mantan pemain Oriental Circus Indonesia (OCI) mengungkapkan pengalaman pahit mereka selama bekerja di sirkus tersebut, termasuk...
spot_img

More Articles Like This